Anda di halaman 1dari 36

Perekonomian Indonesia

Tatap
TatapMuka
Muka11
11

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 1


Tujuan Pembelajaran 11

 Menjelaskan Pengertian Pembangunan


Ekonomi Daerah
 Menjelaskan Teori-Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
 Menjelaskan Kondisi, Masalah-Masalah,
dan Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah
 Menjelaskan Makna Otonomi Daerah, Tujuan Otonomi
Daerah, dan Latar Belakang Otonomi Daerah
 Menjelaskan Landasan Hukum, dan Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, serta Sumber Keuangan Daerah
 Menjelaskan Masalah Implementasi Otonomi Daerah dan
Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 2


Arti Pembangunan Ekonomi Daerah

 Suatu proses dimana Pemerintah Daerah dan ma-


syarakatnya mengelola semua SD yang ada dan
membangun suatu pola kemitraan antara Pemerin
tah Daerah dengan sektor swasta untuk mencip-
takan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan Ekonomi suatu daerah

 Suatu proses yang mencakup pembentukan ins-


stitusi baru, pembangunan industri alternatif, per-
baikan kapasitas TK, identifikasi pasar baru,
alih Pengetahuan dan Teknologi, pengem-
bangan usaha baru (Lincolin Arsyad, 1999)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 3


Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

 Teori Basis Ekonomi :


Faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah
adalah tingkat permintaan produk / jasa dari luar daerah

• Teori Lokasi :
Pemilihan lokasi usaha yang menguntungkan adalah pada
lokasi yang dekat dengan tempat bahan baku dan pasar

• Teori Daya Tarik Industri :


Faktor penentu pembangunan industri di suatu daerah  faktor
daya tarik industri dan faktor daya saing daerah
December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 4
Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
 Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Poles) :

* Suatu pertumbuhan tak terjadi di berbagai daerah dalam


waktu bersamaan, tapi hanya terjadi di beberapa tempat
pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda dan
sebab-akibat yang ditimbulkan berbeda terha-
dap suatu perekonomian
* Pembangunan ekonomi terjadi tidak merata di berbagai

Daerah, cenderung mengelompok pada pusat-pusat per-


tumbuhan, dan akhirnya menentukan dan mendominasi
Pembangunan di daerah lain yang perkembangan sektor

Industrinya masih relatif lebih lambat


December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 5
Dampak Pembangunan Ekonomi Daerah
Era ORBA
 Dampak Positif Pembangunan Ekonomi Era ORBA
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi tinggi (  7% / tahun era 1966 – 1998)

 Dampak Negatif Pembangunan Ekonomi Era ORBA

* Kesenjangan Pembangunan Ekonomi antar Daerah (Bias


ke Jawa, termasuk Madura & Bali yang menyerap
90% kegiatan Industri Indonesia era 1976 – 1999)
* Ketimpangan Distribusi Pendapatan antar Daerah

(Bias ke Jawa, termasuk Madura & Bali yang me-

nyerap 90% Konsentrasi Pajak Penghasilan)


* Kecenderungan Penduduk ber - Migrasi ke Kota

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 6


Permasalahan Pembangunan Ekonomi Daerah

 Ketimpangan dalam Pembangunan Sek-


tor Industri (Manufaktur) antar Daerah
 Kurang meratanya Investasi antar Daerah
 Tingkat Mobilitas Faktor Produksi (TK,
Modal, Bahan) yang rendah antar Daerah
 Kurang lancarnya perdagangan antar Daerah
(Intra trade) karena keterbatasan transportasi,
komunikasi, sarana dan prasarana ekonomi
 Perbedaan Potensi SDA antar Daerah
 Perbedaan kondisi Demografis antar Daerah

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 7


Disparitas Pembangunan Ekonomi Daerah

 Ketidakseimbangan diantara tingkat pembangu-


nan ekonomi, baik dalam pelaksanaan maupun
pembagian hasil Pembangunan ekonomi, yang
menyebabkan beberapa daerah berkem-
bang dengan amat pesat, tetapi beberapa
daerah lain berkembang amat lambat dan
bahkan ada yang mengalami Kemunduran

 Kesenjangan tingkat modernisasi (Sektor tradisi


onal vs modern), kesenjangan Etnis (pribumi vs
non pribumi), kesenjangan Spatial (Pedesaan vs
Perkotaan) dan Kesenjangan Regional / Daerah

