Anda di halaman 1dari 36

PRESENTASI KASUS

SKABIES

Pembimbing:
Dr. Rudianto Sutarman, Sp.KK
Disusun oleh:
Fairuz djafar
110.2008.100
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Cilegon
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : tn,syafei arif

Usia : 21 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : serang

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 09 juni 2014


II. ANAMNESIS : DILAKUKAN AUTO
DAN ALLOANAMNESA PADA TANGGAL
09 JUNI 2014
Keluhan Utama
• Timbul bruntus – bruntus yang gatal pada daerah
tangan,perut,selangkangan, lipat paha dan kemaluan
sejak ± 4 hari yang lalu
Keluhan Tambahan
• Kemerahan dan perih pada daerah tangan, perut,
selangkangan, lipat paha dan kemaluan sejak ± 4 hari
yang lalu
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
 Pasien seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke Poliklinik
penyakit kulit kelamin RSUD Cilegon diantar oleh ibunya dengan
keluhan timbul bruntus – bruntus yang gatal di daerah
tangan,perut, selangkangan, lipat paha , dan kemaluan sejak ±
4 hari yang lalu. Keluhan juga disertai kulit yang menjadi
kemerahan dan rasa perih pada daerah – daerah tersebut.
Pasien mengatakan bahwa badannya terasa lebih gatal pada
malam hari.
 Pasien mengatakan bahwa pasien mandi hanya sekali dan sering
memakai pakaian adiknya. Menurut ibu pasien, sebelumnya adik
pasien mengalami gejala yang sama dan sudah diobati.
 Pasien juga mengatakan bahwa pasien tidur satu tempat tidur
dengan adiknya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengaku tidak memiliki keluhan gatal-gatal
seperti ini sebelumnya

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien mengatakan sebelumnya adik pasien menderita
penyakit seperti ini ±2 bulan yang lalu

RIWAYAT ATOPI PASIEN


Rhinitis : disangkal
Dermatitis : disangkal
Asma : disangkal
RIWAYAT ATOPI KELUARGA
Rhinitis : disangkal
Dermatitis : disangkal
Asma : disangkal

RIWAYAT PENGOBATAN
Sebelumnya pasien belum pernah melakukan
pengobatan

RIWAYAT LINGKUNGAN
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dan yang
higienitasnya kurang baik.
III. PEMERIKSAAN FISIK
 A.STATUS GENERALISATA
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tekanan Darah : Tidak Dilakukan
 Nadi : 80 x/menit
 Respirasi : 22 x/menit teratur
 Suhu : tidak dilakukan
 Berat badan : tidak dilakukan
LANJUTAN PEMERIKSAAN FISIK

 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
 KGB : Tidak ada pembesaran KGB
 THT : Tidak ada kelainan
 Thoraks
 - Cor : BJ I/II reguler, Murmur (-) Gallop (-)
 - Pulmo : vesikuler di kedua lapang paru, Ronkhi (-/),Wheezing (-
/-)
 Abdomen : sedikit cembung, supel, bising usus (+) normal
 Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema dan sianosis di keempat
ekstremitas
B. STATUS DERMATOLOGIS

AD REGIO : ANTEBRACHI DEKSTRA


SINISTRA, ABDOMEN, FEMORALIS DEKSTRA
SINISTRA, GENITALIS
 Efloresensi:
 tampak papul eritema di regio antebrachi dekstra
sinistra, bentuk irreguler
 tampak papul eritmea di regio abdomen, bentuk
irreguler
 tampak papul eritema di regio femoralis dekstra
sinistra, bentuk irreguler
 tampak papul eritem di genital, bentuk irreguler
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan mikroskopis preparat dari kerokan lesi
dengan KOH
V. DIFERENTIAL DIAGNOSIS
 1. Scabies
 2. Prurigo
 3. Dermatitis
VI. DIAGNOSIS
SKABIES
VIII. PENATALAKSANAAN

 NON MEDIKAMENTOSA
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan penularan
 Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan
tempat tinggal
 Mencuci pakaian, selimut, handuk dll dengan air panas
 Menjemur kasur, karpet, bantal dll secara rutin.
 MEDIKAMENTOSA
 Topikal : permetrin 5% topikal cream (didiamkan selama 10 jam), bila
belum sembuh diulang setelah 1 minggu
 Sistemik : cetirizine 2 x 1 tab
IX. PROGNOSIS
 Dubia ad vitam : ad bonam
 Dubia ad functionam : ad bonam
 Dubia ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
SKABIES
Sinonim
 Scabies; “Itch Mite”
 Gudik, kudis, penyakit Agogo

Definisi
 Penyakit kulit menular akibat infestasi & sensitisasi
thdp tungau Sarcoptes scabiei serta produknya
berada dalam terowongan lapisan tanduk pada
tempat predileksi
Etiologi
Sarcoptes (Acarus) scabiei var.hominis
Phylum Arthropoda; Class Arachnida; Ordo
Acarina; Famili Sarcoptidae

Parasitologi
Sarcoptes scabiei = tungau atau kutu yang
kecil, transulen
Bentuk bulat lonjong, konveks bagian
dorsal & pipih bagian ventral
Ukuran:
♀= 0,20 – 0,25 mm
♂= 0,33 – 0,45 mm
 4 pasang kaki
 2 depan + alat isap
 2 belakang + bulu keras
 Jantan dan betina berkopulasi.
Stlh kopulasi jantan mati
 Betina membuat terowongan, lalu bertelur 2 – 5 butir/ hari
lalu mati
 Siklus hidup
Telur  larva  nimfa  sarkoptes dewasa (tiap siklus
berlangsung selama +/- 3 hari)
Epidemiologi
 Kosmopolit terutama di daerah tropis & subtropis
 Insiden tinggi pd masyarakat sosial ekonomi kurang dan hygiene
buruk
 Endemis  epidemis

Cara Penularan
 Kontak langsung  lama-erat; seksual
 Kontak tak langsung  alat-alat rumah tangga, Kasur, pakaian, dll
Simtomatologi
 Keluhan utama: gatal hebat terutama malam hari

Predileksi:
 Sela jari tangan & kaki, ekstensor ekstremitas
 Lipat ketiak, sekitar pusar dan ikat pinggang
 Daerah genital dan bokong
 Pada bayi  seluruh tubuh !!
 Efloresensi: gambaran polimorf, kecuali infeksi sekunder
 Papulo-vesikulae
 Erosi & ekskoriasi + krustae
 Khas: kunikulus (terowongan) di lapisan korneum
4 TANDA KARDINAL

1. Pruritus nokturna
2. Menyerang manusia secara kelompok
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada
tempat-tempat predileksi berwarna putih
atau keabu-abuan
4. Menemukan tungau
Bentuk-bentuk Klinis Scabies
1. Scabies Impetigenisata  scabies + infeksi sekunder
2. Scabies pada bayi  seluruh tubuh + infeksi
sekunder
3. Scabies hewan  pada peternak anjing, kucing, ayam,
babi, kuda, dll
4. Scabies bentuk STD  pada genitalia orang dewasa
Bentuk-bentuk Klinis Scabies

5. Scabies nodular  nodul post scabies


6. Scabies norwegia atau scabies hiperkeratotika
(Norwegian scabies; Hyperkeratotic scabies; Crusted
Scabies) akibat penurunan respons imunologik tubuh
Antara lain:
 malnutrition
 kelainan neurologik: mongolism
 kelainan immunologik: terapi steroid/sitostatik
AIDS, T-cell leukemia
 penderita lepra
Diagnosis
 Ideal

Temukan terowongan pada kulit


Buktikan adanya sarcoptes dewasa, larva dan
telur
 Praktis: atas dasar keluhan + data klinis

Gatal hebat malam hari


Anamnesis keluarga 
Efloresensi polimorf pada tempat predileksi
Diagnosis Banding
Pitiriasis rosea
Liken planus
Pedikulosis korporis
Pioderma
Prurigo
SYARAT OBAT YANG IDEAL
 1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
 2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
 3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai
pakainan
 4. mudah diperoleh dan harganya murah

 Cara pengobatan: seluruh anggota keluarga


harus diobati (termasuk penderita yang
hiposensitisasi)
Terapi
1. Umum
 Kebersihan perorangan
 Kebersihan lingkungan
 Obati keluarga & kontak personal
2. Anti Skabies
 obat tidak toksis & tidak iritatif
 membunuh semua stadium
A. Preparasi belerang (4 – 20%)
B. Emulsi benzil benzoas (20 - 25%)
C. Gama benzen heksa klorida ( ½ - 1%)
D. Krotamiton 10%
E. Permethrin 5%
3. Antibiotika: bila ada infeksi sekunder, dermatitis
Obat-obat anti scabies
1. Preparasi belerang
Kadar 4-20% dalam bentuk salap atau
krim
Murah dan aman
Tidak bunuh telur
Berbau, mengotori pakaian dan bisa
timbul iritasi
Minimal 3 hari
2. Benzil
benzoas emulsi (20-25%)
 Efektif utk semua stadium
 Iritasi  gatal >
 3 malam
3. Gama Benzena heksa Klorida (Gameksan)
 Kadar 1% dalam krim atau losio
 Merupakan obat pilihan
 Efektif semua stadium
 Neurotoksik (SSP)
 Jangan diberi kepada anak-anak <6 tahun dan wanita hamil
 Pemberian cukup sekali, jika masih ada gejala diulang
seminggu kemudian
4. Krotamiton 10% (krim atau losio)
 Anti gatal
 Anti skabies
 Iritasi mukosa
5. Permetrin 5% (krim)
 Kurang toksik
 Aplikasi hanya sekali, dihapus selama 10 jam
 Bila belum sembuh diulang setelah seminggu
 Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan
Komplikasi  penyulit diagnosis
Infeksi sekunder
Pustulae
Folikulitis
Furunkulosis, dll
Pengobatan sendiri a.l dermatitis kontak
Prognosis
 Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian
obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan
faktor predisposisi (antara lain higiene), maka penyakit
ini dapat diberantas  prognosis baik

Anda mungkin juga menyukai