Anda di halaman 1dari 78

Aku Bukan Anak Bodoh

Pemicu I - Biomedik II
Senin, 12 desember 2011

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
KELOMPOK 27
• Tutor : dr. Julius
• Ketua : Nita Puspitasari ( 405100250 )
• Sekretaris : Orlensia ( 405100262 )
• Penulis : Elfarini ( 405110034)
• Anggota :
Ruth Zechariah ( 405110199 )
Willy Chandra ( 405110020 )
Schoollaus Daleru ( 405110250)
Grace Michelle ( 405110138 )
Reeni Darmawan ( 405110168 )
Evelyn Patricia ( 405110196 )
Dharma Jaya Hartono ( 405110223 )
Fransiska ( 405110236 )
Aku Bukan Anak Bodoh

Seorang murid di kelas 4 mengalami penurunan


prestasi belajar sejak beberapa bulan ini. Ia juga sering
memicingkan matanya ketika menyalin pelajaran dari
papan tulis. Ketika gurunya melihat catatan yang
dibuatnya, ternyata catatan tersebut tidak lengkap dan
seringkali salah kutip, tetapi jika ia disuruh membaca
buku, ia dapat melakukannya dengan baik. Ia kemudian
dipindahkan oleh gurunya ke bangku barisan depan dan
ternyata hasil prestasi belajarnya membaik.
Gurunya kemudian menyarankan agar orang tua
murid tersebut memeriksakan anaknya ke dokter
spesialis mata. Oleh dokter spesialis mata, di jelaskan
murid tersebut mengalami penurunan visus dan
diberikan resep kacamata.
Jelaskan apa yang terjadi pada anak tersebut?
Unfamiliar terms
1. Memincingkan : membuat kontraksi antara
otot – otot mata dan didahi
2. Visus : ketajaman penglihatan
3. Resep : keterangan dokter terhadap pasien
yang harus di pakai.
masalah
1. Mengapa anak tersebut prestasinya menurun?
2. Mengpa anak tersebut memicingkan mata ketika
menyalin?
3. Mengapa ketika di pindahkan ke bangku depan,
prestasinya menjadi lebih baik?
4. Apa akibat bila anak tersebut tidak memakai
kacamata dan terus duduk di belakang?
Curah pendapat
1. Karena mengalami penurunan visus sehingga tidak
dapat melihat dengan jelas dalam jarak jauh 
akibatnya catatan tidak lengkap dan salah kutip.
2. Untuk menambah daya akomodasi mata agar dapat
melihat dengan jelas.
3. Karena anak tersebut mengalami penurunan visus
sehingga pada jarak yang dekat, dia dapat melihat
dengan jelas.
4. Yg dapat terjadi :
– Prestasinya makin turun
– Penurunan visusnya makin besar.
Mind mapping

Visus

Bola Kelainan Cara


anatomi
mata visus penanggulanga

histologi fisiologi miop hipermiop presmiopi astimag

Optotic snellen
oftalmoskop
Bedah refraktif
Kipas reagen
lo
Menjelaskan :
1. Histologi dan Anatomi mata
2. Fisiologi penglihatan ( fungsi dan mekanisme
akomodasi)
3. Kelainan refraksi dan penanggulangan
4. Cara pemeriksaan visus.
SCLERA

TUNIKA
FIBROSA KORNEA

KOROID
LAPISAN
BOLA TUNIKA UVEA
CORPUS
CILIARIS
MATA
IRIS

RETINA
RETINA
LAPISAN
PIGMEN
Terdiri dari 3 lapisan:
1. Episcleral fibroelastik jarang, banyak vaskularisasi, ada
ruang tenon
2. Sclera Propius  j.i.kolagen, < elastin
3. Lamina Fusca/ suprachroroid ada sel pigmen, > elastin
Terdiri dari 5 lapisan:
1. Epitel cornea berlapis gepeng
2. Membran bowman homogen, >> kolagen, < elastin
3. Stroma j.i. kolagen, anyaman serat elastin halus
4. Membran descemeti homogen, elastik
5. Endotel / corneal mesenchymal epithelium sel gepeng
Terdiri dari 4 lapis:
1. Lamina suprachoroid transparan, j.i. jarang berlammellae tipis
2. Stratum vasculosum luar: Haller's, dalam: Sattler's
3. Lamina chorioappilary menyuplai makanan dan O2 ke lap. luar
retina
4. Lamina vitrea m. basalis non-seluler, ada 2 lamellae (l: padat
elatin, d: tebal berkutikula) produk epitel pigmen retina
Terdiri dari :
1. Musculus ciliaris m. brucke, radialis, muller (otot polos:
menyusun corpus dan processus cilliaris)
2. Lapisan vaskular ciliaris j.i. > PD menutup permukaan
dalam corpus
3. Pars ciliaris retinae menutup bagian dalam corpus yang
berlanjut ke ora serata
4. Proc. ciliaris
• membran tipis, menyisakan lubang bundar (pupil)
• memisahkan COA & COP

Mempunyai 2 permukaan
1. Anterior
2. Posterior

Lapisan”:
1. Mesenchymal epithelium
2. Stroma
3. Vaskulosa
4. Otot polos
5. Permukaan posterior
• Tempat masuknya cahaya : pupil
• Bagian anterior koroid membentuk  badan
siliaris dan iris (yang memberi wrna pada
mata)
• Otot-otot pada iris di kendalikan oleh istem
saraf otonom.
• Pada iris terdapat 2 otot polos yaitu :
– Sirkular (menyebabkan kontriksi pupil)  di
persarafi oleh serat parasimpatis
– Radial (menyebabkan dilatasi pupil)  di persarafi
oleh serat simpatis.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
9. 8.

10.
10 Lapisan retina dr luar ke dalam
(kecuali di fovea centralis dan ora serrata):

1.Epitel pigmen  l: selapis kubis, d: sel dgn inti oval


2.Rod & conus (Bacili & Coni) fotoreseptor
3.Membran limitans externa tipis, serat muller
4.Lapisan nuclear luar  inti c: pucat oval, b: kecil bundar gelap
5.Lapisan plexiform luar  axon bacili coni, dendrit sel bipolar
6.Lapisan nuclear dalam  n. asosiasi: sel amakrin, sel bipolar, sel
horizontal
7.Lapisan plexiform dalam axon sel bipolar, dendrit sel ganglion, cab
axon sel amakrin
8.Lapisan sel ganglion badan sel multipolar dan sel ganglion,
neuroglia tersebar
9.Lapisan serat saraf optikaxon non-mielin dari sel ganglion, sel
neuroglia, cabang serat muller, PD retina
10.Membran limitans interna perluasan serat radial m. homogen
Isi Bola Mata
1. Aqueous humour
 Asal: sekresi epitel siliaris dan transudasi
P.DCOP  pupil COA celah Fontana
canalis Schlemm
 Setiap hambatan aliran yg disebabkan sumbatan
pd saluran keluar peningkatan tekanan
intraokuler  Glaukoma
2. Corpus vitreum / viteus humour
 Massa berlendir jaringan ikat spt jaringan ikat
gelatinosa, tdr serat halus dan sel fibroblas dalam
matriks semisolid
 Bagian tepi ditutupi Membran Hyaloid
3. Lensa Kristalina
 Badan bikonvex, posterior > anterior
 Orang muda elastis, dgn bertambah usia
menjadi keras dan sklerotik presbiopia
 Terdiri dari:
 Kapsul lensa: simpai tebal, homogen, refraktil, kaya
akan karbohidrat,meliputi epitel, rpk membran baasl
yg sgt tebal, tdr kolagen tipe IV dan glikoprotein
 Epitel sub kapsuler; selapis gepeng  kubus, hanya
ada di anterior
 Substansi / serat lensa: dihasilkan dr diferensiasi sel-
sel subkapsuler  serat lensa kehilangan inti &
organel lain panjang dan mengandung kristalin
(protein)
 Lensa keruh: katarak disebabkan DM, radiasi UV
 Dipertahankan oleh ligamentum suspensorium:
zonula Zinni
Kelopak mata / Palpebra
• Fungsi: melindungi bola mata
• Bagian luar
– Kulit tipis
– Dermis: sel pigmen +++, bagian tepi lebih padat dan
papila tinggi
– Subkutan: serat elastin +++, lemak –
– Jaringan otot skelet: M. Orbicularis Occuli
• Lempeng tarsal
– Jaringan ikat fibrosa dan sedikit elastin
– Pd bag atas: M. Muller (M. Tarsal superior) mrpk otot
polos
Kelopak mata / Palpebra

• Bagian tepi bebas


– Batas: bulu mata
– Kel sebasea: Kel Zeis
– Kel keringat apokrin: Kel. Moll
• Permukaan dalam:
– Conjungtiva palpebra tdp membran mukosa
transparan, ada sel goblet, melanjut ke conjungtiva
bulbus.
– Dekat cornea: epitel berlapis gepeng
Tabel fungsi komponen utama mata
Struktur Letak fungsi

Aqueous humor Rongga anterior antara kornea dg lensa & mengandung Cairan encer jernih yang terus menerus dibentuk
zat gizi u/ kornea &lensa &memberi makan kepada kornea & lensa

Badan (korpus) siliaris Turunan khusus lapisan koroid disebelah anterior Membentuk aqueous humor & mengandung otot
membentuk suatu cincin mengelilingi tepi luar lensa siliaris

Bintik buta Titik yang sedikit di luar pusat di retina &tidak Rute u/ berjalanya saraf optikus dan pembuluh darah
mengandung fotoreseptor (juga dikenal sebagai diskus
optikus)
Diskus optikus Lihat pada bintik buta

Fovea Tepat di bagian tengah retina Daerah dg ketajaman paling tinggi

Iris Cincin otot yang berpigmen & tampak di dalam aqueous Mengubah-ubah ukuran pupil dg berkontraksi
humor menentukan warna mata

Kornea Lapisan paling luar yang jernih di anterior Berperan sangat penting dlm kemampuan refraktif mata
& membantu memfokuskan bayangan benda pada
retina
Koroid Lapisan tengah mata Berpigmen u/ mencegah berhamburannya berkas
cahaya di mata, mengandung pembuluh darah yg
memberi makan retina, di bagian anterior membentuk
badan siliaris & iris
Lensa Antara aqueous humor & vitreous humor melekat k Menghasilkan kemampuan refraktif yg bervariasi
otot2 siliaris melalui ligamentum suspensorium selama akomodasi

Ligamentum Tergantung di antara otot siliaris &lensa Penting dalam akomodasi


suspensorium

Makula lutea Daerah tepat disekitar fovea Memiliki ketajaman yg tinggi karena banyak
mengandung sel kerucut
Neuron bipolar Lapisan tengah sel2 saraf diretina Penting dalam pengolahan rangsangan cahaya

Otot siliaris Komponen otot siliaris dari badan siliaris Penting u/ akomodasi
melekat ke lensa melalui ligamentum
suspensorium

Pupil Lubang bundar anterior dbagian tengah iris Memungkinkan jumlah cahaya yg masuk mata
bervariasi

Retina Lapisan mata yang paling dalam Mengandung fotoreseptor (sel batang & sel kerucut)

Saraf optikus Keluar dari setiap mata didiskus optikus (bintik Bagian pertama jalur penglihatan ke otak
mata)

Sel batang Fotoreseptor di lapisan paling luar retina Bertanggung jawab u/ penglihatan dg sensitivitas
tinggi, hitam putih & penglihatan malam

Sel ganglion Lapisan bagian dalam retina Penting dalam pengolahan rangsangan cahaya o/
retina, membentuk saraf optikus

Sel kerucut Fotoreseptor dibagian paling luar retina Bertanggung jawab u/ ketajaman penglihatan ,
penglihatan warna & penglihatan siang hari

Sklera Lapisan luar mata yang kuat Lapisan jaringan ikat protektif, membentuk bagian
putih mata yang tampak, di bagian anterior
membentuk kornea

Vitreous humor Antara lensa & retina Zat semicair mirip gel yg membantu
mempertahankan bentuk mata yang bulat
1. Anatomi bola mata
Anatomi bola mata
Anatomi bola mata
Anatomi bola mata
Lo 2. Fisiologi penglihatan Pupil Mengecil
Di Daerah
membiaskan Banyak Cahaya
Cahaya ditangkap Kornea cahaya Pupil
Pupil Membesar
Di Daerah
Kurang Cahaya
Ciliary Body

Mencembung
untuk
Fotoreseptor Retina Vitreous Gel Lensa Jarak Dekat

Memipih
untuk
Sel Kerucut Neuron Sel Jarak Jauh
atau Bipolar Ganglion
Batang

Otak (Korteks Serebrum) Interpretasi Objek


Akomodasi mata
• Akomodasi  - memfokuskan sistem lensa mata
- meningkatkan ketajaman mata

• Mekanisme:
 kontraksi / relaksasi M. Siliaris
 kontraksi  peningkatan kekuatan lensa
 relaksasi  penurunan kekuatan lensa

• Diatur oleh:
 umpan balik negatif
 mengatur kekuatan vokal lensa
 menentukan tingkat tajam penglihatan yang paling tinggi
Akomodasi mata
• Usia muda, lensa terdiri atas :
- kapsul elastis kuat, berisi cairan kental, mengandung banyak protein &
serabut-serabut transparan
- lensa relaksasi  dianggap berbentuk hampir sferis

- ligamen  zonula yang melekat disekeliling lensa, sangat tidak elastis,


menarik tepi lensa ke arah bola mata
- ligamen secara konstan direnggangkan oleh perlekatannya ke badan siliar
pada tepi anterior koroid dan retina
- menyebabkan lensa relatif datar (dalam keadaan mata istirahat)
- tempat perlekatan ligamen lensa di badan siliar  otot siliaris
- otot ini punya 2 perangkat serabut:
 serabut meridional
 serabut circular
Akomodasi mata
• Serabut Meridional  membentang sampai peralihan kornea-sklera.
If : Serabut meridional kontraksi  bagian perifer ligamen lensa tertarik ke
depan, & bagian medialnya ke arah kornea  daya lihat pada lensa
berkurang sebagian

• Serabut Sirkular  tersusun melingkar mengelilingi bagian dalam mata


If : Kontraksi  terjadi gerakan sfingter  jarak antar pangkal ligamen
mendekat  regangan ligamen terhadap kapsula lensa berkurang 
kontraksi serabut otot polos dalam otot siliaris mengendurkan kapsula lensa
 lensa lebih cembung (karena sifat elastisitas kapsulanya)

• If : Otot Siliaris relaksasi lengkap  kekuatan dioptri lensa berkurang


menjadi sekecil mungkin yang dapat dicapai oleh lensa
Else if: berkontraksi sekuat-kuatnya  kekuatan lensa menjadi maksimal
Akomodasi mata
Kontrol akomodasi via Saraf Parasimpatis
• Otot Siliaris  diatur o/ sinyal saraf parasimpatis  dijalarkan ke mata dari
nukleus saraf kranial ketiga pada batang otak
Perangsangan saraf parasimpatis  kontraksi otot siliaris  mengendurkan
ligamen lensa & meningkatkan daya bias  shg mata bisa lihat objek
lebih dekat (dibanding saat daya bias rendah)
If : Objek kearah mata memendek  akibatnya, frekuensi impuls saraf
parasimpatis ke otot siliaris ditingkatkan (agar objek dapat tetap dilihat
dengan jelas)
• Otot siliaris melemas  ligamentum
suspensorium tegang  menarik lensa 
kekuatan refraksi minimal

Melihat Jarak Jauh


• Otot siliaris menegang  ligamentum
suspensorium mengendur  lensa lebih
sferis (bulat)  kekuatan refraksi meningkat

Melihat Jarak Dekat


Refraksi

• Pembelokan suatu berkas cahaya, terjadi ketika berkas


berpindah dari satu medium dengan kepadatan
(densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang
berbeda
• Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada
melalui media transparan lain (air dan kaca)
• Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan
densitas lebih tinggi maka cahaya tersebut akan
melambat, dan berlaku pula sebaliknya
• Struktur penting refraktif mata : Kornea dan Lensa
Proses Refraksi Mata
Refraksi oleh lensa konveks Refraksi oleh lensa konkaf

Titik fokus

Panjang/jarak fokus
Cahaya
dari
sumber
Cahaya dari
jauh
sumber jauh
Proses Refraksi Mata
• Struktur refraksi mata harus membawa
bayangan cahaya terfokus di retina agar
pengelihatan jelas, jika tdk bayangan akan
kabur.

Berkas-berkas Bayangan tajam (fokus pd retina)


cahaya datang
yg mengalami
refraksi dari titik Bayangan kabur (1 titik tampak sbg 2,
sumber cahaya tapi terfokus didepan retina)

Bayangan kabur (1 titik tampak


sbg 2, akan terfokus di belakang
retina
Berkas-berkas cahaya yg berasal dari dekat akan lebih divergen
sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas cahaya dari
sumber jauh.

Kekuatan refraktif mata tertentu, utk sumber cahaya dekat


memerlukan jarak > dibelakang lensa, agar dapat memfokuskan
seolah-olah sumber cahaya jauh. Karena …

Mata tertentu jarak antara lensa dan retina selalu sama, jika
membawa sumber cahaya jauh/ dekat retina (jarak sama)
pergunakan lensa yg lebih kuat utk sumber yang dekat.

Kekuatan Lensa disesuaikan melalui proses akomodasi


Faktor yang Berperan dalam
Derajat Refraksi

• Perbedaan densitas semakin besar, besar derajat pembelokan


semakin besar
• Sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua semakin
besar, pembiasan semakin besar
• Semakin besar kelengkungan, semakin besar pembiasan
Refraksi oleh Lensa

• Konkaf (cekung)
Menyebabkan divergensi (penyebaran berkas
cahaya)
Refraksi oleh Lensa

• Konveks (cembung)
Menyebabkan konvergensi (penyatuan berkas
cahaya) >> persyaratan membawa suatu bayangan
ke titik fokus
• Fungsi Refraksi
Mengubah arah datang sinar agar tepat
jatuh di retina

• Hukum Willebrord Snelius


Indeks bias : n = sin θ1 = v1 = n2
sin θ2 v2 n1
Sifat bayangan (Umum)

• Sifat bayangan pada lensa cembung adalah


nyata dan terbalik,
• Sifat bayangan pada lensa cekung adalah maya
(semu) dan tegak.
• Berkas cahaya pada lensa cembung konvergen
(mengumpul).
• Berkas cahaya pada lensa cekung divergen
(menyebar).
Lensa dobel konveks→konvergensi
lensa dobel konkaf→ divergensi

• Pembentukan bayangan oleh lensa konveks


1 1 1 O = object
+ =
O I f I = image

* bayangan yang terbentuk nyata dan terbalik

• Pembesaran / magnification
M = Image size = Image distance =
-I
Object size Object distance O

* (-) objek terbalik

• Bila kita melihat lensa konkaf, objek akan terlihat kecil dan jauh, karena mata
dapat memfokuskan cahaya divergen untuk membentuk cahaya pada retina.
Lo . 3 Kelainan Refraksi
• Keadaan dimana bayangan tegas tidak terbentuk pada retina.
• Terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga
menghasilkan bayangan kabur.
• Pada mata normal, kornea dan lensa akan membelokkan sinar
pada titik fokus yang tepat pada sentral retina.
• Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang
sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi
sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan tetapi
dapat di depan atau di belakang bintik kuning atau bahkan
tidak terletak pada satu titik yang tajam.
• Macam – macam kelainan :
⌂ Miopia
⌂ Hipermetropia
⌂ Presbiopia
⌂ Astigmatisme
Mata Normal
Emetrop : kondisi normal mata
• Cahaya sejajar dari objek jauh difokuskan di retina
pada keadaan otot siliaris relaksasi total.
Kelainan Refraksi
Miopia
• Suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan, sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina.
• Disebabkan karena terlalu kuatnya pembiasan sinar di dalam mata akibat :
 Bola mata terlalu panjang
 Pembiasan sinar oleh kornea dan lensa terlalu kuat di depan retina
 Titik fokus sinar yang datang dari benda yang jauh terletak di depan
retina
 Titik jauh terletak lebih dekat atau sinar datang tidak sejajar,
difokuskan pada bintik kuning
• Gejala miopia:
Gejala terpenting adalah melihat jauh buram
Sakit kepala
Kecenderungan terjadinya juling saat melihat jauh
Pasien lebih jelas melihat dekat
• Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi:
1. miopia ringan : -0,25 D s/d -3,00 D
2. myopia sedang : -3,25 D s/d -6,00 D
3. myopia berat : -6,25 D atau lebih

• Berdasarkan perjalanan klinis, dibagi:


1. myopia simpleks : dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah
sampai anak berhenti tumbuh (20 tahun)
2. myopia progresif/maligna : myopia bertambah secara cepat
(4.0 D / tahun )
Cara penanggulangan :
1.Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis
negatif terlemah yang
menghasilkan tajam penglihatan
terbaik
2.Lensa kontak
Untuk : anisometropia (Myopia
tinggi)
3.Bedah refrakstif
a) Bedah refraktif kornea :
tindakan untuk mengubah
kurvatura permukaan anterior
kornea ( Excimer laser,
operasi lasik )
b) Bedah refraktif lensa :
tindakan ekstraksi lensa
jernih, biasanya diikuti
dengan implantasi lensa
intraokuler
Hipermetropia
• Mata hipermetropia mempunyai kekuatan refraksi
yang lemah, sinar sejajar yang datang dari obyek
terletak jauh tak terhingga dibiaskan di belakang
retina.
• Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :
1. Hipermetropia ringan : +0,25 s/d +3,00
2. Hipermetropia sedang : +3,25 s/d +6,00
3. Hipermetropia berat : +6,25 atau lebih
• Berdasarkan kemampuan akomodasi, dibagi :
1. Hipermetropia laten :
• dapat dikoreksi dengan tonus otot siliaris secara fisiologis
(akomodasi masih aktif)
2. Hipermetropia manifes, dibagi:
a) Hipermetropia manifes fakultatif: dapat dikoreksi dengan
akomodasi sekuatnya atau dengan lensa sferis positif
b) Hipermetropia manifes absolut: tidak dapat dikoreksi dengan
akomodasi sekuatnya
3. Hipermetropia Total:
• ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia
• Gejala hipermetropia:
1. Bila hipermetropia 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien
mengeluh penglihatan dekat kabur. Turunnya tajam penglihatan
dekat pada pasien tua disebabkan menurunnya amplitude
akomodasi, sehingga tidak dapat lagi mengkompensasi kelainan
hipermetropianya.
2. Penglihatan dekat lebih cepat buram. Karena kemampuan
akomodasi menurun dengan bertambhanya usia, sehingga
akomodasi tidak cukup adekuat lagi untuk penglihatan dekat.
Penglihatan dekat yang buram akan lebih terasa lagi pada
keadaan kelelahan, atau penerangan yang kurang.
3. Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh
kegiatan melihat dekat yang panjang. Jarang terjadi pada pagi
hari, cenderung terjadi setelah siang hari dan bias membaik
spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.
4. Sensitif terhadap cahaya.
5. Spasme akomodasi, yaitu terjadinya keram m. ciliaris diikuti
penglihatan buram intermiten. Overaksi akomodasi dapat
menyebabkan pseudomiopia, sehingga penglihatan lebih jelas
saat diberikan koreksi lensa negatif.
Cara penanggulangan :
1.Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis
positif terkuat yang
menghasilkan tajam
penglihatan terbaik
2.Lensa kontak
Untuk : anisometropia
(Hipermetropia tinggi)
Astigmatisme
• Astigmata terjadi jika kornea dan lensa
mempunyai permukaan yang tidak rata
sehingga tidak memberikan satu fokus titik
api.
• Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata
dengan astigmatisme dapat dibandingkan
dengan melihat melalui gelas dengan air yang
bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi
terlalu besar, kurus, terlalu lebar atau kabur.
Pembagiaan Astigmatisme
• Reguler astigmatisme
– Principle meridian membuat sudut tegak lurus satu sama lain
• Irreguler astigmatisme
– Disebabkan distorsi kornea nyata (akibat cedera/ pada
keratokonus)
– Principle meridian membuat sudut tidak tegak lurus satu sama
lain
• Astigmatisme with rule
– Principle meridian letaknya tegak lurus. Pembiasan maksimal
pada bidang vertikal.
• Astigmatisme against the rule
– Principle meridian letaknya tegak lurus. Pembiasan maksimal
pada bidang horizontal.
Gejala astigmata
• melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih
baik, melihat ganda dengan satu atau kedua
mata, melihat benda yang bulat menjadi
lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh
ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat
berubah, mengecilkan celah kelopak,
• sakit kepala
• mata tegang dan pegal
• mata lelah
Penanggulangan astigmata
• Koreksi mata astigmata adalah dengan
memakai lensa dengan kedua kekuatan yang
berbeda.
*Astigmata ringan tidak perlu diberi kaca mata.
Presbiopi
Presbiopi
Presbiopia adalah perkembangan normal yang
berhubungan dengan usia, yaitu akomodasi
untuk melihat dekat perlahan-lahan
berkurang.
Presbiopia terjadi akibat penuaan lensa (lensa
makin keras sehingga elastisitas berkurang)
dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang.
Mata sukar berakomodasi karena lensa sukar
memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.
Gejala presbiopi
Gejala presbiopia biasanya timbul setelah
berusia 40 tahun
• setelah membaca akan mengeluh mata lelah,
berair, dan sering terasa pedas
• membaca dengan menjauhkan kertas yang
dibaca
• gangguan pekerjaan terutama di malam hari
• sering memerlukan sinar yang lebih terang
untuk membaca.
Penanggulangan presbiopi
• Koreksi dengan kaca mata bifokus untuk melihat
jauh dan dekat, lensa positif
• Pasien presbiopia diperlukan kaca mata baca atau
tambahan untuk membaca dekat dengan
kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu: +1D untuk
40 tahun, +1,5D untuk 45 tahun, +2D untuk 50
tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60
tahun.
• Jarak baca biasanya 33cm, sehingga tambahan
+3D adalah lensa positif terkuat yang dapat
diberikan.
Operasi Lasik

Kelebihan Operasi Lasik Kekurangan Operasi Lasik


Dapat melihat secara normal tanpa Takut
perlu alat bantu penglihatan Karena harus membedah mata, hal
(kacamata atau softlens) sehingga ini dapat menimbulkan ketakutan
lebih nyaman. pada pasien.
Tidak perlu ganti kacamata atau Mahal
softlens. Anda juga tidak Biaya yang dibutuhkan sekitar 8
direpotkan dengan perawatannya. juta-10 juta rupiah / mata.
Lo. 4 Cara perhitungan Visus
• Ukuran kuantitatif ketajaman/kejernihan mata dalam
melihat objek dengan cara mengidentifikasi simbol
berwarna hitam yang berlatar belakang putih, dimana
jaraknya telah distandardisasi dan begitu pula dengan
ukuran simbolnya yang bervariasi
• Fungsi
 Mengetahui ketajaman penglihatan pasien dan
menilainya, kemudian membandingkannya dengan
kemampuan penglihatan mata orang yang normal
• Penilainan Hasil Uji
 Angka perbandingan yang menggambarkan keadaan
penglihatan pasien yang diuji dengan orang
berpenglihatan normal
Visus – Optotype Snellen

d
• Visus =
D

d = jarak pandang mata yang diperiksa


D= jarak mata emetrop masih mengenal huruf tersebut
Alat Pengukuran Visus
Mata Normal

Pemeriksaan Awal – Pengamatan


Pemeriksa memegang senter perhatikan:
• Posisi bolamata: apakah ada juling
• Pterigium: Ada atau tidak
• Kornea: ada parut atau tidak
• Lensa: jernih atau keruh/ warna putih

Juling Ada Pterigium Parut di Kornea Lensa Keruh


Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Pemeriksaan dapat • Pemeriksaan dimulai
dilakukan dihalaman dengan mata kanan
rumah (tempat yang • Mata kiri responden
cukup terang), responden ditutup dengan
tidak boleh menentang penutup mata atau
sinar matahari. telapak tangan tanpa
menekan bolamata
Gantungkan kartu Snellen
atau kartu E yang sejajar
mata responden dengan
jarak 6 meter (sesuai
pedoman tali).
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
• Responden disarankan membaca huruf
dari kiri ke kanan setiap baris kartu
Snellen atau memperagakan posisi huruf E
pada kartu E dimulai baris teratas atau
huruf yang paling besar sampai huruf
terkecil (baris yang tertera angka 20/20)
• Penglihatan normal bila responden dapat
membaca sampai huruf terkecil 20/20
(tulis 020/020)
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Bila dalam baris
tersebut responden
dapat membaca atau
memperagakan
posisi huruf E
KURANG dari
setengah baris maka
yang dicatat ialah
baris yang tertera
angka di atasnya.
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
• Bila dalam baris
tersebut responden
dapat membaca atau
memperagakan posisi
huruf E LEBIH dari
setengah baris maka
yang dicatat ialah
baris yang tertera
angka tersebut.
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dengan Hitung Jari
• Bila responden belum
dapat melihat huruf
teratas atau terbesar
dari kartu Snellen atau
kartu E maka mulai
HITUNG JARI pada jarak
3 meter (tulis 03/060).
• Hitung jari 3 meter
belum bisa terlihat
maka maju 2 meter
(tulis 02/060), bila
belum terlihat maju 1
meter (tulis 01/060).
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
dengan Goyangan Tangan dan Sinar
Bila belum juga terlihat maka
lakukan GOYANGAN TANGAN
pada jarak 1 meter (tulis
01/300)
Goyangan tangan belum
terlihat maka senter mata
responden dan tanyakan apakah
responden dapat melihat SINAR
SENTER (jika ya tulis 01/888)
Bila tidak dapat melihat sinar
senter disebut
BUTA TOTAL (tulis 00/000)
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dengan Pinhole
• Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi
bacaan huruf di kartu Snellen atau kartu E
maka pada mata tersebut dipasang PINHOLE.
(jika masih bisa tidak usah).
• Dengan pinhole responden dapat
melanjutkan bacaannya sampai baris normal
(20/20) berarti responden tersebut
GANGGUAN REFRAKSI
• Bila dengan pinhole responden tidak dapat
melanjutkan bacaannya maka disebut
KATARAK
Kesimpulan
• Murid tersebut mengalami penurunan
visus yaitu MIOPI.
Saran
• Anak tersebut sebaiknya menggunakan
kacamata yang sesuai dengan resep
dokter sehingga penurunan visus tidak
makin besar dan prestasinya makin
membaik.
Daftar Pustaka
• http://www.acuvue.co.id/acuvue-life/health-file/physiology-of-the-eye
• http://www.scribd.com/doc/32102110/Anatomi-Dan-Fisiologi-Mata
• http://id.wikipedia.org/wiki/Mata
• http://id.wikipedia.org/wiki/Akomodasi
• http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/35/kelainan-
refraksi
• www.litbang.depkes.go.id/riskesdas/download/materi/Visus.ppt
• Sherwood L, Fisiologi Manusia. 2nd ed. Jakarta : EGC; 1996.
• Sehu KW, Lee WR. Ophthalmic Pathology - An Illustrated Guide for
Clinicians. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2005.
• Crick RP, Khaw PT. Textbook of Clinical Ophtalmology. 3rd ed. Singapore:
World Scientific Publishing; 2003.
• Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Eds 11. Jakarta: EGC
Medical Publisher; 2006: 639-80

Anda mungkin juga menyukai