Anda di halaman 1dari 18

NS. TRISNA LAEHE, S.Kep.

MKes
 Dimasyarakat, kerap terjadi pelanggaran
hukum yang menyangkut tubuh manusia, spt:
penganianyaan, pembunuhan, perkosaan,
peracunan dll. Untuk menyelesaikan perkara
diperlukan sistem/cara yang dapat
memberikan hukuman yang setimpal.
 Dengan Kemajuan Iptek orang mendapatkan
pembuktian secara ilmiah yang disebut SAKSI
DIAM (silent witness), sehingga diperlukan
peran ahli untuk memeriksa BARANG BUKTI
(Corpus Delici) secara ilmiah.
 Barang bukti dapat berupa : orang hidup, mayat, darah,
semen, rambut, sidik jari, peluru, larve lalat, surat, dll.
 Kumpulan pengeth yg memeriksa brg bukti untk
kepentingan peradilan dikenal sbg Forensic Sciences,
dibid kedokteran al Kedokt Forensik (Forensic
Medicine), Odontologi Forensik, Psikiatri Forensik,
Patologi Forensik, Antropologi Forensik.
 Sejarah mencatat Anthitium, seorg dokter dizaman
Romawi, pd suatu Forum, semacam institusi peradilan,
mengatakan bhw dari 21 luka yg ditemukan dlm tubuh
maharaja Julius Caeser, hanya satu luka saja yg
menembus sela iga ke-2 yg merupakan luka yg
mematikan. Nama Kedokt Forensik dikatakan berasal
dari kata Forum ini.
2. PENGERTIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

Forensic Science

Medicine Kimia Forensic Uang Palsu Kebakaran


-Kebidanan
- Bedah
- Syaraf
- Forensic -Trace Evident
- Bercak darah
- Tulang
- Identifikasi DNA
 Semula bernama Medicolegal Science.
 Kemudian berkembang jadi Forensic Medicine.
- Forensic : asal kata Forum, tempat berlangsung
sidang dizaman Romawi
- Medicine : berarti kedokteran.
 Di Indonesia :Paska kemerdekaan Medicolegal diganti
menjadi Ilmu Kedokteran Kehakiman.
- Sejak awal 1990, dipopulerkan menjadi
IlmuKedokteran Forensik
Ilmu Kedokteran Forensik :
 Cabang ilmu kedokteran yang
menggunakan prinsip- prinsip dan
pengetahuan kedokteran untuk membantu
proses hukum, baik sipil maupun kriminal
(Jaising P Modi)

 Penggunaan pengetahuan dan keterampilan


dibidang kedokteran kepentingan hukum
dan peradilan (Prof.DR.Amri Amir
SpF(K),DFM,SH).
Ruang lingkup pelayanan ilmu kedokteran
Forensik meliputi :
 Pemeriksaan orang hidup maupun orang
mati
 Pemeriksaan bahan yang berasal dari tubuh
manusia spt. darah, urine, semen,
rambut,kuku, dll untuk kepentingan
penyidikan dan peradilan
4
Penyidik Dokter
2
1 3
5+ 5

Penuntut Umum korban 7

6+ 6

Hakim
 1 =Penyidik menemukan / mendapatkan laporan ada
korban
 2 = Penyidik mengirim permintaan VeR kepada dokter
 3 = Dokter memeriksa korban
 4 = VeR disampaikan kepada penyidik
 5 = Penyidik mengirim berkas pemeriksaan termasuk
VeR
kepada jaksa sebagai penuntut umum
 5+= Jaksa mengembalikan berkas kepada penyidik
untuk
diperbaiki
 6 = Jaksa menuntut tersangka disidang pengadilan
 6+= Hakim meminte jaksa untuk melengkapi berkas
perkara (termasuk VeR)
 7 = Dokter diminta hadir disidang pengadilan
Tindak pidana terhadap tubuh dan nyawa manusia

Korban----------kasus? Pelaku

Hidup Mati Sistem


(konsultasi) peradilan
pidana (SPP)
utuh Terpotong2
Bagian tubuh
penyidik
RSU -bag. Kedokteran kehakiman
-instalasi penulasaraan jenazah
(Depkes) jaksa

Pem. Forensik ------ lab, dll


hakim
VER
LP
 Hukum kedokteran atau Hukum Kesehatan
adalah cabang Ilmu yang mengatur tentang
ketentuan2 hukum yang berhubungan dengan
pemeliharaan dan pelayanan kesehatan.
Titik berat penerapan ilmu kedokteran forensik
adalah penegakan hukum & Keadilan,
Titik berat penerapan hukum kesehatan adalah
kepentingan kesehatan dan pemakai jasa
dibidang kesehatan, agar pelayanan kesehatan
berlangsung dengan baik
Kewajiban dokter untuk membuat keterangan
ahli telah
diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (1) :
 Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik
luka, penganianyaan atau mati diduga
karena peristiwa tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya.
 Keterangan ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti sah
dipengadilan , diatur dalam KUHAP pasal 184 ayat (1):
Alat bukti yang syah adalah : - Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Surat
- Petunjuk
- Ket. terdakwa
 KUHAP ps 6 ayat(2) jo PP 27 Tahun 1983 ps
ayat(1), kategori penyidik adalah Pejabat Polisi
Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh
UU dgn pangkat serendah-rendahnya
Pembantu Letnan dua (sekarang Ajun Inspektur
Dua). Sedangkan penyidik pembantu
berpangkat serendah-rendahnya Sersan dua
(sekarang Brigadir dua). Bila suatu Kepolisian
Sektor tidak ada berpangkat bintara, maka
dibawah Pembantu letnan dua dikategorikan
sebagai penyidik.
Men. KUHAP ps 133 ayat (1) :
Yang berwenang melakukan pemeriksaan
forensik yang menyangkut tubuh manusia
dan membuat keterangan ahli adalah :
- dokter ahli kedokteran kehakiman
(forensik)
- dokter
- ahli lainnya.
Dokter ahli forensik  Keterangan ahli
Dokter  Keterangan
 KUHAP ps 133 ayat (2) :
 Permintaan keterangan ahli sbgmana dimaksud
ayat (1), dilakukan secara tertulis, yang dalam
srt tsb disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemerikasaan mayat
atau bedah mayat.
 Ayat (3) : Mayat yg dikirim kpd kedokteran
kehakiman atau dokter harus diperlakukan
dengan baik dgn penuh penghormatan thd
mayat tsb dan diberi label, dilak dan dengan
diberi cap jabatan yg dilekatkan pd ibu jari kaki
atau bag lain badan mayat.
 Penggunaan keterangan ahli atau dimaksud
visum et repertum, adalah hanya untuk
keperluan peradilan. Dengan perkataan lain
berkas hanya boleh diserahkan kepada
penyidik (instansi) yang meminta.
 Keluarga korban, pengacaranya, pembela
tersangka pelaku pidana tidak dapat
meminta keterangan ahli langsung kpd
dokter pemeriksa, melainkan harus melalui
aparat peradilan (penyidik, jaksa, hakim)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai