Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

M DENGAN
DIAGNOSA MEDIS APPENDISITIS
DI IRNA II RSUD KOTA MATARAM
KELOMPOK 3

1) Asmiatul Karimah Z.
2) Baiq Widyawati
3) Ni Kadek Manik Astarini
4) Ni Made Sukaryani Wintari
5) Nopia Ermayansyah
6) Zikri Farhanullah
Definisi
• Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum
(cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al.2005)
• Apendisitis adalah inflamasi vermiformis (umbai cacing) paling
sering pada penyakit bedah abdomen mayor dan fatal bila tidak
ditangani akan timbul gangren dan perforasi dalam 36 jam.
(Kimberly,2007)
• Apendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering
terjadi.Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks
vermivormis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling
sering terjadi (Andra Safery Wijaya, yessie Marisa Putri, 2013).
Anatomi Fisiologi
Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata 9 – 10 cm, terletak
posteromedial caecum kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis. Appendiks
menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung
amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam
bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di
muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks. Perdarahan pada
appendiks berasal dari arteri appendikularis yang merupakan artei tanpa
kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi maka
appendiks akan mengalami gangren.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk
appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan
terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem
Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.
Klasifikasi
Klasifikasi appendsitis terbagi menjadi 3 yaitu :
• Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan
tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan
peritoneum local.
• Apendisitis rekrens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut
kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi.
• Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik ( fibrosis menyeluruh di dinding
apendiks ,sumbatan parsial atau lumen apendiks ,adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik)
dan keluhan menghilang setelah apendiktomi.
Etiologi
• Ulserasi pada mukosa
• Obstrusi pada colon oleh fecalit
• Pemberian barium
• Berbagai macam penyakit cacing
• Tumor
• Striktur karena fibrosis.
Patofisiologi
• Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan
menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa
dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama
dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai
rasa sakit disekitar umblikus.
• Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum
terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium
parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah,
keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila dinding apendiks yang telah akut itu
pecah, dinamakan appendisitis perforasi.
Bila omentum usus yang berdekatan
dapat mengelilingi apendiks yang
meradang atau perforasi akan timbul
suatu masa lokal, keadaan ini disebut
sebagai appendisitis abses
PATHWAY
Manifestasi Klinis
Gejala awal yang khas, merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau periumbilikus.
Keluhan biasanya disertai rasa mual, bahkan muntah, umumnya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik
Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letakknya, sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang tidak dirasakan nyeri pada
daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi. Terkadang appendicitis disertai
dengan demam derajat rendah 37,5 – 38,5 derajat celcius.
Gejala utama apendisitis akut adalah nyeri abdominal. Secara klinis nyeri dimulai
difus terpusat di daerah epigatrium bawah atau umbilical , dengan tingkatan sedang
dan menetap, kadang-kadang disertai dengan kram intermiten. Nyeri akan beralih
setelah periode yang bervariasi dari 1 hingga 12 jam, biasanya 4 – 6 jam , nyeri
terletak di kuadran kanan bawah. Anoreksia hampir selalu menyertai apendisitis.
Vomitus terjadi pada 75% kasus, umumnya hanya satu dua kali. Umumnya ada
riwayat obstipasi sebelum onset nyeri abdominal. Diare terjadi pada beberapa
pasien.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
• Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh
terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan
perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.
• Hb (hemoglobin) nampak normal
• Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrate
• Urine penting untuk melihat apa ada insfeksi pada ginjal.

Pemeriksaan Radiologi
• Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnose appendicitis
akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan
gambaran sebagai berikut : Adanya sedikit fluid level disebabkan karena
adanya udara dan cairan, Kadang ada fekalit (sumbatan). Pada keadaan
perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma
Penatalaksanaan
1. Sebelum operasi
Observasi
Dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda gejala apendisitis seringkali
belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien dimnta
melakukan tirah baring dan dipuasakan.

Antibiotic
Apendiksitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu di berikan antibiotic, kecuali
apendiksitis ganggrenosa atau apendiksitis perporasi.Penundaan tindak bedah
sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perporasi.
2. Operasi
• Apendiktomi
• Apendiks di buang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika. Abses apendiks diobati dengan
antibiotika IV, massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan
drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses
dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
3. Pasca operasi
• Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di
dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan, angkat sonde lambung bila
pasien sudah, sehingga aspirasi cairan lambung dicegah, baringkan pasien dalam
posisi fowler. Pasien dikatakan baik dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama
itu pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi
atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Satu
hari paska operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2x
30 menit. Hari kedua dapat dienjurkan untuk duduk diluar kamar.Hari ke tujuh
jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
ASUHAN
KEPERAWATAN
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • Hipoglikemia
    Hipoglikemia
    Dokumen17 halaman
    Hipoglikemia
    Ni Made Sukaryani Wintari
    Belum ada peringkat
  • GGA Fix
    GGA Fix
    Dokumen33 halaman
    GGA Fix
    Ni Made Sukaryani Wintari
    Belum ada peringkat
  • DISRITMIA
    DISRITMIA
    Dokumen27 halaman
    DISRITMIA
    Ni Made Sukaryani Wintari
    Belum ada peringkat
  • Bab II (Sudah Revisi)
    Bab II (Sudah Revisi)
    Dokumen18 halaman
    Bab II (Sudah Revisi)
    Ni Made Sukaryani Wintari
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan
    Keperawatan
    Dokumen12 halaman
    Keperawatan
    Ni Made Sukaryani Wintari
    Belum ada peringkat
  • Cheklist Perawatan Kolostomi
    Cheklist Perawatan Kolostomi
    Dokumen3 halaman
    Cheklist Perawatan Kolostomi
    vina
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan
    Keperawatan
    Dokumen12 halaman
    Keperawatan
    Ni Made Sukaryani Wintari
    Belum ada peringkat
  • Perawatan Ostomy
    Perawatan Ostomy
    Dokumen15 halaman
    Perawatan Ostomy
    vina
    Belum ada peringkat
  • Tugas KMB Bu Dewi
    Tugas KMB Bu Dewi
    Dokumen24 halaman
    Tugas KMB Bu Dewi
    Muhammad Syam Addiat Qodri
    Belum ada peringkat
  • Hepatitis
    Hepatitis
    Dokumen23 halaman
    Hepatitis
    Ni Made Sukaryani Wintari
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Nanda Nic
    Asuhan Keperawatan Nanda Nic
    Dokumen26 halaman
    Asuhan Keperawatan Nanda Nic
    Ni Made Sukaryani Wintari
    Belum ada peringkat
  • NUTRISI PARENTERAL
    NUTRISI PARENTERAL
    Dokumen34 halaman
    NUTRISI PARENTERAL
    vina
    Belum ada peringkat
  • MALARIA
    MALARIA
    Dokumen20 halaman
    MALARIA
    Ni Made Sukaryani Wintari
    Belum ada peringkat