Manajemen Konflik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN KONFLIK DALAM

ORGANISASI
Pertemuan 9
PENGERTIAN KONFLIK
 Greenberg dan Baron, 2003
Konflik adalah suatu proses dimana satu pihak
mengganggap bahwa pihak lain menentang
atau menghalangi kepentinga-kepentingannya.

 Kreitner dan Kinicki, 2005


Konflik adalah sebagai proses dimana suatu
kelompok merasa atau menggunakan tindakan
yang bertentangan dengan lekompoknya.
MANAJEMEN KONFLIK

 Terjadinya konflik karena banyak sebab,


antara lain:
(a) ketidakcocokan,
(b) sentimen,
(c) beda pemahaman,
(d) masalah politik,
(e) masalah pribadi, dll

yang terjadi antar kelompok atau


kepentingan yang dihambat oleh
kelompok lain
MACAM KONFLIK

Konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Konflik


Fungsional dan Konflik Disfungsional

 Konflik Fungsional  konflik terjadi dalam


organisasi atau kelompok yang dapat meningkatkan
kinerja organisasi

 Konflik Disfungsional  konflik terjadi dalam


organisasi yang menghambat jalannya organisasi
atau tujuan organisasi. Konflik disfungsional ini
tidak diinginkan oleh pimpinan organisasi dan
sebaiknya dihilangkan.
HUBUNGAN KONFLIK DAN KINERJA
ORGANISASI
Konflik dapat berdampak positif maupun
negatif terhadap kinerja organisasi,
tergantung pada seberapa sering konflik
tersebut terjadi dan bagaimana konflik
tersebut dikelola.

Konflik yang terlalu tinggi atau terlalu rendah


bersifat Disfungsional
Konflik yang optimal bersifat Fungsional
HUBUNGAN KONFLIK DENGAN KINERJA ORGANISASI
Situ Tingkat Sifat Konflik Karakteristik Kinerja
asi Konflik Antar Organisasi
Kelompok

I Rendah atau Disfungsional •Asuatu daptasi yg lambat Rendah


tidak ada thd perubahan lingkungan
konflik •Sedikit perubahan
•Apatis
•Stagnasi
II Optimal Fungsional •Gerakan positif ke arah Tinggi
pencapaian tujuan
•Inovasi dan Perubahan
•Kreativitas dan adaptasi
yg cepat thd perubahan
lingkungan
III Tinggi Disfungsional •Gangguan berat Rendah
•Mengganggu aktivitas
•Sulit berkoordinasi
•Kekacauan
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KONFLIK
ANTAR KELOMPOK
Faktor-faktor utama penyebab konflik antar kelompok
antara lain :
1. Ketergantungan Kerja
Ketergantungan kerja terjadi ketika dua kelompok
atau lebih saling bergantung satu sama lain untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
2. Perbedaan Tujuan
Kelompok-kelompok dalam suatu organisasi cenderung
menjadi terspesialisasikan, sehingga mengembangkan
berbagai tujuan dan tugas yang berbeda-beda.
Perbedaan ini menjadi penyebab terjadinya konflik
kepentingan atau prioritas, meskipun tujuan
organisasi secara keseluruhan telah disepakati.
3. Perbedaan Persepsi
Perbedaan tujuan di antara anggota kelompok
dalam organisasi juga berkaitan dengan
perbedaan nilai-nilai, sikap dan persepsi,
sehingga dapat menimbulkan konflik

4. Kemenduaan Organisasional
Konflik antar kelompok dapat bersumber dari
tanggung jawab yang dirumuskan secara
mendua/ambiguous dan tujuan tidak jelas,
pernyataan/kalimat yang sama memiliki
pengertian yang berbeda bagi kelompok-
kelompok yang berbeda pula
DAMPAK KONFLIK ANTAR
KELOMPOK YANG DISFUNGSIONAL
Konflik antar kelompok yang bersifat
disfungsional berdampak pada :

 Perubahan dalam kelompok / Changes


within groups

 Perubahan antar kelompok / Changes


between groups
PERUBAHAN DALAM KELOMPOK /
CHANGES WITHIN GROUPS
1. Meningkatnya kohesivitas kelompok, yang
menggerakkan sumber daya kelompok untuk
menghadapi ancaman dari luar.

2. Penekanan pada loyalitas, menjadikan kepuasan


individu menjadi tidak begitu penting, shg tiap
anggota dituntut untuk menunjukkan loyalitas.

3. Meningkatnya kepemimpinan otokrasi, cenderung


anggota kelompok menginkan kepemimpinan yang
kuat.

4. Fokus pada aktivitas, tidak mentoleransi anggota


yang tidak melakukan tugas dengan baik
PERUBAHAN ANTAR KELOMPOK /
CHANGES BETWEEN GROUPS
1. Distorted perceptions, persepsi setip kelompok
terdistorsi, dimana masing2 kelompok mengganggap
lebih penting dari kelompok lainnya

2. Negative stereotip, masing2 anggota kelompok


yang berkonflik merasa semakin memiliki sedikit
perbedaan dalam kelompoknya dibanding dengan
kelompok lain.

3. Decreased communication, komunikasi antar


kelompok menurun, sehingga menggangu hubungan
kerja antar kelompok. Proses pengambilan
keputusan terganggu, pelayanan kepada pelanggan
terganggu, sehingga dapat menurunkan kinerja
organisasi
PENDEKATAN DALAM MENANGANI
KONFLIK ANTAR KELOMPOK

1. Pendekatan Dominasi
2. Pendekatan Akomodasi
3. Pendekatan Penyelesaian Masalah
4. Pendekatan Penghindaran
5. Pendekatan Kompromi
1. Pendekatan Dominasi
Pendekatan ini cenderung berorientasi pada
penggunaan kekuasaan, pendekatan ini lebih tepat
untuk situasi2 tertentu, dimana suatu keputusan atau
tindakan cepat harus segera diambil. Misalnya PHK
secara masal, implementasi jadwal baru, serta
memaksa kebijakan dan prosedur kerja baru yang tidak
disetujui pihak lain.
2. Pendekatan Akomodasi, dalam pendekatan ini suatu
kelompok berusaha memberikan perhatian minimal
unt memenuhi kepentingan kelompoknya, dan berusaha
memberikan perhatian maksimal untuk memenuhi
kepentingan kelompok lain. Pendekatan ini lebih tepat
ketika isu-isu yang menjadi konflik tidak begitu penting
bagi suatu kelompok, sehingga kelompok tersebut
memenuhi kepentingan kelompok lain.
3. Pendekatan Penyelesaian Masalah, pendekatan
ini berusaha untuk menyelesaikan konflik dengan
cara memenuhi kepentingan kelompok. Kedua
kelompok benar2 berkolaborasi, mendapat
pemahaman, pengalaman, pengetahuan dan cara
pandang baru yang dapat menciptakan solusi yang
berkualitas.

4. Pendekatan Penghindaran, pendekatan ini lebih


tepat sebagai alternatif sementara, yaitu
menghindari masalah ketika konflik begitu
memanas, menyegarkan situasi dan mencari
informasi guna menyelesaikan konflik dalam jangka
panjang dan ada masalah2 penting yang harus
diutamakan
5. Pendekatan Kompromi
Dalam pendekatan ini tidak ada perbedaan antara
kelompok yang menang dan kalah. Dan
kesepakatan yang dicapai biasanya bukan
kesepakatan yang ideal bagi dua kelompok tersebut.
Kompromi menjadi efektif apabila dua kelompok
yang sedang konflik memiliki kekuasaan yang
relatif seimbang.

“Penanganan konflik yang baik merupakan


keharusan bagi organisasi agar pihak-pihak
yang terlibat didalamnya dapat melaksanakan
tugas-tugasnya tanpa terganggu dengan
konflik yang dihadapi”
PENTINGNYA ATURAN - NORMA
Pentingnya aturan, norma agar tidak
terjadi konflik dan komunikasi tidak
sehat
 Macam Norma:

 Norma administrasi

 Norma agama

 Norma hukum, dll


NORMA
 Norma dalam administrasi harus di dukung oleh norma
agama, etika, sopan santun dan hukum. (a) Norma agama
memiliki keyakinan menciptakan keberadaam sesuatu
kekuatan supra manusia di dunia. (b) Norma hukum
memiliki kaidah tertulis yang mempertanyakan manusia
dengan sopan santun dan tingkah akunya. (c) Norma
administrasi publik memiliki konsekuensi dengan
administrasi keuangan, kebijakan yang jujur dan pintar.
 Semua norma itu harus memiliki konsep pertanggung
jawaban keadilan, demokrasi, partisipasi, kesinambungan,
layanan umum.
 Dengan demikian pertanggung jawaban itu a)
Responsibiliy, b) accountability, c) Responsiveness dan
Transparancy (Suranto. 2009)
 Manfaat & Kegunaan dari Konsep : Pertanggung jawaban itu harus
memuat tindakan (a) legalitas, (b) politis, (c) profesionalisme dan (d)
birokrasi efektif.
 Dengan penerapan administrasi yang benar dan efektif maka terhindar
dari a) KKN, b) kecurangan, c) penyimpangan administrasi, d)
manipulasi, e) criminal, f) mampu meningkatkan etos kerja, g) etik
dalam administrasi, h) keadilan dalam kesejahteraan dan lain-lain

Mengapa norma tersebut sulit di capai :


 Karena rendahnya kualitas moral dan mental para pelaku, hal ini
sangat sulit dalam implementasi character building yang terjadi
dilapangan
 Lemahnya hukum atau norma yang cenderung mudah di langgar, sanksi
sangat ringan dan tidak mampu menyentuh pelaku menjadi jera
 Hukum indonesia dan norma yang terjadi dan berlaku di masyarakat
maupun bidang administrasi sangat mudah untuk di beli dengan uang
 Adanya peluang norma untuk di langgar, dll (Sri Rejeki, 2009)
 Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam
posisi-posisi kunci yang mampu memerikan ilham
dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan
korupsi.
 Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan
etika.
 Kolonialisme. Suatu pemerintahan asing tidaklah
menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang
diperlukan untuk membendung korupsi.
 Kurangnya pendidikan.
 Kemiskinan.
 Tiadanya tindak hukuman yang keras.
 Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku
anti korupsi, dll.
Mengapa penyimpangan masalah administrasi
(korupsi, dokumen) sulit di hilangkan?
Bagaimana solusi yang di tawarkan untuk
mengatasi penyimpangan tersebut?
 Penyimpangan administrasi seperti penyakit
menular dan sulit di berantas, seakan menjadi
penyakit ENDEMI, Jika semua pelaku
administrasi memiliki mental, jiwa dan hati yang
amanah, mulia, jujur dan berakhlak mulia maka
jelas dan pasti administrasi tidak terjadi
penyimpangan. Kuncinya hanya mana mental dan
karakter manusianya.
Solusi terbaik guna mengatasi penyimpangan :
◦ Menciptakan administrasi yang baik atau good governance
◦ Administrasi yang bersih, berwibawa, transparancy
(keterbukaan) dan accountable (dipertanggung jawabkan)
sehingga jauh dari praktek KKN dan mampu memberikan
kualitas layanan publik.
◦ Membuat undang-undang dan kebijakan yang tepat bagi
kemakmuran publik
◦ Membuat undang-undang bagi pelanggar, tanpa pandang bulu
untuk di berikan sanksi bagi pelanggar.
◦ Pemerintahan yang bersih dari praktek KKN dan pungutan
liar
◦ Manajemen yang transparan, accuntable
◦ Menciptakan iklim yang tenang, damai, nyaman dan mampu
meningkatkan produktifitas
◦ Penerapan punishment bagi pelanggar dan reward yang tepat
dan pantas bagi yang berprestasi
◦ Efisien dan efektif dalam job dan pegelolaan kerja
◦ Penempaan ilmu agama bagi pelaku dan penyelenggara
birokrasi
◦ Implementasi etika administrasi
◦ Kesempurnaan sistem dan birokrasi
◦ Sistem kontrol yang kuat dan independen
◦ Hindari gaya dan manajemen konsumtif
◦ Peraturan undang-undang yang tegas
◦ Hindari sistem kondusif sehingga tidak terjadi penyelewengan
◦ Kelemahan sistim pengendalian manajemen; Pengendalian
manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak
pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin
longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan
semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai
di dalamnya
◦ Sistim akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang
kurang memadai; Pada institusi pemerintahan umumnya belum
merumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya dan
juga belum merumuskan dengan tujuan dan sasaran yang harus
dicapai dalam periode tertentu guna mencapai misi tersebut.
◦ Kultur organisasi yang benar; Kultur organisasi biasanya punya
pengaruh kuat terhadap anggotanya
◦ Keteladanan sikap pimpinan, dll (Suranto. 2005)

Anda mungkin juga menyukai