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 8


Penyebab Disparitas Pembangunan Ekonomi Daerah

 Tingkat Konsentrasi kegiatan Ekonomi Wilayah


 Strategi Pembangunan Ekonomi (Renstra)
yang diterapkan di suatu daerah (wilayah)
 Ketersediaan Infrastruktur di Daerah (Wilayah)
 Alokasi Investasi (PMA dan PMDN) di Daerah

 Tingkat mobilitas Input antar Daerah rendah


 Perbedaan potensi SDA yang ada antar daerah
 Kondisi demografis dan geografis antar daerah
 Perdagangan antar daerah (propinsi, pulau)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 9


Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

 Locality or Physical Development Strategy  Pengemba-


ngan lokalitas daerah untuk menciptakan identitas
Dae- rah, memperbaiki pesona (kualitas hidup)
masyarakat, dan memperbaiki daya tarik pusat kota

 Business Development Strategy  Pengembangan Dunia


Usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah

 Human Resource Development Strategy  Pengembangan mutu


SD Manusia untuk pengembangan Dunia usaha,
Pembangunan ekonomi, peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat

 Community-Based Development Strategy  Pembedayaan masya-


syarakat di daerah untuk menciptakan manfaat Sosial Ekonomi

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 10


Arti Otonomi Daerah
 Kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setem-
pat menurut prakarsa sendiri berdasarkan as-
pirasi masyarakat sesuai Peraturan / Perun-
dang-undangan (UU No 22 tahun 1999)

 Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom


untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyara-
kat setempat, sesuai Peraturan / Perun-
dang-undangan (UU No 32 tahun 2004)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 11


Tujuan Otonomi Daerah
 Memacu Pemerataan Pembangunan dan hasilnya
 Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
 Menggalakkan prakarsa & peranserta masyarakat
 Meningkatkan pendayagunaan potensi dae-rah
secara optimal dan terpadu untuk mem-
perkuat persatuan dan kesatuan bangsa
 Mengurangi beban Pemerintah Pusat dan
campur tangan pemerintah pusat di daerah
 Meningkatkan koordinasi tingkat lokal dalam me-
ngatur Daerah dan Proses Pembangunan Daerah

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 12


Latar Belakang Otonomi Daerah

 Ketertekanan Daerah atau Dominasi Pusat Era Orba

 Krisis Ekonomi tahun 1997, dan lengsernya Soeharto

 Krisis Politik, sosial, kepercayaan, isu disintegrasi /


HAM era Reformasi sampai Pemerintahan Gus Dur

 Tuntutan Otonomi Daerah semakin meluas di daerah

 Pemicu Tuntutan Otonomi Daerah (OTODA)


* Kesenjangan Pembangunan Ekonomi Daerah
* Ketimpangan Distribusi Pendapatan Daerah
* Ketimpangan Fiskal Horisontal dan Vertikal

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 13


% Ketimpangan Fiskal Vertikal (1995-1999)

Tingkat Fiskal Pangsa Pangsa Surplus


Pusat - Daerah Penerimaan Pengeluaran (Defisit)

Nasional 96,1 83,1 13,0

Daerah 3,9 16,9 -13,0


Dati I 2,8 9,3 - 6,5
Dati II 1,1 7,6 - 4,5

Semua Tingkat 100,0 100,0 100,0

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 14


% Ketimpangan Fiskal Horisontal (1995-1999)

Tingkat Fiskal Penerimaan Penerimaan Kontribusi


Antar Propinsi Daerah Bersama Pusat

DKI Jaya 61,57 10,82 13,27


Kalteng 5,92 23,32 65,00
DI Yogyakarta 21,05 2,03 71,97
DI Aceh 18,06 11,61 68,31

Bali 50,33 5,24 30,43


Riau 33,47 26,17 25,04
Irja 6,67 40,63 44,45
Sulteng 9,29 4,81 85,28

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 15


Landasan Hukum Otonomi Daerah

 UU No 32 Th 2004 tentang Pemerintahan Daerah:


Daerah Otonom yang mandiri untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan Pemerintah-
an dan kepentingan masyarakat setempat

 UU No 25 Th 1999 tentang Perimbangan Ke-


uangan Pemerintahan Pusat dan Daerah :
Tingkat kemampuan Perekonomian Daerah, Sis-
tem pembiayaan daerah yang adil, proporsional,
Rasional, Transparan, Partisipatif, Bertanggung
jawab, sistem perimbangan keuangan yang baik
Antar Pemerintahan Pusat & Pemerintah Daerah

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 16


Penyelenggaraan Otonomi Daerah

 Prinsip Dasar Penyelenggaraan OTODA :


Demokrasi, Peranserta Masyarakat,
Pemerataan dan Keadilan, Potensi dan
Keanekaragaman serta kekhasan suatu daerah

 Sumber Keuangan Daerah :

(1) PAD (hasil Pajak daerah, Hasil retribusi daerah, hasil


BUMD, hasil kekayaan daerah lain, penerimaan lainnya
(2) Dana Perimbangan (Bagi Hasil, DAU, DAK)
(3) Pinjaman Daerah (Dalam dan Luar Negeri)
(4) Penerimaan lain yang Sah (UU No 25 tahun 1999)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 17


Paradigma Pembangunan Era Otoda
Pembangunan di Daerah  Pembangunan Daerah

Perubahan Nilai

Sentralistik Desentralistik
Top Down Bottom Up
Keseragaman Keberagaman
Budaya Petunjuk Prakarsa / Inisiatif
Instruktif Pilihan / Fasilitatif
Ketergantungan Kemandirian
Hirarki Keterkaitan
Kesenjangan Perimbangan

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 18


Penyelenggaraan Otonomi Daerah

Proporsi Pembagian Dana Perimbangan (%)

Jenis penerimaan Pusat Dati I Dati II


PBB 10 16,2 64,8
BPHTB 20 16 64
SDA non migas 20 16 64
SDA minyak 85 3 12
SDA gas alam 70 6 24
DAU (ex SDO) 75 2,5 22,5
DAK (ex Inpres) sesuai kondisi khusus daerah

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 19


Realisasi OTODA
 UU No 22 th 1999 dan UU No 25 th 1999 :
Dilaksanakan secara serentak
per 1 Januari 2001

 UU No 32 th 2004 :
Masih Sentralistik :
Mengabaikan Prakarsa, Aspirasi, dan Kepentingan
masyarakat setempat dalam urusan Pemerintahan

* Kewenangan Pusat :
Politik LN, Pertahanan, Keamanan, Yustisi, Mo-
neter dan Fiskal Nasional, dan Agama
December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 20
% Dana Perimbangan terhadap PDB (2003 – 2005)

Jenis Dana 2003 2004 2005


Dana Perimbangan 5,5 5,6 5,6
Dana Bagi Hasil 1,4 1,3 1,4
Dana Alokasi Umum : 4,0 4,1 4,0
* Propinsi 0,4 0,4 0,4
* Kabupaten / Kota 3,6 3,7 3,6
Dana Alokasi Khusus 0,1 0,2 0,2

Dana Otonomi Khusus 0,1 0,1 0,1


Dana Penyesuaian 0,4 0,3 0,2

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 21


Permasalahan Realisasi OTODA
 Perbedaan tingkat kemampuan Keuangan dan Po-
tensi Fiskal Daerah  kemampuanmenggali SD ke-
uangan sendiri  PAD (hasil Pajak dan Retribusi
Daerah, laba BUMD, Penerimaan dari Dinas-Dinas,
dan Penerimaan yang lain-lainnya yang sah)

 Perbedaan tingkat Efektivitas dan Efisiensi peng-


gunaan Dana  PAD dan Dana Perimbangan Keu-
angan dari Pemerintah Pusat untuk Daerah

 Lemahnya Koordinasi Antar Sektor dan Antar Dae-


rah, dan Kewenangan yang tumpang tindih antar
Kabupaten / Kota dan Propinsi

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 22


Permasalahan Realisasi OTODA
 Tingkat Kemampuan dalam penggalian PAD di da-erah pada
umumnya relatif masih rendah, dan do-minannya transfer
dari Pusat  tingkat ketergan- tungan Keuangan PEMDA
pada Pemerintah Pusat masih tinggi (Tambunan, 2003;
Kuncoro, 2009)

 Komposisi Penerimaan Pemda (1999 – 2006) (%) :


Kabupaten / Kota 1999 2000 2001 2006
PAD 10,31 9,04 4,99 6,80
Dana Bagi Hasil 12,39 11,31 22,43 12,42
DAU / DAK 77,30 79,65 72, 58 76,10

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 23


Permasalahan Realisasi OTODA
 Bergesernya Egoisme Sektoral (Pembangunan
bertumpu pada Asas Dekonsentrasi dan
bersifat sektoral) menjadi fanatisme daerah
(isu putra Daerah, PAD, dan Aset daerah)

 Tendensi setiap Daerah mementingkan da-


erahnya sendiri, Semangat, dan bersaing
dalam pemungutan Retribusi, Pajak, dan
PAD (outo money), dan kurang optimal
dalam pelayanan publik (Kuncoro, 2009)

 Perbedaan tingkat Kesiapan Daerah SD Eko- nomi,


Inovasi, teknologi, Renstra, ego Sektoral

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 24


Isu Sentral dalam Implementasi OTODA

 Ketidakpastian dan keterlambatan Bantuan Pusat

 Adanya Grey-Area overlap (tumpang tindih kewe-


nangan antara Pusat, Propinsi, Kabupaten / Kota)

 Lemahnya Koordinasi Antar Sektor dan Antar


Daerah dalam Perencanaan Pembangunan

 Meningkatnya KKN, dan Grease money (pungli,


upeti, dan biaya ekstra) di semua Sektor, tingkat
Pemerintahan, dan Legislatif (Kuncoro, 2009)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 25


PDRB Per Propinsi
 PDRB PKP rendah, tingkat Pertumbuhan Eko-
nomi tinggi  Kalbar, Jatim, Sumbar, Sum-
sel, DI Aceh, Sulut, dan NTB (1975 - 2004)

 PDRB PKP tinggi, tingkat Pertumbuhan Eko-


nomi tinggi  DKI Jaya, Kaltim, Kalsel,
Kalteng, Bali, Riau, Sumut (1975 - 2004)

 PDRB PKP tinggi, tingkat pertumbuhan Eko-


nomi rendah  Irian Jaya (1975 - 2004)

 PDRB PKP rendah, tingkat pertumbuhan eko-


nomi rendah  12 propinsi lain (1975 - 2004)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 26


PDRB PKP per Propinsi
 Indeks Ketimpangan Ekonomi Antar Propinsi :

* Ketimpangan Ekonomi antar Propinsi di IKT > IKB


dan di IKB < Rata-Rata Indonesia (Nasional)
* 0,396 – 0,544 di IKT (Indonesia Kawasan Timur)
* 0,179 – 0,392 di IKB (Indonesia
Kawasan Barat)

* Ketimpangan Ekonomi antar Propinsi di Indo-

nesia cukup tinggi dibanding rata-rata NSB


* PDRB PKP tanpa Migas > indeks Rata-rata di NSB
* 0,4  0,7  Indeks Williamson (1971–1998)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 27


Kontribusi Sektoral per Propinsi

 Propinsi yang Pertumbuhan PDRB Tinggi :


Perekonomian didominasi oleh sektor industri
manufaktur  DKI Jaya 21,1%, Jabar 36,9%,
Jateng 31,8%, DI Yogyakarta 13,3%, DI Aceh
27,8%, Jatim 29,5%, Kaltim 31,2%, Sumsel
21,1%, dan Kalsel 21,5% (1975 – 2004)

 Propinsi yang Pertumbuhan PDRB Rendah :


Perekonomiannya didominasi
oleh sektor per- tanian  Sulteng
38,0%, Kalteng 35,8%, Lam-pung 31,3%, Sulsel
34,7%, dan Sultra 31,6%

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 28


Kesenjangan Ekonomi Regional

 Pulau Jawa (rasio Gini)  0,505 (1975), 0,521 (1978),


0,447 (1982), 0,435 (1984)  kesenjangan Ekonomi 

 Luar Pulau Jawa (rasio Gini)  0,461 (1975), 0,425


(1978), 0,454 (1982), 0,389 (1984)  kesenjangan ekon 

 Akita & Lukman (1994)  tidak ada perubahan ke-


senjangan Ekonomi antar Daerah (1983 – 1990)

 Ardani (1996) :
Pada awal pembangunan Ekonomi terdapat kesenjang-an
Kemakmuran antar Daerah, tapi makin maju Pemba-
ngunan Ekonomi, kesenjangan Kemakmuran se-
makin menyempit (1968 – 1993 dan 1983 – 1993)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 29


