Anda di halaman 1dari 23

 Pituitari berasal dari kata “pituita” yang artinya lendir

atau sekret kental.


 Hipofisis berasal dari kata “hypo” yang artinya di
bawah, dan “physis” yang artinya tumbuh

 Kelenjar pituitari (hipofisis) merupakan suatu


kelenjar kompleks yang mensekresi hormone peptida
yang mempengaruhi hampir seluruh fungsi tubuh.
 Seluruh sekresi kelenjar pituitari dikontrol oleh
hipotalamus.
 Hipotalamus dikontrol oleh rangsang saraf dari otak
 Kelenjar ini terletak di dasar otak, di bawah
ventrikel tiga, pada dasar tengkorak (sella
turcica).
 Kelenjar pituitari berbentuk seperti kacang kecil
berdiameter kurang lebih 1,2- 1,5 cm dengan
berat hanya sekitar 0,5 gram.
 Kelenjar ini terbagi menjadi bagian anterior
(adenohipofisis), media dan posterior
(neurohipofisis).
 Bagian lobus anteriornya, biasa disebut “master
gland”
 Lobus anterior (bagian depan)
Hormon yang diproduksi oleh lobus anterior ini adalah untuk
mengatur pertumbuhan, merangsang kelenjar adrenal dan tiroid,
serta ovarium dan testis. Pada bagian ini, kelenjar pituitari
menghasilkan prolaktin.
 Lobus intermedia (bagian tengah)
memiliki peranan untuk melepaskan hormon yang merangsang
melanosit, sel yang mengendalikan pigmentasi, seperti warna
kulit, melalui produksi melanin. Fungsi hormon yang diproduksi
pada bagian kelenjar ini masih belum diketahui dengan jelas.
 Lobus posterior (bagian belakang)
memiliki peranan untuk menghasilkan hormon antidiuretik, yakni
hormon yang mengambil kembali air dari ginjal dan
menyimpannya di aliran darah untuk mencegah dehidrasi.
Hormon oksitosin juga diproduksi di lobus posterior.
 Hypothalamus
 Part of the CNS
 Pituitary gland
 Anterior pituitary (adenohypophysis)
 Posterior pituitary (neurohypophysis)
 Together, govern all bodily functions
 Hormones
 Negative feedback loop
 Tumor
 Pengobatan kanker - Terapi radiasi dan kemoterapi
yang digunakan untuk mengobati tumor di bawah
otak juga dapat menyebabkan kelenjar tidak
berfungsi.
 Kerusakan akibat operasi atau luka traumatis
pada kepala atau otak.
 Kerusakan akibat infeksi tertentu, seperti
meningitis, tuberkulosis, dan ensefalitis
 Gangguan yang menyebabkan sistem kekebalan
tubuh menyerang kelenjar pituitari
 GH (growth hormone), meningkatkan ukuran otot dan tulang.
 TSH (thyroid stimulating hormone), merangsang kelenjar tiroid untuk
melepaskan T3 dan T4 untuk merangsang metabolisme pada sel-sel lain
di seluruh tubuh.
 FSH (follicle stimulating hormone), merangsang produksi folikel
ovarium pada wanita, dan merangsang produksi sperma pada pria.
 LH (hormon luteinizing), merangsang ovarium untuk menghasilkan
estrogen pada wanita, merangsang produksi sperma pada pria.
 Prolaktin, merangsang jaringan payudara pada ibu menyusui untuk
menghasilkan air susu ibu.
 ACTH (hormon adrenokortikotropik), menyebabkan kelenjar adrenal
menghasilkan zat penting yang memiliki sifat mirip dengan
steroid/kortisol.

 ADH (hormon antidiuretik), merangsang ginjal untuk menyerap


kembali cairan dan menghasilkan lebih sedikit urine.
 Oksitosin. Hormon ini memiliki fungsi untuk membantu kontraksi rahim
saat melahirkan juga merangsang produksi dan pelepasan air susu ibu.
 Akromegali
 Kelainan ini berkembang bila seseorang memiliki terlalu banyak hormon
pertumbuhan.
 Tanda-tandanya meliputi tulang yang besarnya tidak biasa di kaki, tangan,
dan wajah.
 Pasien juga memiliki fitur wajah kasar dan gigi dengan jarak yang luas.
 Gejala lainnya meliputi kelemahan otot, banyak berkeringat, dan kulit yang
menebal.

 Sindrom Cushing
 Kelainan ini ditandai dengan tingginya kadar kortisol.
 Hal ini sering mengakibatkan depresi, mudah tersinggung, dan cemas, serta
lebih rentan terhadap infeksi.
 Pada wanita, kelainan ini menyebabkan menstruasi tidak teratur.
 Pada pria, bisa menyebabkan disfungsi ereksi dan penurunan kesuburan.
 Pada anak-anak, kelainan ini bisa menyebabkan obesitas dan tertunda
pertumbuhannya.
 Hiperprolaktinemia
 Kelainan ini ditandai dengan tingginya tingkat prolaktin.
 Hormon ini merangsang produksi ASI setelah melahirkan.
 Tanda yang paling umum adalah keluarnya susu dari payudara bahkan
saat pasien tidak hamil atau menyusui.
 Hal ini juga bisa mengakibatkan kekeringan pada vagina, menstruasi
tidak teratur, dan rambut pada wajah dan tubuh yang tumbuh secara
berlebihan.

 Hipopituitarisme
 kelainan langka yang ditandai dengan kekurangan pasokan hormon
tertentu.
 Gejalanya meliputi anemia, ketidaksuburan, kelelahan, dan
penurunan berat badan.
 Hal ini juga dapat mencegah wanita memproduksi susu saat mereka
sedang hamil atau menyusui.
 Anterior pituitary drugs
 corticotropin
 somatotropin
 somatrem
 octreotide

 Posterior pituitary drugs


 Vasopressin
 Desmopressin
 Terapi pengganti hormon
 Terapi obat untuk menghasilkan respons
hormon spesifik saat terjadi defisiensi
hormon
 Alat bantu diagnostik untuk menentukan
hipofungsi atau hiperfungsi fungsi hormonal
tertentu
 Berbeda-beda, tergantung obatnya
 Agonis atau antagonis terhadap efek alami
hormon hipofisis
 Corticotropin
 Stimulasi pelepasan kortisol dari korteks adrenal
 Digunakan untuk mendiagnosis insufisiensi
adrenokortikal
 Multiple sclerosis
 Insufisiensi Corticotropin disebabkan oleh
penggunaan kortikosteroid jangka panjang
 somatropin and somatrem
 Rekombinan hormon pertumbuhan (GH)
 Merangsang pertumbuhan skeletal pada pasien
dengan defisiensi GH, seperti dwarfisme
hipofisis
 octreotide (Sandostatin)
 Tumor karsinoid mensekresikan VIP (vasoactive
intestinal polypeptide) yang menyebabkan watery
diarrhea
 Octreotide mengurangi gejala diare, flushing dan
hipotensi yang berpotensi mengancam jiwa akibat krisis
karsinoid.
 Penggunaan lain :
- Mengendalikan dan mengurangi kadar GH dan
somatomedin dalam plasma pada pasien dengan
akromegali yang tidak dapat diatasi dengan operasi ,
radioterapi, atau agonis dopamin.
- Menghentikan perdarahan dan mencegah timbulnya
kembali varises gastroesofagus pada pasien sirosis.
vasopressin
 Digunakan untuk terapi diabetes insipidus
 Digunakan untuk terapi perdarahan, terutama
perdarahan GIT

desmopressin
▪ Hemophilia A
▪ Type I von Willebrand’s disease
 Corticotropin : Sodium retention,
hypokalemia, hyperpigmentation,
convulsions, euphoria, psychosis

 Vasopressin : High BP, headache, flushing


 Lakukan asuhan/penilaian keperawatan
menyeluruh

 Riwayat pengobatan?
 Nilai untuk kontraindikasi spesifik untuk
setiap obat
 Kaji riwayat pengobatan untuk
kemungkinan interaksi
 corticotropin
 Perhatikan bentuk obat : IM, SC, IV, dan topikal
 Pertahankan hidrasi yang adekuat
 Sodium dan asupan kalium harus dikurangi
 Hindari vaksinasi selama terapi obat
 Obat-obatan tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba
 tappering off (konsul dokter)
 Jangan mengambil produk OTC (over the
counter)/generik tanpa pemeriksaan dengan
penyedia layanan kesehatan
 Orangtua dari anak-anak yang menerima hormon
pertumbuhan harus membuat grafik yang
mencerminkan pertumbuhan anak
 Monitor for therapeutic responses
 Corticotropin menghilangkan rasa sakit inflamasi dan
meningkatkan kekuatan otot pada pasien multiple
sclerosis
 Somatropin meningkatkan pertumbuhan anak-anak
 Desmopresin, vasopresin mengurangi rasa haus dan
menurunkan output urin
 Octreotide mengurangi gejala krisis karsinoid

 Monitor for adverse effects


 Corticotropin : Sodium retention, hypokalemia,
hyperpigmentation, convulsions, euphoria, psychosis
 Vasopressin : High BP, headache, flushing

Anda mungkin juga menyukai