Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROKSIMAL HUMERUS
PENDAHULUAN
INSPEKSI (LOOK)
PALPASI (FEEL)
PERGERAKAN (MOVE)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
FOTO POLOS
Tujuan pemeriksaan radiologis :
Untuk mempelajari gambaran normal tuang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya
Untuk menentukan teknik pengobatan
Untuk ementukan adanya fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
Untuk melihat keadaan patologis selain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing ( misalnya peluru)
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS DILAKUKAN DENGAN
BEBERAPA PRINSIP “DUA” :
Suplai darah ke humerus proksimal berasal dari cabang arteri aksillaris yaitu arteri
sirkumfleksa humeri anterior dan posterior, yang terkait erat dengan collum
chirurgicum (leher bedah) dan calcar medial
Arteri arkuata adalah cabang terminal/akhir dan menanjak dari arteri sirkumfleksa
humeri anterior serta memasuki kepala humerus di dekat collum anatomicum (leher
anatomi)
Saraf yang paling sering mengalami cedera dalam urutan menurun adalah nervus
aksillaris, supraskapularis, radialis, muskulokutaneus, medianus, dan ulnaris. Ini adalah
cedera-cedera traksi yang paling umum untuk pulih sepenuhnya
Selama operasi, nervus aksillaris dapat sulit diidentifikasi, terutama pada bahu yang
terluka. Posisi nervus aksillaris adalah sekitar 4,5 hingga 7 cm dari humerus proksimal
dan 0,5 hingga 4 cm dari collum chirurgicum, berjalan melalui ruang segiempat
(quadrilateral space) bersama dengan arteri sirkumfleksa humeri posterior.
KLASIFIKASI NEER
Gambaran tipikal fraktur humerus proksimal adalah wanita lanjut usia yang jatuh dan
mengalami patah tulang bergeser minimal atau patah tulang 2 bagian.
Sekitar 1 dari 10 pasien akan datang dengan fraktur tambahan. Unsur-unsur historis
penting termasuk diantaranya tingkat kemandirian pasien, kebutuhan fungsional, dan
kondisi rotator cuff yang sudah ada sebelumnya
Evaluasi harus dimulai dengan inspeksi jaringan lunak dan kulit, karena pasien lanjut usia
sering mengalami penyembuhan luka yang buruk.
Pemeriksaan neurologis lengkap dapat sulit dilakukan setelah trauma, tetapi fungsi jari-jari,
pergelangan tangan, dan siku seringkali masih dapat dievaluasi. Inervasi otot deltoid oleh
nervus aksillaris perlu diperiksa karena reverse shoulder arthroplasty (RTSA) merupakan
pilihan pengobatan yang memerlukan deltoid yang intak dan terinervasi dengan baik.
EVALUASI DAN PERTIMBANGAN UMUM
Fraktur tuberositas mayor menyumbang 12% hingga 17% fraktur humerus proksimal.
Fraktur tuberositas mayor dengan pergeseran minimal tanpa disertai keadaan patologis lain
merespon dengan baik terhadap tatalaksana non-operatif, tetapi pemulihan penuh bisa
memakan waktu hingga satu tahun.
Fraktur dengan pergeseran, terutama fraktur dengan pergeseran ke arah posterosuperior,
dapat diterapi dengan fiksasi.
Teknik reduksi termasuk diantaranya sekrup atau kawat yang tegak lurus terhadap bidang
fraktur atau penjahitan fragmen melalui terowongan tulang. Jika fragmen kecil atau kominusi
dianjurkan untuk melakukan penjahitan.
Fraktur tuberositas minor jarang terjadi sendiri.
Mereka lebih sering terjadi dengan disertai keadaan lain seperti dislokasi posterior (0,2%
dari fraktur) atau fraktur collum chirurgicum (0,3% dari fraktur).
Ketika dikaitkan dengan dislokasi posterior, mereka dapat direduksi secara tertutup dengan
imobilisasi dalam keadaan sedikit rotasi eksternal
TATALAKSANA
FRAKTUR TIGA DAN EMPAT BAGIAN
Fraktur tiga dan empat bagian menyebabkan 21% hingga 23% fraktur humerus
proksimal. Reduksi tertutup dengan tatalaksana non-operatif merupakan salah
satu pilihan
Pada 5 tahun, percobaan Proximal Fracture of the Humerus: Evaluation by
Randomisation (PROFHER) belum menemukan perbedaan yang signifikan dalam
hasil antara pengobatan operatif dan non-operatif pada fraktur 2, 3, atau 4 bagian.
Meskipun bukti saat ini menunjukkan hasil non-operatif memuaskan, mayoritas
ahli bedah melakukan reduksi dengan pelat pengunci atau artroplasti pada pasien
dengan fraktur berat.
TATALAKSANA
PELAT PENGUNCI (LOCKING PLATES).
Reduksi terbuka dengan pelat dapat dipertimbangkan pada pasien dengan kualitas
tulang yang baik, tetapi ini tidak mungkin dilakukan pada pola fraktur kompleks.
Beberapa uji coba yang membandingkan pelat dengan perawatan non-operatif
pada fraktur 3 dan 4 bagian tidak menunjukkan perbedaan dalam hasil,dan
beberapa penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan antara pelat pengunci dan
hemiartroplasti (HA).
Ketika melakukan pemasangan pelat pada fraktur kompleks, fiksasi tuberositas
dengan jahitan dan augmentasi medial dengan semen, graft tulang, serta
penggunaan sekrup calcar disarankan.
Fiksasi pelat diduga memiliki risiko nekrosis avaskular yang lebih tinggi akibat
pengupasan periosteal. Hal ini dapat dihindarkan dengan desain minimal invasif
yang lebih baru,
Penggunaan strut graft fibula untuk menambah konstruksi pelat pengunci telah
menunjukkan hasil yang menjanjikan pada pasien dengan osteoporosis. Teknik ini
melibatkan penempatan intramedullar dari 6 sampai 8 cm segmen fibula, dengan 2
hingga 3 cm dari graft proksimal ke collum chirurgicum.
Menggunakan sekrup, graft intramedullar "didorong" ke posisi, mereduksi korteks
medial dan memberikan dukungan calcar.
TATALAKSANA
HEMIARTROPLASTI
Fraktur humerus proksimal pada orang lanjut usia umum terjadi. Sebagian besar
fraktur dengan pergeseran minimal dapat diobati secara konservatif dengan terapi
fisik dini. Perawatan untuk fraktur dengan pergeseran harus mempertimbangkan
tingkat kemandirian, kualitas tulang, dan faktor risiko bedah pasien.
Fiksasi dengan teknik perkutan, paku intramedullar, pelat pengunci, dan artroplasti
merupakan pilihan-pilihan pengobatan yang dapat diterima. Dengan fiksasi
internal, perhatian khusus harus diberikan pada kominusi medial, angulasi varus,
dan pemulihan calcar.
Dengan artroplasti, perhatian harus diberikan pada restorasi anatomis tuberositas
dan penempatan prostesis yang tepat. Tidak ada pilihan pengobatan berbasis bukti
yang jelas, dan ahli bedah harus mempertimbangkan tingkat kenyamanan mereka
dengan berbagai prosedur selama proses pengambilan keputusan.