Tingkat Kesenjangan di Indonesia
Menurut Nilai Koefisien Gini

 Daerah Perkotaan  0,32 (1986), 0,32 (1987), 0,34


(1990), 0,33 (1993), 0,34 (1994), 0,35 (1995), 0,35
(1996), 0,35 (1997), 0,33 (1998), 0,34 (1999)
 Daerah Pedesaan  0,27 (1986), 0,26 (1987), 0,25
(1990), 0,26 (1993), 0,26 (1994), 0,27 (1995), 0,27
(1996), 0,26 (1997), 0,26 (1998), 0,26 (1999)
 Tingkat Nasional  0,33 (1986), 0,32 (1987), 0,32
(1990), 0,34 (1993), 0,34 (1994), 0,35 (1995), 0,36
(1996), 0,37 (1997), 0,32 (1998), 0,33 (1999)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 30


Tingkat Kemiskinan Regional

 Pulau Jawa  Pusat Kemiskinan di Indonesia


 karena % Penduduk yang hidup di bawah Ga-
ris Kemiskinan  55% di Jawa (1998 –2001)

 Jateng & DI Yogyakarta  Pusat Kemiskinan di


IKB (Indonesia Kawasan Barat) karena tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi (1998–2001)

 NTB, NTT, Maluku  Pusat Kemiskinan di IKT


(Indonesia Kawasan Timur) karena tingkat Pem-
bangunan yang relatif rendah (1998 – 2001)

 DKI Jaya & Kaltim  Performa kemakmuran yang konsisten

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 31


Rekor IPM Per Propinsi
 Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Tertinggi:
DKI Jaya (76,3), DIY (73,7), Riau (73,6), Sumut
(72,5), Kaltim (72,2), Sulut (71,3) (1999 – 2006)

 IPM Terendah  NTT (64,4), NTB (63,0), Papua (62,8) (1999–2006)

 IPM Indonesia  0,728 (2007-2008) dengan peringkat 107 dari 177


Negara yang di Survey UNDP, tergolong Medium Human Development

 Indeks Pembangunan Manusia di ASEAN :

* High Human Development  Singapura (25), Brunai (30), Malaysia (63) *


Medium Human Development  Thailand (78), Pilipina ( 90), Vietnam
(105), Indonesia (107), Laos (130), Kambodja (131), Myanmar (132)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 32


Peringkat Daerah Per Propinsi
menurut Economic Governance Index

 Jatim (Blitar) 76,0 Sumut (Nias Selatan) 41,41


 Jatim (Magetan) 75,4 Sumut (Labuhan Batu) 41,76
 Sumsel (Prabumulih) 74,7 Riau (Rokan Hilir) 45,10
 Sumsel (Musi B Asin) 74,3 Sumut (Nias) 45,26
 Bali (Jembrana) 73,7 Riau (Rokan Hulu) 47,69
 Jatim (Tuban) 73,4 NTB (Bima) 48,19
 Jatim (Lumajang) 72,0 Sumut (Asahan) 48,36
 Jatim (Madiun) 72,0 Sumut (Karo) 48,36
 Jatim (Probolinggo) 71,5 Sumut (Medan) 48,36
 Bali (Gianyar) 71,3 Sumut (Tanjung Balai) 49,10
(KPPOD & USAID, 2008)

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 33


Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Era
OTODA

 Konsep Kawasan Andalan (berdasarkan Potensi Daerah)

 Program Percepatan Pembangunan daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

 Strategi Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET) di KTI dan KBI


Pemerataan, Pertumbuhan, dam Pengembangan Wilayah

 Strategi Kawasan Pengembangan Strategis (KPS)


Kawasan pengembangan yang memiliki sumberdaya yang produktif untuk dikembangkan

• Reformasi Tata Kelola Ekonomi Daerah


Reformasi pelayanan investasi, penyederhanaan sistem dan perijinan, dan reformasi Peraturan Daerah
(Perda) Pemda sebagai Fasilitator bagi dunia Bisnis bukan Predator

• Strategi Inovasi Pemda yang Creative, Strategic, productive, dan Sustainable

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 34


Pertanyaan untuk Didiskusikan

 Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan


terjadinya Disparitas Pembangunan Eko-
nomi Daerah di Indonesia, terutama pada
masa Pemerintahan Orde Baru !

 Jelaskan Paradigma Pembangunan Ekono-


mi Daerah pada era Otonomi Daerah !

 Jelaskan Permasalahan, maupun Isu Sen-


tral dalam Implementasi Otonomi Daerah
sampai saat sekarang ini !

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 35


Sampai Jumpa Tatap Muka 12

Selamat Belajar Semoga Sukses

December 7, 2021 Copyright © 2010 by Achmadi 36

Anda mungkin juga menyukai