Anda di halaman 1dari 23

Oleh

HARPI
PATTIYAH
Pembimbing
dr. Wirawan Anggorotomo, Sp. An

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
2017
Diabetes mellitus adalah
penyakit kronik yang
disebabkan oleh defisiensi
insulin ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa
dalam plasma.
Diagnosis DM menurut
ADA(American Diabetes
Association)

Kadar glukosa Kadar glukosa


plasma sewaktu plasma puasa
pada individu pada individu
asimtomatik asimtomatik
>11,1 mmol/L >7,0 mmol/L
(200 mg/dL) (126 mg/dL)

Pemeriksaan harus diulang pada hari


yang berbeda dan diagnosis dibuat jika
nilainya tetap sama.
Diagnosis DM menurut WHO

Jika kadar glukosa Bila kadar glukosa Tes toleransi


plasma sewaktu plasma puasa glukosa oral
>200 mg/dl. >126 mg/dl (TTGO)
EFEK PEMBEDAHAN DAN PEMBIUSAN PADA
METABOLISME
 Diabetes mellitus menggambarkan adanya pengaturan
abnormal dan gula darah karena salah satu sebab yaitu adanya
kekurangan insulin retetif atau absolut atau karena resistensi
insulin
 Selama pembedahan atau sakit/stres terjadi respon katabolik
dimana terjadi peningkatan sekresi katekolamin, glukagon,
kortisol, tetapi di sana juga terjadi penurunan sekresi insulin

hiperglikemia, penurunan penggunaan gula darah, peningkatan
glukoneogenesis, katabolisme protein
FAKTOR RISIKO UNTUK PASIEN BEDAH
DIABETES
Neuropati
Sepsis autonomik

Komplikasi Pada tipe I terjadi


aterosklerosis proses autoimun yang
(penyakit arteri dapat merusak sistem
koroner, stroke, saraf autonom dan
penyakit pembuluh meningkatkan
neuropati autonomik
darah perifer)

Ketoasidosis dan
koma hiperglikemik
hyperosmolar
PENGARUH OBAT ANESTESI PADA PENDERITA
DM

Benzodiazepin akan
menurunkan sekresi ACTH, Teknik anestesia dengan
dan juga memproduksi kortisol
jika digunakan dengan dosis
opiat dosis tinggi tidak
tinggi selama pembedahan. hanya memberikan
Obat-obat golongan ini akan keseimbangan
menurunkan stimulasi hemodinamik, tetapi
simpatis, tetapi merangsang
sekresi growth hormone dan juga keseimbangan
akan menyebabkan penurunan hormonal dan
respon glikemia pada metabolik.
pembedahan.
PENGARUH OBAT ANESTESI PADA PENDERITA
DM

Ether dapat meningkatkan


Penggunaan halotan pada
kadar gula darah,
pasien cukup memuaskan
mencegah efek insulin
karena kurang
untuk transport glukosa
pengaruhnya terhadap
menyeberang membran
peningkatan hormone
sel dan secara tak
pertumbuhan,
langsung melalui
peningkatan kadar gula
peningkatan aktifitas
atau penurunan kadar
simpatis sehingga
insulin.
meningkatkan
glikogenolisis di hati
PENGARUH OBAT ANESTESI PADA PENDERITA
DM
Pengaruh propofol pada
sekresi insulin tidak Obat-obat anestesi intra
diketahui.Pasien-pasien vena yang biasa diberikan
diabetik menunjukkan mempunyai efek yang
penurunan kemampuan tidak berarti terhadap
untuk membersihkan lipid kadar gula darah kecuali
dari sirkulasi. Meskipun ketamin yang
hal tersebut tidak relevan menunjukkan
selama anestesia singkat peningkatan kadar gula
jika propofol digunakan akibat efek
untuk pemeliharaan atau simpatomimetiknya
hanya sebagai obat induksi.
PENGARUH OBAT ANESTESI PADA PENDERITA
DM

 Epidural anestesia lebih efektif dibandingkan dengan anestesia


umum dalam mempertahankan perubahan kadar gula, growth
hormon dan kortisol yang disebabkan tindakan operasi.
KONTROL METABOLIK PERIOPERATIF
Tujuan pokok adalah :

 Mengoreksi kelainan asam basa, cairan dan elektrolit


sebelum pembedahan.
 Memberikan kecukupan karbohidrat untuk mence
gah metabolisme katabolik dan ketoasidosis.
 Menentukan kebutuhan insulin untuk mencegah
hiperglikemia.
Gavin mengindikasikan pemberian insulin pada penderita DM tipe II
dengan kondisi seperti di bawah :

 Gula darah puasa > 180 mg/dl


 Hemoglobin glikosilasi 8-10g%
 Lama pembedahan lebih 2 jam
 Pada DM tipe I kontrol gula darah dalam 2-3 hari sebelum
pembedahan.
 Pasien dengan control metabolic buruk rawat di rumah sakit
selama 2-3 hari untuk penyesuaian dosis insulin
 Bedah minor pemberian insulin subkutan
Kadar glukosa darah puasa Jumlah insulin yang diberikan

>250 mg/dl 2/3 dosis insulin normal

120-250 mg/dl ½ dosis insulin normal

<120 mg/dl 1/3 dosis insulin normal

Tujuan untuk mengimbangi peningkatan efek katabolik stres pembedahan,


penurunan metabolisme protein, dan mencegah lipolisis.
Dua teknik yang umum digunakan untuk tatalaksana insulin
perioperatif pada pasien DM

Pemberian secara bolus Infus kontinyu


Preoperatif D5W (1,5 ml/kg/jam) D5W (1 ml/kg/jam) Regular
NPH insulin (1/2 dosis biasa insulin Unit/jam = Glukosa
pagi hari) plasma : 150

Intraoperatif Regular insulin Sama dengan preoperatif


(berdasarkan sliding scale)
Pascaoperatif Sama dengan intraoperatif Sama dengan preoperatif
 Untuk mengurangi risiko hipoglikemia, insulin diberikan
setelah akses intravena dipasang dan kadar gula darah pagi hari
diperiksa. Dextrose tambahan dapat diberikan apabila pasien
mengalami hipoglikemia (<100 mg/dl).
 Sebaliknya, hiperglikemia intra operatif (>250 mg/dl) diobati
dengan RL intravena berdasarkan sliding scale.
Note: dosis ini adalah suatu perkiraan dan tidak bisa dipakai
pada pasien dalam keadaan katabolik (sepsis, hipertermi)
Teknik yang dianjurkan oleh Hins untuk pasien dengan
pembedahan besar adalah sebagai berikut:
 Glukosa 5-10 gr/jam ekuivalen dengan 100 - 200 cc dextrose 5%
perjam diberikan intra vena.

Infus lain diberikan lewat kanul yang sama sebagai berikut:


 Campur 50 cc RL kedalam 500cc 0,9%Nacl.
 Infuskan dengan larutan 0,5 - 1 ml/jam (5-10 cc/jam dengan
pompa infus).
 Ukur kadar gula darah tiap jam dan sesuaikan dengan
kebutuhan insulin seperti di bawah ini :
Kadar gula darah mmol (mg/dl) Kebutuhan insulin

4,4 ( 80 ) Matikan pompa, beri glukosa IV


4,4 - 6,6 ( 80 - 120 ) Kurangi insulin menjadi 0,2 - 0,7 ml/jam

6,6-9,9 (120 - 180) Teruskan insulin 0,5 - 1 ml/jam


9,9 - 13,2 (180 - 240) . Naikkan laju insulin 0,8 - 1,5 ml/jam
> 13,75 (>250) Laju insulin 1,5 ml/jam atau lebih
Regimen lain untuk pemberian infus glukosa insulin dan kalium
(GIK) dikenal dengan regimen Alberti. Pemberiannya dapat terpisah atau
bersama-sama :
 Pagi hari diberikan dosis intermiten insulin, kemudian 500 cc dextrose
5% ditambah 10 KCl diberikan dengan kecepatan 2 cc/kg/jam. Infus
insulin disiapkan dengan mencampurkan 50 unit RL ke dalam 250 cc
Nacl 0,9% sehingga berkonsentrasi 0,2 unit/cc larutan. Sebelum
pemberian dextrose - kalium atau insulin, ukur kadar gula darah
kemudian cek gula darah tiap 2-3 jam, dan berikan dosis insulin sesuai
dengan hasil pengukuran di bawah ini:
Kadar gula Infus insulin

< 150 mg/dl 5 cc/jam (1 unit/jam)

150 - 250 mg/dl 10 cc/jam (2 unit/jam)

250 - 300 mg/dl 15 cc/jam (3 unit/jam)

300 - 400 mg/dl 20 cc/jam (4 unit/jam)


PERAWATAN PASCA BEDAH
 Infus glukosa dan insulin harus tetap diteruskan sampai kondisi metabolik
pasien stabil dan pasien sudah boleh makan.
 Infus glukosa dan insulin dihentikan hanya setelah pemberian subkutan
insulin kerja pendek.
 Setelah pembedahan besar, infus glukosa dan insulin harus diteruskan
sampai pasien dapat makan makanan padat.
 Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya hipoglikemia atau hiperglikemia
pasien pasca bedah terutama bila terdapat keterlambatan bangun atau
penurunan kesadaran.
 Pemeriksaan EKG postoperatif serial dianjurkan.
 Jika ada perubahan status mental, hipotensi yang tak dapat dijelaskan, atau
disritmia, maka perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya infark miokard
PENATALAKSANAAN PADA KASUS
PEMBEDAHAN DARURAT

 Keadaan yang jarang tetapi mungkin dijumpai adalah keadaan


darurat yaitu pembedahan yang harus dilakukan pada penderita
diabetes mellitus dengan ketoasidosis
 Dalam keadaan seperti ini bila memungkinkan maka
pembedahan ditunda beberapa jam.
For your attention

Anda mungkin juga menyukai