Anda di halaman 1dari 15

Ruptura uteri

•Ruptura uteri
merupakan robekan atau diskontinuitas
dinding rahim akibat dilampauinya daya
regang miometrium (Sarwono
Prawirohardjo, 2008).
ETIOLOGI

Ruptur uteri Ruptur uteri


spontanea violenta
Ruptur uteri spontanea
1. Karena dinding rahim yang 2. Karena peregangan yang
lemah dan cacat luarbiasa dari rahim
• Bekas SC, • Pada panggul sempit
• Miomectomia, • Makrosomia
• Perforasi waktu • kelainan kongenital dari janin
keratase, histerorafia, • kelainan letak janin
• Pelepasan plasenta • malposisi dari kepala
secara manual, • adanya tumor pada jalan lahir
• Penyakit pada rahim, • rigid cervik
• Dinding rahim tipis dan • grandemultipara dengan perut
gantung ( pendulum )
regang ( gemelli &
hidramnion ) • pimpinan partus salah
Ruptur uteri violenta

• Ekstraksi forsep
• Versi dan ekstraksi
• Embriotomi
• Braxton hicks version
• Manual plasenta
• Kuretase
• Trauma tumpul dan tajam dari luar
• Pemberian piton drip tanpa indikasi dan
pengawasan
Klasifikasi ruptura uteri

Robekan
Waktunya Lokasi
peritoneum

Gejala
Etiologi
klinis
Menurut waktu terjadinya
1. R. u. Gravidarum
 R. U yang terjadi pada waktu sedang
hamil
 Sering lokasinya pada korpus

2. R. u. Durante Partum
 Waktu melahirkan anak
 Kasus terbanyak
•Menurut lokasi terjadinya:
1. Korpus uteri,
terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami
operasi seperti SC, miomektomi
2. Segmen bawah rahim ( SBR )
terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak
maju, SBR tambah lama tambah regang dan
tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri
3. Serviks uteri
Saat ekstraksi forsep atau versi dan ekstraksi
sedang pembukaan belum lengkap
4. Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks
dan vagina
•Menurut Robekan peritoneum
1. Ruptur uteri spontanea
2. Ruptur uteri violenta/traumatik

•Menurut simtoma klinik


1. Ruptur Uteri Imminens
2. Ruptur Uteri
Tanda dan gejala
• Pasien nampak gelisah, ketakutan,
disertai dengan perasaan nyeri diperut.
• Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat
• dehidrasi karena partus yang lama yaitu
mulut kering, lidah kering dan halus
badan panas (demam).
• His lebih lama, lebih kuat dan lebih
sering bahkan terus menerus.
• Pada waktu datangnya his, korpus uteri
teraba keras (hipertonik) sedangkan sbr
teraba tipis dan nyeri kalau ditekan.
• Perasaan sering mau kencing karena
kandung kemih juga tertarik dan
teregang keatas, terjadi robekan-robekan
kecil pada kandung kemih, maka pada
kateterisasi ada hematuria.
• Pemeriksaan DJJ tidak teratur (asfiksia).
• Syok
• Adanya perdarahan pervaginam
Penanganan
• Antisipasi terjadinya syok
• Perbaiki KU----psg infus, O2, transfusi
darah
• Rujuk
• Di RS: Bila KU sudah baik---
histerektomi,histerorafia, konservatif
Komplikasi
1. Perdarahan
2. Syok Hipovolemik
3. Infeksi
4. Kematian ibu & bayi
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemerikasan Darah lengkap


2. Urinalisis
Hematuria sering menunjukkan adanya
hubungan dengan perlukaan kandung
kemih.
3. Golongan Darah dan Rhesus
4 sampai 6 unit darah dipersiapkan untuk
tranfusi bila diperlukan

Anda mungkin juga menyukai