Anda di halaman 1dari 63

Meningoensefalitis

Githa Natalis Sitompul


1161050161
Identitas Pasien
Nama : KS
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Betawi
Agama : Islam
Alamat : Rawa Semut, kel. Margahayu, Bekasi
Status : Menikah

Tanggal masuk : 18 Juni 2016


Waktu pemeriksaan : 21.30 WIB
KU: Kejang-kejang

RPS:
Pasien datang dibawa keluarga dengan keluhan kerjang-kejang
sejak pagi hari disertai kondisi mulut pasien mencong ke kanan.
Kejang-kejang dialami pasien terus-menerus.
Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala sampai ke tengkuk

RPD: pasien belum pernah mengalami kejang sebelumnya


Pemeriksaan Fisik dan Neurologi

Kesadaran : compos mentis, GCS15 (E4M6V5)


Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 190/120 mmHg
Frekuensi Nadi : 130x/menit
Frekuensi Nafas : 24x/menit

Rangsang Meningen:
Kaku kuduk : +
Brudzinsky I : -
Brudzindski II : -
Kernig : +/-
Laseque :+/-
Pemeriksaan Fisik dan Neurologi
Kesadaran : compos mentis, GCS15 (E4M6V5)
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 190/120 mmHg
Frekuensi Nadi : 130x/menit
Frekuensi Nafas : 24x/menit
Suhu : 38,5°C

Rangsang Meningen:
Kaku kuduk : +
Brudzinsky I : -
Brudzindski II : -
Kernig : +/-
Laseque :+/-
Pemeriksaan Fisik dan Neurologi
Refleks fisiologis:
Biceps : ++/+
Triceps : ++/+
KPR : ++/+
APR : ++/+

Refleks Patologis:
Babinsky : -/-
Chaddock : -/-
Mendel : -/-
Rosolimo : -/-
Pemeriksaan Fisik dan Neurologi
Saraf Kranialis:
NII : fotofobia
N. III, IV, VI: Pupil bulat isokor, diameter 3mm/3mm, RCL +/+,
RCTL +/+, pergerakan bola mata normal

N.VII: SNL rata kanan


N. IX, X: tidak dilakukan
N.XII: Deviasi lidah ke kanan

Motorik: 5555/5555
5555/5555
St.lokalis kejang: kejang tubuh sebelah kanan
Pemeriksaan Laboratorium
19 Juni 2016, 06.05 wib
Fungsi Ginjal:
Ureum : 135 mg/dL
Kreatinin : 9,53 mg/dL
As. Urat : 7,3 mg/dL

Protein dan Lipid:


Trigliserida : 68 mg/dL
Kolestrol total : 163 mg/dL
Kolestrol HDL : 58 mg/dL
Kolestrol LDL : 91 mg/dL

GDS : 136 mg/dL


GD 2 PP : 120 mg/dL
Assesment
Meningoensefalitis
Dd/ epilepsi
Hipertensi
CKD
Hiperglikemia
Planning
Pantau pernapasan dengan oksigen

Terapi:
Antibiotik
Antikonvulsan
antiinflamasi
Obat simptomatik: antipiretik
Anatomi Sistem saraf
Sistem saraf
• Dibagi 2 :
1. SSP (sistem saraf pusat) Otak & Batang
Otak,Medula Spinalis
2. SST (sistem saraf tepi/perifer) Saraf Spinal &
Saraf Kranial
SISTEM SARAF PUSAT
• Dilindungi oleh 3 lapisan : meninges
1. Duramater (lap. luar): terdiri atas jaringan
penghubung, pembuluh darah, dan saraf
2. Lapisan arachnoid (lap. tengah): elastis
3. Piamater (lap.dalam): mengandung saraf &
pembuluh darah
Anatomi Otak - Meningen
Lokalisasi Infeksi SSP
Cerebrum (otak besar)
• terbagi menjadi corteks cerebri dan diensephalon (sub
cortikal).
• cerebrum terdiri dari 2 (dua) belahan yang disebut
hemispher (kiri dan kanan).
Cortex cerebri
• dibentuk oleh badan sel neuron, serabut saraf yang tidak
bermyelin, neuroglia dan pembuluh darah.
• bertanggung jawab terhadap memori, bicara, gerakan
voluntary, kesadaran logistik dan emosi.
Diencephalon
• Diencephalon terdiri dari thalamus, hypothalamus dan
epithalamus.
 Thalamus berfungsi menerima impuls dari reseptor sensorik
menyampaikan informasinya ke bagian yang tepat di
serebrum
• Hypothalamus yang berlokasi dibagian bawah, mengatur
temperatur tubuh, metabolisme cairan, nafsu makan,haus,
ekspresi emosi, siklus bangun dan tidur.
• Epithalamus merupakan bagian dorsal diencephalon
termasuk pineal body (merupakan sistem endokrin yang
mempengaruhui pertumbuhan dan perkembangan).
SEREBRUM (3)
 Terbagi menjadi bagian2 : LOBUS
1. Lobus frontalis
2. Lobus parietalis
3. Lobus oksipitalis
4. Lobus temporalis
Cerebrum
Thalamus

Pineal gland
/ephitalamus

Hypothalamus

Pituitary gland Cerebellum

Pons

Medulla oblongata
Spinal cord

Section 35-3
Lobus otak
Cerebellum (otak kecil)
• Cerebelum berhubungan dengan midbrain, pons dan medulla
oblongata. Dia juga terdiri dari dua hemispher. Berfungsi
untuk mengkoordinasi aktifitas otot rangka, mempertahankan
keseimbangan tubuh dan mengontrol gerakan.
Brain stem (batang otak)
Midbrain
• Merupakan pusat pendengaran dan refleks
penglihatan.
Pons
• juga berfungsi mengontrol pernafasan.
Medulla oblongata
• Nuklei dari medulla oblongata memainkan peran
penting mengontrol frekuensi jantung, tekanan
darah, respirasi dan menelan.
Neuron
• Bagian terkecil/sel dari otak
• Neuron pada umumnya tidak bermitosis dan
mempunyai karakteristik yaitu :
• Excitability yaitu kemampuan menerima
impuls
• Conductivity yaitu kemampuan mentransmisi
impuls ke bagian-bagian sel.
NEURON
Neuron terdiri dari cell body, axon, terminal akson dan beberapa
dendrit.
• Infeksi: masuknya material patogen ke dalam tubuh

5 TANDA KARDINAL INFLAMASI:


Tumor, Rubor, Kalor, Dolor, Fungsio lesa

• Etiologi:
– Bakteri (spesifik, non spesifik)
– Virus
– Jamur
– Parasit/ protozoa
Infeksi SSP
• Meningitis infeksi yang melibatkan selaput mening otak terdiri
dari :
– Meningitis Purulenta yang disebabkan oleh kuman Bakteri
a.l: Pneumokokus, stapilokokus, H. influenzae, sering pada
orang dewasa sedangkan E. coli (sering menyerang anak-
anak)
– Meningitis Serosa yang disebabkan oleh Jamur, Virus,
Protozoa, Parasit, M. Tuberculosa
• Ensefalitis yaitu infeksi yang melibatkan jaringan otak
• Sawar darah otak (blood brain barrier) merupakan
“sekat” yg kuat
• Material patogen bisa menembus sawar darah otak
karena:
– Jumlah koloni kuman yg besar
– Daya tahan host menurun
– Kemampuan penetrasi kuman yg kuat
Menurut Penyebab
• Infeksi viral
• Infeksi Bakterial
• Infeksi Spiroketal
• Infeksi Fungus
• Infeksi Protozoa
• Infeksi Metasoa
MENINGITIS

BAKTERIAL VIRAL
Meningokokus Enterovirus
Pneumokokus Mumps
Haemophilus Influenza tipe B Herpes simplex
CMV
Epstein Barr
Varicella-zoster
HIV
Coxsackievirus
Meningitis
 Meningitis bakterialis adalah infeksi purulen akut di dalam
ruang subarachnoid. Meningitis bakterialis sering disertai
dengan peradangan parenkim otak, atau disebut juga
menignoensefalitis.

 Prevalensi meningitis bakterialis sebesar > 2,5 kasus per


100.000 populasi di Amerika Serikat; S. pneumonia merupakan
penyebab utama (50%), diikuti oleh N. meningitides (25%),
Streptococcus grup B (15%), dan Listeria monocytogenes (10%).
PATOGENESIS
Inokulasi bakteri

Kolonisasi dan penetrasi bakteri pada membrane mukosa

Invasi bakteri pada sirkulasi

Invasi pada SSP

Multiplikasi di ruang subarknoid

Peningkatan permeabilitas sawar darah otak

Pengeluaran sitokin dan prostaglandin

Kebocoran protein plasma

Edema serebri peningkatan TIK gangguan sirkulasi darah otak
Gejala & Tanda
Gejala klinis: anamnesis
• Demam
• Kaku kuduk
• Kelemahan umum
• Mual/ muntah
• Fotofobia
• Kejang
( 2 atau lebih gejala klinis di atas → curiga meningitis)
Pemeriksaan Fisik dan Neurologi
•Kesadaran: bervariasi mulai dari irritable, somnolen, delirium,
atau koma

•Suhu tubuh ≥ 38°C

•Infeksi ekstrakranial, misalnya sinusitis, otitis media, mastoiditis,


pneumonia (port d’entree)

•Tanda rangsangan meningeal: kaku kuduk, Kernig, Brudzinski I


dan II
Meningeal sign
Meningeal sign
Pemeriksaan Fisik dan Neurologi

• Peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan penurunan


kesadaran, edema papil, refleks cahaya menurun, kelumpuhan
N.VI, postur desebrasi, dan refleks Cushing (bradikardi,
hipertensi, dan respirasi ireguler).

• Defisit neurologi fokal, yaitu hemiparesis, kejang fokal maupun


umum, disfasia atau afasia, paresis saraf kranial terutama N.III,
N.IV, N.VI, N.VII, N.VIII
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaaan biokimia dan sitologi cairan serebrospinalis (CSS)
o Keruh atau purulen
o Protein meningkat
o Leukosit meningkat (1000-5000 sel/mm3)
o Predominasi netrofil (80-90%)
o Glukosa menurun(<40mg/dL)
o Rasio glukosa CSS: serum < 0,4 (sensitivitas 80%, spesifisitas
98% untuk diagnosis penyakit ini pada pasien berusia >2 bulan)

• Pewarnaan Gram cairan serebrospinalis


o Cepat, murah, hasilnya bergantung pada bakteri penyebab
o Sensitifitas 60-90%, spesifisitas ≥ 97%
Pemeriksaan Penunjang
• Kultur cairan serebrospinalis
o Identifikasi kuman
o Butuh waktu lama (48 jam)

• PCR
o Sensitivitas 100%, spesifisitas 98,2%
o Deteksi asam nukleat bakteri pada CSS, tidak dipengaruhi
terapi antimikroba yang telah diberikan
o Kultur darah
o Dilakukan segera untuk mengidentifikasi organisme
penyebab.
Pemeriksaan Penunjang
Penciteraan:
•CT Scan kepala
o Pada permulaan penyakit, CT scan normal
o Adanya eksudat purulen di basal, ventrikel yang mengecil disertai
edema otak, atau ventrikel yang membesar akibat obstruksi cairan
serebrospinalis.
o Bila penyakit berlanjut, dapat terlihat adanya daerah infark akibat
vaskulitis
o Indikasi CT sebelum LP: deficit neurologis fokal, kejang pertama
kali, edema papil, penurunan kesadaran, dan penekanan status
imun.

• MRI kepala
• Lebih baik dibandingkan dengan CT scan dalam menunjukkan
daerah edema dan iskemi di otak
• Penambahan kontras gadolinium menjukkan “diffuse meningeal
enhancement”
Diagnosis Banding

Radang jaringan otak (ensefalitis) dapat disebabkan oleh:


1. Bakteri
2. Riketsia
3. Parasit satu sel, cacing
4. Fungus
5. Virus
Warna Tek. CSS Eritrosit Leukosit Protein (mg/dL) Glukosa (mg/dL)
(mmH2O)
Normal Jernih 70-180 0 0-5 limfosit 0 <50 50-75
PMN

Traumatik Darah(+), Normal ↑ Sesuai dengan 4 mg/dL per 5000


supernatant RBC RBC
jernih
SAH Darah(+), ↑ ↑ atau ↑↑ 0 atau (+) akibat Normal ↓
supernatant meningitis iritatif
xantokrom sekunder

Meningitis Keruh atau ↑ 0 ↑ ↑ (PMN) ↑↑ ↓


bakterial purulen
Meningitis TBC Normal atau ↑ 0 Normal atau ↑ ↑ ↓
keruh (mononuklear)

Meningitis viral Normal Normal atau ↑ 0 Normal atau ↑ Normal atau ↑ Normal
(mononuklear)

Meningitis jamur Normal atau Normal atau ↑ 0 Normal atau ↑ ↑ ↓


keruh (mononuklear)
ENSEFALITIS SUPURATIVA, ABSES OTAK

 Penyebabnya antara lain Staphylococcus aureus, Streptococcus,


Escheria coli.

