Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS PROTOFOLIO

OBSERVASI VOMITUS FREKUENS DENGAN


ANEMIA HEMOLITIK

Diajukan untuk melengkapi sebagai persyaratan dokter internship

Oleh :
dr. Sandhy Hapsari A.
DATA PASIEN
Data Pasien
• Nama : Ny. K
• Usia : 73 th
• Masuk tgl : 3 September 2017
• Bangsal : Cendana
• No RM : 1408082854
Anamnesis
• Seorang wanita usia 73 tahun datang dengan
keluhan muntah sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). Pasien muntah setiap kali
makan, berisi cairan dan sisa makanan, darah
(-), badan menggigil (-), nafsu makan
menurun, lemas (+) dan pusing (+). Buang air
besar dan buang air kecil lancar.
• Riwayat Penyakit Dahulu
– Riwayat keluhan serupa (-)
– Riwayat gastritis (-)
– Riwayat hipertensi (-)
– Riwayat diabetes (-)
– Riwayat transfusi darah (-)
• Riwayat Keluarga
– Tidak ada anggita keluarga yang punya keluhan yang sama
• Kondisi lingkungan sosial dan fisik
– Pasien tinggal bersama kedua anaknya, kegiatan sehari –
hari bisa dilakukan sendiri
– Sosial ekonomi kurang, pasien menggunakan BPJS
Pemeriksaan Fisik
• KU : lemah, compos mentis
• Tanda vital
– TD : 130/90 mmHg
– Nadi : 90x/menit
– RR : 20x/mnt
– Suhu : 37 0C
• Mata : konjungtiva pucat (+/+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 03082017 Satuan Rujukan
Hb 2.5 g/dl 11-16
HCT 9.6  37-54
RBC 1.81 106/l 3.50 - 5.50
WBC 14.2 103/l 4.0-10.0
AT 394 103/l 100-450
MCV 53.4 /um 80.0-100.0
MCH 13.8 pg 27.0-34.0
MCHC 26.0 g/dL 32.0-36.0
Limfosit 13.4 % 20.00-40.00
Granulosit 80.9 % 50.00-70.00
GDS 115 mg/dl <150
Ureum 27 mg/dl 15 – 50
Creatinin 0,50 mg/dl 0,6 – 1,3
Coomb test (+)
Pemeriksaan Penunjang
• EKG
– Normo sinus
– Normo axis
Tatalaksana
• O2 3 lpm
• Infus RL 15 tpm
• Injeksi Ranitidin / 12 jam
• Injeksi Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
• Paracetamol 3 x 1
• Plan: cek DR pagi, transfusi darah 3 kolf
Follow Up
3 September 2017
S O A P
mual, muntah, KU : Lemah, CM Obs.Vomitus O2 3 lpm
lemas TD : 130/90 Frekuens dengan Inf RL 15 tpm
N : 90x/mnt , anemia hemolitik Inj. Ranitidin / 12
jam
RR : 20x/mnt
Inj. Ceftri 1 gr / 12 j
T : 37oC
Inj. Ondan
Inj. Dexa
Paracetamol 3 x 1
Plan: cek DR pagi,
transfusi darah 3
kolf
4 September 2017
S O A P
mual, lemas KU : lemah, CM Obs.Vomitus Infus RL 15 tpm
TD : 120/80 Frekuens dengan Inj Ranit / 12 jam
N : 96x/mnt , anemia hemolitik Inj.Ondan / 12
RR : 20x/mnt jam
T : 37oC Inj.Ceftri 1 gr / 12
Hb : 9,2 jam
5 September 2017
S O A P
KU : Baik, CM Observasi vomitus BLPL
TD : 120/80 frekuen dengan
N : 96x/mnt , anemia hemolitik
RR : 20x/mnt
T : 37oC
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia Hemolitik

• Definisi
– anemia yang disebabkan oleh peningkatan
kecepatan destruksi eritrosit.
– Hiperplasia eritropoiesis dan pelebaran
anatomik sumsum tulang menyebabkan
meningkatnya destruksi eritrosit beberapa kali
lipat sebelum pasien menjadi anemis, penyakit
hemolitik terkompensasi
• Klasifikasi
– Berdasarkan pencetusnya
• Intrinsik
• Ekstrinsik
– Kongenital
– Berdasarkan lokasi penghancuran
• Etiologi
– Defek molekuler hemoglobinopati atau
enzimopati
– Abnormalitas struktur dan fungsi membran –
membran
– Faktor lingkungan
• Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah
urin yang mengakibatkan dehidrasi sehingga
tubuh akan meningkatkan rasa haus
(polydipsi).
• Penggunaan lemak untuk menghasilkan
glukosa memproduksi badan keton yang dapat
mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan)
• nafas bau keton dan mual (nausea) hingga
terjadi asidosis.
• Epidemiologi
– Anemia hemolitik mewakili sekitar 5% dari semua
anemia. Anemia Hemolitik
Autoimun/Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA)
akut relatif jarang terjadi, dengan insiden 1-3
kasus per 100.000 penduduk per tahun
• Patogenesis
– Umur SDM normal ialah ± 100-120 hari. Dengan
bertambahnya umur sel mulai terjadi glikolisis,
aktivitas enzim menurun dan kadar ATP, kalium
serta lipid membran menurun pula. Karena
rangkaian proses ini, sel darah merah tidak dapat
mempertahankan bentuk dan hidupnya dan
terjadilah hemolisis. Keadaan/penyakit baik yang
kongenital maupun didapat dapat memperpendek
umur eritrosit.
• Manifestasi Klinik
– Tampak pucat dan ikterus.
– Tidak ditemukan perdarahan dan
limfadenopati.
– Dapat ditemukan hepatomegali atau
splenomegali.
– Takikardia dan aliran murmur pada katup
jantung.
• Diagnosis
– Penegakkan diagnosa anemia hemolitik
berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang, dimana bisa
diketahui kausa penyebab dari anemia hemolitik
itu sendiri.
• Diagnosis banding
– Anemia Pasca Perdarahan
– Leukimia
• Tatalaksana
– Kortikosteroid 1-1,5 mg/kgBB/hari
– Splenektomi
– Imunosupresi, Azatioprin 50-200 mg/hari
– Danazol 600-800 mg/hari
– Terapi transfusi
 Prognosis
 Tergantung pada penyakit yang mendasari.6,7
 Pada pasien dengan anemia hemolitik autoimun
tipe hangat , hanya sebgaian kecil pasien yang
mengalami penyembuhan komplit dan sebagian
besar memiliki perjalanan penyakit yang
berlangsung kronik namun terkendali.
 Sedangkan pada pasien dengan anemia hemolitik
autoimun tipe dingin dengan sindrom kronik akan
memiliki survival yang baik dan cukup stabil.
• Pencegahan
– Tindakan pencegahan dapat berupa : 5, 7
– Pemeriksaan laboratorium jika ditemukan gejala
– Pendidikan kesehatan
– Perbaikan gizi
– Hidup bersih dan sehat
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai