Anda di halaman 1dari 31

TUMOR PARU DAN TUMOR

MEDIASTINUM

DI PRESENTASIKAN OLEH:
MARLINA ELVIANA
J510170098
Tumor
Tumor Paru
Mediastinum

abnormalitas dari Tumor yang terdapat


sel – sel yang di dalam mediastinum
mengalami yaitu rongga yang
proliferasi dalam berada di antara paru
paru. kanan dan kiri
ETIOLOGI

Penyebab kimiawi Faktor Fisik


Faktor Genetik Faktor Nutrisi
(biomolekuler) Faktor Hormon
KLASIFIKASI TUMOR PARU
pertambahan besarnya
berlangsung sangat
lambat

Hamartoma
Bentuk bulat atau
bergelombang (globulated)
Tumor jinak Batas tegas, kalsifikasi
berbentuk bercak-bercak
paru garis (gambaran pop corn).

hiperinflasi udara ke
dalam parenkim paru
Kista paru melalui suatu celah berupa
klep akibat suatu
peradangan kronis.
berkembang
sangat cepat dan
agresif.

Small Cel Lung


Cancer (SCLC)
Disebut Oat cell carcinoma
Tumor ganas
paru
adenokarsinoma,
Non Small Cel
karsinoma
Lung Cancer
bronkoalveolar, dan
(NCLC)
karsinoma sel besar
TUMOR MEDIASTINUM
PATOFISIOLOGI

Tumor paru
Dari etiologi  percabangan segmen/ sub bronkus  cilia hilang dan
deskuamasi  pengendapan karsinogen metaplasia, hyperplasia
dan displasia lesi perifer menembus ruang pleura  timbul efusi
pleura  diikuti invasi langsung pada kista dan korpus vertebra.

lesi sentral  obstruksi dan ulserasi bronkus  supurasi di bagian


distal
Tumor Mediastinum

adanya zat yang bersifat initiation  perubahan sel keterpaparan


yang  berkembangnya neoplasma  terbentuknya formasi
tumor meningkatnya volume massa sel desakan pada jaringan
sekitarnya,pelepasan berbagai substansi pada jaringan normal
secara berlebihan  timbulnya karsinoma pertumbuhan sel-sel
progresif pada mediastinum  menyebabkan penekanan (direct
pressure/indirect pressur) serta dapat menimbulkan distruksi
jaringan sekitar
GEJALA KLINIS
TUMOR PARU

Lokal (tumor tumbuh setempat)


a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Batuk darah
c. Mengi
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Atelektasis

Invasi lokal
a. Nyeri dada
b. Sesak
c. Invasi ke perikardium
d. Sindrom vena cara superior
e. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Suara serak
g. Sindrom Pancoast
Gejala Penyakit Metastasis
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering
menyertai metastasis)

Sindrom Para neoplastik (10% pada Ca Paru), dengan gejala:


a. Sistemik
b. Hematologi
c. Hipertrofi osteoartropati
d. Neurologik
e. Neuromiopati
f. Endoktrin
g. Dermatologik
h. Renal
TUMOR MEDIASTINUM

Batuk, sesak, atau stridor.


Disfagia
Sindrom vena kava superior (SVKS)

Suara serak dan batuk kering


Paralisis diafragma
Nyeri dinding dada pada tumor
neurogenik atau pada penekanan
pada sistem syaraf.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TUMOR PARU
a. Radiologi
• Foto thorax posterior – anterior (PA) dan lateral
Untuk kanker paru pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat
dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm
• Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
• CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
• MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
B. Laboratorium.
• Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk melihat
adanya/ tahap karsinoma.
• Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
• Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
C. Histopatologi
• Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

• Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi
yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95
%.

• Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.

• Mediastinoskopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

• Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
TUMOR MEDIASTINUM

a. Prosedur Radiologi
• Foto thoraks
Dari foto thoraks PA atau lateral untuk menentukan lokasi tumor anterior,
medial atau posterior
• Tomografi
Dapat menentukan lokasi tumor
• CT-scan toraks dengan kontras
Dapat mendeskripsikan lokasi, kelainan tumor secara lebih baik,
kemungkinan jenis tumor
Flouroskopi
kemungkinan terjadi aneurisma aorta.
Ekokardiografi
mendeteksi pulsasi pada tumor yang diduga terjadi
aneurisma aorta.
Angiografi
Lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma aorta
dibandingkan flouroskopi dan ekokardiografi.

Esofagografi
Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan bila ada dugaan
invasi atau penekanan pada esofagus.
USG, MRI, dan Kedokteran Nuklir
Prosedur Pemeriksaan
Histopatologi
Endoskopi Laboratorium
• Bronkoskopi • Biopsi Jarum • Pemeriksaan
• Mediastinoskopi Halus (BJH) atau laboratorium
• Esofagoskopi Fine Needle terkadang LED
• Torakoskopi
Aspiration Biopsy meningkat 
(FNAB) limfoma dan
Diagnostik
• Pungsi pleura bila TBC
• Elektromagnestic
ada efusi pleura mediastinum.
Navigation
Diagnostic • Bilasan atau • Uji tuberkulin 
Bronchoscopy sikatan bronkus dicurigai
pada saat limfadenitis TBC.
pemeriksaan
bronkoskopi • Pemeriksaan T3
dan T4  tumor
• Biopsi Aspirasi
Jarum (BAJ)
tiroid.
• Pemeriksaan
beta-HCG dan
alfa-fetoprotein
 tumor
mediastinum
Pemeriksaan Lain

• EMG  pemeriksaan penunjang


untuk tumor mediastinum jenis
timoma, untuk mencari
kemungkinan terjadi miestenia
gravis atau myesthenic reaction.
PERBEDAAN TUMOR PARU DAN
MEDIASTINUM
Sebuah massa pada foto x-ray thoraks yang mungkin berada di mediastinum,
ada beberapa karakteristik yang mengindikasikan bahwa lesi tersebut
berasal dari mediastinum:
- Massa di mediastinum tidak memiliki air bronchograms
- Margin batas  sudut yang tumpul, lebih dari 90 dan kurang dari 180
- Garis mediastinal (azygoesophageal recess, anterior dan posterior junction
line) akan terganggu.
- Tampak abnormalitas pada spinal, kosta, maupun sternal yang
berhubungan.
- Mediastinum dibagi menjadi anterior, medial, dan posterior tidak ada
jaringan yang memisahkan kompartmen ini.
Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
- T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.
- Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi
tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.
- Tis : Karsinoma in situ.
- T1 : Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang
normal.
- T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah
menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke
hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina.
- T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada,
diafragma, pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di
bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan
karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus,
atau korpus vertebra.
- T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung,
pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga
pleura/perikardium yang disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul
ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)
- N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional.
- N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral.
- N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening
subkarina.
- N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus
kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral.
Metastasis Jauh (M)
- M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh.
- M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak
PENATALAKSANAAN
TUMOR PARU

Pembedahan Radiasi
radioterapi  pengobatan
kuratif dan terapi
NSCLC stadium I, II, dan adjuvant/paliatif pada tumor
beberapa kasus stadium IIIa dengan komplikasi

mengurangi efek
obstruksi/penekanan
Prinsip pembedahan  tumor terhadap pembuluh darah/
direseksi lengkap dengan bronkus. Pada terapi kuratii
jaringan KGB intrapulmoner radioterapi menjadi bagian
dengan lobektomi maupun dari kemoterapi neoadjuvan
pneumonektomi. untuk NSCLC stadium IIIA.
Photodynamic
Kemoterapi
Therapy (PDT)
Kemoterapi  mengganggu photodynamic, suatu FocalF
pola pertumbuhan tumor, photosynthesizing disuntikkan
pasien SCLC atau dengan kedalam aliran darah beberapa
metastase luas serta untuk jam sebelum operasi
melengkapi bedah atau terapi
radiasi.

FocalF selektif pada sel-sel kanker


kemudian menggunakan suatu
Syarat utama harus ditentukan sinar dengan panjang gelombang
jenis histologis tumor dan tertentu, energi dari sinar
tampilan (performance status) mengaktifkan FocalF
harus lebih dari 60 menurut photosensitizing produksi dari
skala Karnosfky atau 2 suatu racun yang menghancurkan
menurut skala WHO sel-sel tumor
• Tindakan  bersifat jinak adalah bedah, penatalaksanaan
secara umum untuk tumor yang bersifat ganas 
multimodaliti, yaitu bedah, kemoterapi, dan radiasi.
Tumor
Mediastinum

• Indikasi ;
• Tumor stadium I
• Stadium II jenis karsinoma dan karsinoma sel besar tidak
dapat di bedakan (undifferentiated). Dilakukan secara khusus
pada stadium II Secara individual yang mencakup 3 kriteria;
• a. karakteristik biologis tumor
Pembedahan • b. letak tumor dan pembagian stadium klinis
• c. Keadaan fungsional penderita
Radiasi Kemoterapi
Indikasi dan syarat pasien
Pasien dengan tumor yang operabel Kemoterapi  mengganggu
tetapi karena resiko tinggi
pola pertumbuhan tumor,
Pasien kanker jenis adenokarsinoma atau menangani tumor paru sel
sel skuamosa yang inoperabel
kecil atau metastasi luas
serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.

Pasien dengan karsinoma bronkus Syarat untuk pelaksanaan


dengan histology sel gandum atau radioterapi dan kemoterapi:
anaplastik terdapat penyebaran nodul
pada kelenjar getah bening Hb > 10 gr%
Pasien kambuhan sesudah lobektomi atau Leukosit > 4000/dl
pneumonektomi
Trombosit > 100.000/dl
KOMPLIKASI
Tumor Paru Tumor
Intratorakal :
Mediastinum
- Obstruksi jalan nafas
- Gagal nafas
- Perdarahan/ hemoptysis
Obstruksi trachea
- Abses
- Atelektasis, Efusi pleura Sindrom Vena
Cava Superior

Ekstratorakal:
- Aritmia, Sindrom vena cava superiorSyndrome invasi vascular
horner dan catastrophic
- Dysphonia, Syndrome pancoast hemorrhage, dan
- Metastasis ke organ: otak, tulang, hepar, limfatik Rupture esofagus
- Syndrome paraneoplastik: penurunan berat
badan, anoreksia, demam
- Leukositosis, anemia
- Demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer
PROGNOSIS

Tumor paru Tumor mediastinum


• SCLC mempunyai pertumbuhan paling • Prognosis tumor mediastinum
agresif, hanya dua sampai empat bulan jinak cukup baik, terutama jika
setelah didiagnosis jika tidak dirawat. tanpa gejala.
• NSCLC, karsinoma skuamosa tidaklah • Menghitung umur tahan hidup 5
seburuk yang lainnya. Pada pasien yang tahun berdasarkan staging
dilakukan tindakan bedah, kemungkinan penyakit, 92,6% untuk stage I,
hidup 5 tahun setelah operasi adalah 85,7 % untuk stage II, 69,6 %
30%. untuk stage II dan 50 % untuk
• Prognosis  jelek jika dibandingkan stage IV
dengan beberapa kanker-kanker lain
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai