Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

PPOK dengan PNEUMONIA

Oleh :
Desya Billa Kusuma A.
1102014070

Pembimbing :
dr. Subagyo Sp.P
DEFINISI dan ETIOLOGI

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah


yang dicirikan oleh gejala pernapasan
Pneumonia adalah infeksi bakteri, virus, atau jamur
persisten dan keterbatasan aliran udara yang
dari satu atau kedua sisi paru-paru yang
disebabkan oleh saluran napas dan / atau
menyebabkan kantung udara, atau alveoli, paru-
kelainan alveolar biasanya disebabkan oleh
paru untuk diisi dengan cairan atau nanah.
paparan yang signifikan terhadap partikel
atau gas berbahaya

PPOK melemahkan sistem pernapasan, meningkatkan


kerentanan terhadap pneumonia. Karena orang-orang
dengan PPOK sudah memiliki saluran udara yang lemah dan
sistem kekebalan yang lebih buruk, mereka lebih mungkin
daripada orang sehat, karena pneumonia.
EPIDEMIOLOGI
•Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) saat ini merupakan penyebab kematian nomor lima
•pneumonia adalah penyebab utama ketujuh dari kematian secara keseluruhan dan penyebab utama
pertama kematian infeksi di Amerika Serikat
•PPOK sendiri mempengaruhi 20 juta orang Amerika, dan merupakan salah satu kondisi komorbid yang
paling sering dilaporkan pada pasien pneumonia.
•Dalam PPOK, tingkat kejadian tinggi (IR) pneumonia, hingga 22,4 per 1.000 orang-tahun

dilaporkan Pada penelitian yang di lakukan di Rumah Sakit Universitas dan Sistem Perawatan
Kesehatan South Texas Veterans Di antara 744 pasien dengan pneumonia, 215 memiliki diagnosis
komorbiditas PPOK dan 529 tidak memiliki PPOK. Kelompok PPOK memiliki skor keparahan
pneumonia rata-rata yang lebih tinggi (105 ± 32 vs 87 ± 34) dan dirawat di unit perawatan intensif
lebih sering (25 berbanding 18%). Setelah disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit dan proses
perawatan, pasien pneumonia dengan PPOK menunjukkan mortalitas secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan pasien non-PPOK
PATOFISIOLOGI Inhalasi bahan berbahaya penelitian telah menunjukkan
peningkatan kolonisasi mikrobiologi
pada saluran pernapasan bawah
selama eksaserbasi PPOK
dibandingkan dengan keadaan
inflamasi stabil

kerusakan struktural permanen dan Kerusakan


perubahan fungsi sel imun host jaringan • Penyempitan sal.
Peningkatan Nafas dan fibrosis
pengangkutan pada
pasien dengan
• Destruksi parenkim
obstruksi aliran paru
udara yang lebih meningkatkan pengangkutan mikroorganisme berpotensi patogen • Hipersekresi mukus
buruk, yaitu volume
ekspirasi paksa dan perubahan mikrobioma yang memungkinkan peningkatan
dalam 1 detik (FEV1) kehadiran organisme patogen
<50%

Infeksi parenkim paru


DIAGNOSIS PPOK

Anamnesis
-Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
-Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
-Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
-Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran
napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
-Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
-Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan fisik
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup Perkusi
mencucu) Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil,
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan
letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas Auskultasi
- Pelebaran sela iga -suara napas vesikuler normal, atau melemah
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat -terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa
denyut vena jugularis leher dan edema tungkai atau pada ekspirasi paksa
- Penampilan pink puffer atau blue bloater -ekspirasi memanjang
-bunyi jantung terdengar jauh
Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
• Spirometri : merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan
memantau perjalanan penyakit.

• Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil

2. Darah rutin : Hb, Ht, leukosit

3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
Orang-orang dengan PPOK harus memperhatikan gejala yang lebih khas dari
pneumonia. Ini termasuk:
panas dingin
gemetar
peningkatan nyeri dada
demam tinggi
sakit kepala dan nyeri tubuh
Diagnosis pneumonia
Diagnosis pneumonia didapatkan dari anamnesis, gejala klinis pemeriksaan fisis, foto toraks dan
labolatorium. Diagnosis pasti pneumonia ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru
atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini :
Batuk-batuk bertambah
Perubahan karakteristik dahak / purulen
Suhu tubuh > 38oC (aksila) / riwayat demam
Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
Leukosit > 10.000 atau < 4500
Adapun gambaran radiologis foto thorax
pada pneumonia secara umum antara
lain:
◦ Perselubungan padat homogen atau
inhomogen
◦ Batas tidak tegas, kecuali jika mengenai 1
segmen lobus
◦ Volume paru tidak berubah, tidak seperti
atelektasis dimana paru mengecil. Tidak
tampak
deviasitrachea/septum/fissure/seperti
pada atelektasis.
◦ Air bronchogram sign adalah bayangan
udara yang terdapat di dalam
Sillhoute sign adalah suatu tanda adanya dua bayangan benda
(objek) yang berada dalam satu bidang seakan tumpang tindih.
Tanda ini bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; jika
batas lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut
berdampingan dengan jantung atau di lobus medius kanan. Maka
akan disebut sebagai sillhoute sign (+)
DIAGNOSIS BANDING PPOK

• Asma
• SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan
lesi paru yang minimal.
• Pneumotoraks
• Gagal jantung kronik
• Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroy lung.
TATALAKSANAAN PPOK dan Pneumonia

Tujuan dari penatalaksanaan PPOK adalah :


Mengurangi gejala
Mencegah eksaserbasi berulang
Mencegah dan memperbaiki penurunan faal paru
Meningkatkan kualitas hidup
Penatalaksanaan PPOK secara umum :

1. Edukasi
Hindari pencetus  Menghentikan kebiasaan merokok.
Memberikan pengetahuan dasar tentanng PPOK
Memberikan informasi tentang obat yg akan di konsumsi, manfaat, dan efek samping obat.
Memberikan informasi tentang cara pencegahan memburuknya penyakit.
Memberikan informasi tentang penyesuaian aktifitas pasien
A. Bronkodilator b. Anti-inflamasi

Macam - macam bronkodilator : Diberikan bila terjadi eksaserbasi akut untuk menekan inflamasi yang

• Golongan antikolinergik terjadi. Dipilih golongan metilprednisolon atau prednison.


c. Antibiotika
• Golongan agonis beta – 2
 Lini I : amoksisilin
• Kombinasi antikolinergik dan
agonis beta – 2 makrolid
 Lini II : Amoksisilin dan asam klavulanat
• Golongan xantin
Sefalosporin
Kuinolon
Makrolid baru
d. Antioksidan
f. Antitusif
Dapat mengurangi eksaserbasi dan
memperbaiki kualitas hidup. Obat yag
digunakan N-asetilsistein. Tidak dianjurkan
untuk penggunaan secara rutin.
e. Mukolitik
Hanya diberikan pada eksaserbasi akut
karena akan mempercepat perbaikan pada
eksaserbasi akut. Jarang dipakai secara
rutin.
3. Terapi oksigen 5. Nutrisi
INDIKASI : Malnutrisi sering terjadi pada PPOK. Kondisi malnutrisi
• PaO2 <60mmHg atau satuasi O2 <90% akan menambah peningkatan mortalitas pada PPOK.
• PaO2 diantara 55mmHg-59 mmHg atau saturasi Komposisi yg seimbang dapat berupa diet tinggi lemak
O2 >89% disertai cor pulmonal, tanda-tanda dan rendah karbohidrat.
gagal jantung kanan dan penyakit paru lain. Karena gangguan ventilasi, pada PPOK tidak dapat
mengeluarkan CO2 hasil metabolisme karbohidrat.
4. Ventilasi mekanik
6. Rehabilitasi
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada
eksaserbasi dengan gagal napas akut,gagal napas TUJUAN :
akut pada gagal napas kronik atau pada pasien Untuk meningkatkan toleransi latihan
PPOK derajat berat dengan napas kronik.
Meningkatkan kualitas hidup
Meningkatkan kemampuan otot pernafasan
PENATALAKSANAAN
PNEUMONIA
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada Pneumonia adalah :
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
• Gagal napas 1. Efusi pleura dan empiema.
-Gagal napas kronik sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia
-Gagal napas akut pada gagal napas kronik berupa meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi dan
hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningguan ureum
• Infeksi berulang dan enzim hati.
• Kor pulmonal
3. Hipoksemia akibat gangguan difusi.
4. Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru
sehingga terjadi infeksi oleh kuman anaerob dan bakteri gram
negative.
5. Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia
berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob S.
aureus, dan kuman Gram (-) seperti Pseudomonas aeruginosa.
6. Bronkiektasis. Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa
anak-anak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi
bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia,
tuberkulosis, atau pneumonia.8
Prognosis
Prognosis dari PPOK cukup buruk, karena PPOK tidak dapat disembuhkan secara permanen,
30% penderita dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu satu tahun, 95%
meninggal dalam waktu 10 tahun. Ini terjadi oleh karena kegagalan napas, pneumonia, aritmia
jantung atau emboli paru.
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya antibiotik. Faktor
yang berperan adalah patogenitas kuman, usia, penyakit dasar dan kondisi pasien. Secara
umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat
menjadi 60% pada orang tua dengan kondisi yang buruk misalnya gangguan imunologis, sirosis
hepatis, penyakit paru obstruktif kronik, atau kanker. Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 3
atau lebih lobus dan komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk. Kuman
gram negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek.
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
1Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. 2008
2Ryan M, Suaya JA, Chapman JD, Stason WB, Shepard DS, Thomas CP. Incidence and cost of pneumonia in older adults with COPD in the United States. PLoS One. 2013;8(10):e75887.
3Andreassen SL, Liaaen ED, Stenfors N, Henriksen AH. Impact of pneumonia on hospitalizations due to acute exacerbations of COPD. Clin Respir J. 2014;8(1):93–99.
4Santibanez M,Garrastazu R, Ruiz-Nunez M, Hel- guera JM, Arenal S, Bonnardeux C, et al. Predic- tors of Hospitalized Exacerbations and Mortality in Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
PloS One. 2016;11:e0158727.
5Restrepo MI, Mortensen EM, Pugh JA, Anzueto A.2006.COPD is associated with increased mortality in patients with community-acquired pneumonia. European Respiratory Journal.28:346–
51.
6Suissa S, Patenaude V, Lapi F, Ernst P. Inhaled corticosteroids in COPD and the risk of serious pneumonia. Thorax. 2013;68:1029–1036
7Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) diagnosis dan penatalaksanaan. Edisi ke-1. Jakarta: 2011
8Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003; hal 2-6
9Corr,Peter. Fot Thorax normal dan Infeksi Paru. In: Ramadhani, Dian., Dwijayanthi, Linda., Dharmawan, Didiek. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik (terjemahan dari Patterm Recognation
in Diagnostic Imaging). Jakarta: Penerbit EGC. 2010; hal 28, 33-35
10Tomas (2008) Respiratory medicine: an illustrated colour text. Churchill livingstone, Edinburg.
11Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Volume 2.Jakarta :EGC;2005 :843-51

Anda mungkin juga menyukai