Anda di halaman 1dari 7

PENUNTUTAN

DR.SETYO UTOMO,SH.,M.HUM
PENGERTIAN
1. Ruang lingkup
Untuk mengetahui sejauh mana ruang lingkup
penuntutan dapat digambarkan melalui rumusan
penuntutan sebagaimana diatur dalam pasal 1 butir
7 KUHAP yang berbunyi : “Penuntutan adalah
tindakan penuntut umum untuk melimpahkan
perkara pidana ke pengadilan negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam Undang-Undang ini dengan
permintaan supaya diperik dan diputuskan oleh
hakim disidang pengadilan”
Penuntutan meliputi tindakan umum untuk :

1. Melimpahkan perkara pidana kepengadilan negeri


yang berwenang
2. Menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang
ini (KUHAP)
3. Permintaan supaya perkara pidana diperiksa oleh
hakim disidang pengadilan
4. Supaya perkara pidana diputus oleh hakim dalam
sidang pengadilan
Sesuai petunjuk pimpinan Kejaksaan Agung surat JAM PIDUM
No. B-403/E/9/1992 tanggal 8 September 1993,

Maka perlu diperhatikan hal-hal sbb :


1. Kelengkapan seluruh dokumen yang berkenaan
dengan proses penyidikan dan pelaksanaan tugas-
tugas prapenuntutan
2. Penelitian dengan seksama tntang yuridiksi
pengadilan sehingga diperoleh kepastian
pengadilan negeri yang berwenang mengadili
perkara tersebut sesuai pasal 137 KUHAP dan pasal
84 sampai 86 KUHAP
Sesuai petunjuk pimpinan Kejaksaan Agung (surat JAM
PIDUM No. B-403/E/9/1992 tanggal 8 September 1993,

3. Bila perkara pidana memerlukan pemeriksaan


secara cermat dan seksama, pelimpahan dilakukan
dengan acara pemeriksaan biasa (pasal 152 sampai
dengan pasal 202 KUHAP). Sebaliknya bila
pembuktian dan penerapan hukumnya mudah dan
sederhana sifatnya perkara dilimpahkan dengan
acara pemeriksaan singkat (pasal 203 KUHAP)
SIKAP JPU
Dalam hal penuntutan umum berpendapat bahwa dari
hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan

1. Dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan (pasal 140(1)


KUHAP)
2. Dalam hal penuntut umum memutuskan untuk menghentikan
penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa
tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara
ditutup demi hukum, penuntut umum menuangkan hal tersebut
dalam surat ketetapan (pasal 140(2) KUHAP)
Dalam hal JPU P-16A mempelajari, meneliti ulang berkas hasil
penyidikan/pemeriksaan tambahan, yang dituangkan dalam
Berita Acara Pendapat/Resume (BA-5) dan dari hasil penelitian
perkara tersebut harus dihentikan
SIKAP JPU

Harus memperhatikan alasan-alasan antara lain:


 Adanya pencabuatan pengaduan (Pasal 75 KUHAP)
 Nebis in idem (Pasal 76 KUHAP)
 Tersangka/terdakwa meninggal dunia (Pasal 77 KUHAP)
 Kadaluwarsa (Pasal 78, Pasal 79 KUHAP)
 Tidak cukup bukti atau peristiwa (Pasal 140 ayat 2 KUHAP)

Maka Kajari mengeluarkan Surat Penetapan Penghentian


Penuntutan (P-26) dan dicatat dalam register penghentian
penuntutan dan penyampingan perkara demi kepentingan
umum (Rp-10)

Anda mungkin juga menyukai