Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

ETIKA POLITIK
BERDASARKAN PANCASILA
Disusun Oleh : Kelompok IV :
1 . Anisa Sabbihisma
2. Elda Dwi Septia
3. Melly Hayati
4. Nur Isman Sholeh
5. Uva selvia
Dosen Pembimbing : Dr. Yesi, S.Sos.,M.SOC,SC
A. PENGANTAR

Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu nilai


sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma
baik norma hukum, norma moral, maupun norma kenegaraan
lainnya.
Sebagai suatu niai, Pancasila memberikan dasar-dasar
yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu
norma yang meliputi :
1. Norma moral : berkaitan dengan tingkah laku manusia
yang dapat diukur melalui udut baik ataupun buruk.
2. Norma hukum : sistem peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka
Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia.
jadi, sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan
suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma
baik meliputi norma moral, norma hukun, yang pada gilirannya
harus dijabarkan dalam norma-norma etika, moral, maupun
norma hukum
PENGERTIAN ETIKA

Etika merupakan suatu ilmu yang membahas tentang


bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
ETIKA

Etika Etika
khusus umum

Etika Etika
individual sosial
B. PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN
MORAL

1. Pengertian Nilai
Nilai merupakan sifat atau kualitas yang dimiliki suatu
objek. Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk
menunjuk kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan” atau
“kebaikan”. Jadi, sesuatu hal dikatakan bernilai apabila hal
tersebut berharga, berguna, dan bermanfaat
2. Hierarkhi Nilai
Max Scheler membagi nilai berdasarkan tingkatannya, yaitu :
 Nilai-nilai kenikmatan : dalam tingkatan ini terdapat nilai -
nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang
menyebabkan orang senang atau menderita
 Nilai-nilai kehidupan : dalam tingkatan ini terdapatlah
nilai-nilai penting bagi kehidupan, misalnya kesehatan
 Nilai-nilai kejiwaan : nilai ini sama sekali tdak
tergantungdari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai
semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan pengetahuan
umum
 Nilai-nilai kerohanian : dalam tingkat ini terdapatlah
modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci
PENGGOLONGAN NILAI MENURUT
WALTER G EVERET
• Nilai nilai ekonomis (meliputi semua harga pasar dan benda
yang dapat di beli).
• Nilai nilai kejasmanian (kesehatan,efisiensi dan keindahan
dari kehidupan badan).
• Nilai nilai hiburan (nilai nilai permainan dan waktu senggang
yang menyumbangkan pada pengayaan kehidupan).
• Nilai nilai sosial (berasal mula dari keutuhan kepribadiandan
sosial yang di inginkan).
• Nilai nilai watak (keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan
sosial yang di inginkan).
• Niali nilai estetis (nilai nilai keindahan dalam alam dan
karya seni).
• Nilai nilai intelektual (nilai nilai pengetahuan dan
kebeneran).
• Nilai nilai keagamaan.
PENGGOLONGAN NILAI MENURUT
NOTONEGORO
 Nilai material,yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
kehidupan manusia,atau kebutuhan material ragawi wanita.
 Nilai vital,yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
manusia,untuk mengadakan kegiatan/aktifitas.
 Nilai kerohanian,yaitu segala sesuatuyang berguna bagi
rohani manusia,dan nilai kerohanian dapat di bedakan
menjadi 4:
1. Nilai kebenaran,yang bersumber dari akal manusia.
2. Nilai keindahan/nilai estetis,yaitu bersumber pada unsur
kehendak.
3. Nilai kebaikan/nilai moral,yaitu yang bersumber pada unsur
kehendak.
4. Nilai religius,yang merupakan nilai kerohanian yang tertinggi dan
mutlak,bersumber kepada kepercayaan/keyakinan manusia.
Dari uraian mengenai macam macam nilai oleh para
tokoh aksiologi,dapat di kemukakan pula bahwa yang
mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud
material saja,akan tetapi juga sesuatu yang berwujud non-
material atau imaterial. Bahkan sesuatu yang imaterial itu
dapat mengandung nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi
manusia.
Nilai-nilai material relatif lebih mudah diukur,yaitu
dengan menggunakan alat indra maupun alat pengukur seperti
berat,panjang,luas,dan sebagainya. Sedangkan nilai
kerohanian/spiritual lebih sulit mengukurnya.
C. NILAI DASAR, NILAI INSTRUMENTAL,
DAN NILAI PRAKTIS

 Nilai Dasar, merupakan hakikat esensi,intisari,atau makna


yang terdalam dari niali nilai tersebut. Nilai dasara ini:
bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan
objektif segala sesuatu misalnya hakikat tuhan,manusia
atau segala sesuatu lainnya.
 Nilai Instrumental, inilah merupakan suatu pedoman yang
yang dapat diukur dan dapat di arahkan,sehingga dapat juga
dikatakan bahwa instrumental itu merupakan suatu
eksplisitasi dari nilai dasar.
 Nilai praktis, merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam suatu kehidupan yang nyata.sehingga
nilai praktis ini perwujudan dari nilai instrumental. Artinya
oleh karena Nilai Dasar,Nilai instrumental,dan Nilai Praktis
itu merupakansistem perwujudannya.
HUBUNGAN NILAI, NORMA, DAN MORAL

Nilai tidak bersifat kongkrit yaitu tidak dapat di


tangkap,dengan indra manusia,dan nilai dapat bersifat
subjektif maupun objektif. Bersifat subjektif manakala nilai
tersebut diberikan oleh subjek (dalam hal ini manusia sebagai
pendukung pokok nilai ) dan bersifat objektif jika kalau nilai
tersebut telah melekat pada sesuatu terlepas dari penilain
manusia.maka wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut
adalah merupakan suatu norma
Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan
moral dan etika. Makna moral yang terkandung dalam
kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan
tingkah lakunya.
Moral yaitu merupakan suatu ajaran ajaran
ataupun wejangan wejangan,patokan patokan
kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis
tentang bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak agar menjadi manusia yang baik.
D. ETIKA POLITIK

Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa filsafat dibagi


menjadi beberapa cabang,terutama dalam hubungannya dengan
bidang yang di bahas.
Berdasarkan ciri2nya Filsafat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. filsafat teoretis
Adalah pembahasan tentang makna hakiki segala
sesuatu,antara lain manusia,alam,benda fisik,pengetahuan
bahkan juga tentang hakikat yang transenden.
2.filsafat praksis
Membahas dan mempertanyakan aspek praksis dalam
kehidupan manusia.
Etika politik berkaitan dengan pembahasan
moral. Hal ni berdasarkan kenyataan bahwa
pengertian moral senantiasa menunjuk kepada
manusia sebagai subjek etika.
1. Pengertian Politik
Pengertian ‘politik’ berasal dari kosa kata ‘ politics’ yang
memiliki makna bermacam-macam kegiatan dalam suatu
sistem politik atau ‘negara’,yang menyangkut proses penentuan
tujuan2 dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan2
itu.
Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan
kebijaksanaan umum atau public policies ,yang menyagkut
pengaturan dan pembagian dari sumber2 yang ada .untuk
melaksanakan kebijaksanaan itu ,diperlukan suatu kekuasaan
dan kewenangan ,yang akan dipakai baik untuk membina
kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin
timbul dalam proses ini.
Berdasarkan pengertian-pengertian pokok
tentang politik maka secara operasional bidang politik
menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan
dengan negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijaksanaan, pembagian, serta alokasi.
Bilamana lingkup pengertian politik dipahami
seperti yang diatas, maka terdapat kemungkinan akan
terjadi ketimpangan dalam aktualisasi politik.
Oleh karena itu dalam hubungan dalam etika
politik pengertian politik tersebut harus
dipahami dalam pengertian yang lebih luas
yaitu menyangkut seluruh unsur yang
membentuk suatu persekutuan hidup yang
disebut masyarakat negara.
2. Dimensi Politis Manusia
a. Manusia sebagai Makhluk Individu-sosial
Paham individualisme yang merupakan cikal
bakal paham liberalisme, memandang manusia
sebagai mahkluk individu yang bebas. Sedangkan
segala hak dan kewajiban baik moral maupun hukum
dalam hubungan masyarakat, bangsa dan negara
senantiasa diukur berdasarkan filosofi manusia
sebagai makhluk sosial.
b. Dimensi Politis Kehidupan Manusia
Dalam kehidupan manusia secara alamiah, jaminan
atas kebebasan manusia baik sebagai individu maupun
mahkluk sosial sulit untuk dapat dilaksanakan. Karena
terjadinya pembenturan kepentingan diantara mereka
sehingga terdapat suatu kemugkinan terjadi anarkisme di
masyarakat. Dengan demikian dimensi politis manusia
dapat ditentukan sebagai suatu kesadaran manusia akan
dirinya sendiri sebagai anggota masyarakat yang
menentukan kerangka kehidupannya dan ditentukan
kembali oleh kerangka kehidupan nya serta ditentukan
kembali oleh tindakan-tindakan nya.
3. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
Pancasila ialah sumber derivasi peraturan
perundang-undangan dan sumber moralitas terutama
dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan,
hukum serta berbagai kebijakan dalam
penyelenggaraan negara. Dan semua nilai-nilai
moralitas itu sudah tercantum dalam semua sila
pancasila tersebut.
 Negara berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaannya dan
kekuasaan dilakukan senantiasa untuk rakyat. Oleh karena
itu rakyat adalah asal mula kekuasaan negara. Dalam
pelaksanaan politik praktis yang menyangkut kekusaan
eksekutif, legislative serta yudikatif , konsep pengambilan
pengawasan serta partisipasi harus brdasarkan legitimasi dari
rakyat atau yang disebut dengan “Legitimasi Demokrasi”.
 Etika politik yang harus direalisasikan oleh setiap individu
yang terlibat secara konkrit dalam pelaksanaan pemerintahan
Negara seperti para pejabat eksekutif, anggota legislative
maupun yudikatif,para pejabat Negara,dll, harus menyadari
bahwa selain legitimasi demokratis juga harus berdasarkan
legitimasi moral.

Anda mungkin juga menyukai