 Peradangan menjalar dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, dll.

 Di dalam otak mula-mula terjadi radang lokal disertai serbukan


leukosit PMN.
 Di sekeliling daerah yang meradang, berploriferasi jaringan ikat
dan astrosit, yang membentuk kapsula. Jaringan yang rusak
mencair dan terbentuklah abses.
Tanda dan Gejala:
• gejala-gejala infeksi umum
• tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial:
• nyeri kepala yang kronik progresif
• muntah
• penglihatan kabur
• kejang
• kesadaran menurun

Pemeriksaan penunjang:
• EEG
• Foto Rotgen kepala
• Cairan otak: menunjukkan tanda-tanda radang
• Kadar protein meningkat
RIKETSIOSIS SEREBRI

 Riketsia dapat masuk melalui gigitan kutu dan dapat


menyebabkan ensefalitis.

 Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas


sebukan sel-sel mononuklear, yang terdapat pula di sekitar
pembuluh darah di dalam jaringan otak.
 Di dalam pembuluh darah yang terkena akan menjadi trombosis
Tanda dan Gejala:
• nyeri kepala
• demam
• mula-mula sukar tidur
• kesadaran menurun
• didapatkan tanda perangsangan meninges

Pemeriksaan penunjang:
• Cairan otak: menunjukkan radang limfositer
• Serologi: adanya titer antibodi terhadap riketsia yang meningkat
dalam serum
MALARIA OTAK

 Terjadi pada malaria tropika yang disebabkan Plasmodium


falcifarum
 Gangguan utama terdapat di pembuluh darah mengenai eritrosit.
 Terjadi penyumbatan karena eritrosit melekat satu sama lain
sehingga daerah sekitar kapiler-kapiler menjadi nekrosis.
Tanda dan Gejala:
• gejala-gejala infeksi umum
• tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial:
• demam tinggi
• kejang-kejang umum
• kesadaran menurun sampai koma

Pemeriksaan penunjang:
• Pemeriksaan darah
• Cairan otak: dapat ditemukan eritrosit yang mengandung parasit
TOKSOPLASMOSIS

 Toxoplasma gondii pada dewasa biasanya tidak menimbulkan


gejala kecuali dengan daya imunitas yang rendah
 Pada fetus yang berkembang, parasit ini dapat merusak otak
 Toksoplasma dapat menyebabkan meningoensefalitis

Diagnosis:
• Serologi darah
• Cairan otak: jumlah limfosit meningkat dan toksoplasma, kadar
protein meningkat
• Foto rotgen kepala: tampak kalsifikasi
• sken tomografik: memperlihatkan perkapuran dan hidrosefalus
AMEBIASIS

 Amuba genus Naegleria dapat masuk melalui tubuh melalui


hidung, kemudian menimbulkan meningoensefalitis akut

 Gejala:
• demam akut
• nausea
• muntah
• nyeri kepala
• kaku tengkuk
• kesadaran menurun
 Pemeriksaan
• Cairan otak: agak keruh, banyak mengandung
polimorfonuklear, kadar glukosa menurun, kadar protein
meningkat
SISTISERKOSIS
 Cysticercus cellulosae ialah stadium larva Taenia solium.
 Bila telur cacing tertelan, menetas di lambung, larva menembus
mukosa dan masuk ke pembuluh darah, meyebar ke seluruh badan.
 Larva tumbuh menjadi sisterkus, berbentuk kista di dalam
ventrikel dan parenkim otak.

 Diagnosis:
• pemeriksaan feses
• cairan otak: adanya leukosit eosinofil, kadar globulin gama
meningkat, kadar glukosa menurun
• foto rotgen kepala: ditemukan kista-kista yang mengapur
INFEKSI FUNGUS SSP
 Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada SSP ialah
meningoensefalitis purulenta.
 Fungus yang dapat menimbulkan radang: Candida albicans,
Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, Aspergilus
fumagatus, Mucor mycosis

 Diagnosis ditegakka dengan pemeriksaan likuor serebrospinalis


lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologi, scan tomografi
ENSEFALITIS VIRUS
 Virus yang dapat menimbulkan radang otak pada manusia:
 Virus RNA:
• Paramiksovirus: Virus parotitis, virus morbili
• Rabdovirus: Virus rabies
• Togavirus: virus rubela, Flavivirus (virus ensefalitis Jepang B,
virus dengue)
• Pikonavirus: Enterovirus (Virus polio, Coxsackie A, B, echovirus)
• Arenavirus: Virus koriomeningitis limfositaria

 Virus DNA:
• Herpes virus: Herpes zoster-varisela, herpes simpleks,
sitomegalovirus, virus Epstein-Barr
• Poxvirus: variola, vaksinia
• Retrovirus: AIDS
Tanda dan Gejala:
• Penyakit dimulai dengan demam, nyeri kepala, vertigo, nyeri
badan, nausea, kemudian kesadaran menurun, timbul serangan
kejang-kejang.
• Virus parotitis: menimbulkan serangan meningitis dan ensefalitis
• Rabies: hidrofobia  nyeri dan dispnea, kelumpuhan saraf-saraf
kranial dan paralisis lengan dan tungkai
• Virus Jepang B: kerusakan pada batang otak
• Virus dengue: kerusakan pada traktus piramidalis, mungkin timbul
deserebrasi atau dekortikasi
Tanda dan Gejala:
• Virus Coxsackie: menyerang serebelum dan meninges, mungkin
medula spinalis
• Echovirus: menimbulkan radang pada batang otak dan serebelum
yang biasanya sembuh sendiri.
• Herpes simpleks: menimbulkan radang pada otak di daerah
temporal dan orbitofrontal
• Sitomegalovirus: penyebab ensefalitis pada fetus dalam kandungan,
akibatnya terganggunya perkembangan otak
Pemeriksaan:
1. Pada pemeriksaan badan perlu diperiksa kelainan pada kulit,
glandula parotis, kelenjar getah bening untuk mencari kelainan-
kelainan yang mungkin dapat menjadi penyebabnya
2. Pemeriksaan darah perifer rutin, titer antibodi terhadap virus
3. Cairan otak: jumlah limfosit, monosit meningkat, kadar protein
meningkat ringan, kadar glukosa normal, kultur virus bila
mungkin
4. EEG
5. Scan tomography
Penatalaksanaan
Dugaan meningitis bacterial

Imunokompromais, riwayat penyakit SSP, edema


papil, defisit neurologi fokal, keterlambatan LP

tidak Ya

Kultur darah dan LP segera Kultur darah segera

Deksametason + AB empirik Deksametason + AB empirik

CSS menunjukkan meningitis CT scan kepala efek masa negatif


bakteri

Ya

Hasil pewarnaan Gram CSS (+)


Lakukan LP

tidak
Ya

Deksametason + terapi AB Deksametason dan terapi


empirik Antimikroba yang ditargetkan
Dugaan meningitis bacterial

Imunokompromais, riwayat penyakit SSP, edema papil,


defisit neurologi fokal, keterlambatan LP

tidak Ya

Kultur darah dan LP segera Kultur darah segera

Deksametason + AB empirik Deksametason + AB empirik

CSS menunjukkan meningitis bakteri Efek masa

CT scan kepala negatif

Ya

Terapi dilanjutkan

Lakukan LP
Penatalaksanaan ensefalitis virus
•Antiviral. Manfaat pemberian antiviral adalah untuk meringankan
gejala klinis, mencegah komplikasi, dan mencegah timbulnya gejala
sisa. Penggunaan Asiklovir harus didahului dengan pemeriksaan
kreatinin.
Dosis Asiklovir digunakan selama 14-21 hari:
Neonatus : 10-15 mg/kg IV tiap 8 jam
Anak : 10 mg/kg IV tiap 8 jam
•Kortikosteroid. Digunakan untuk pengobatan pasca-ensefalitis
Dosis deksametason:
Dewasa : 10 mg IV tiap 6 jam
Anak : 0,15 mg/kg IV tiap 6 jam
Kesimpulan

Meningoensefalitis adalah penyakit yang mengenai selaput


meningen dan parenkim otak yang menyebabkan penderita
demam, kaku kuduk, serta kejang.

Penatalaksanaan terhadap pasien dengan meningoensefalitis


adalah berdasarkan hasil pemeriksaan untuk menentukan
kuman penyebab sehingga dapat diberikan terapi yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai