P2P Pis-Pk Tugsus4 2 2017
P2P Pis-Pk Tugsus4 2 2017
KELUARGA
EDDY SISWANTO
BBPK CILOTO
CURICULUM VITAE
Name : dr. H. EDDY SISWANTO, M.P.H.M.,-ALT
Current Position : Trainer (Widyaiswara Madya)
Current Office : BBPK CILOTO
Educational Backgrd. : Medical Doctor
Master of PHC Management
BP of Neonatology
Last job/ position : Asist. Lecturer at Clinical Parasitology Dept.
Diponegoro University
Med. Officer of Cardiology and ICCU-ER dept.
Dustira ARMY Hospital
Dir. Air Hangat Com. Health Center, Jambi
Head of Internal Med. Dept. Sei Penuh District
Hospital, Jambi
Technical staff of The National Health Training
Center
Mail Address : Jl. Siliwangi 61/155B RT 08/1 Bandung 40131
Perum Permata Palasari Pirus 2/ No. 17 Cipanas-
Cianjur 43253
Email : siswantoeddy2012@gmail.com
TUGAS KELOMPOK
• Silakan masing-masing peserta membentuk 4 kelompok
• Masing-masing kelompok membahas mengenai penyakit
sesuai dengan pilihannya (Skizofrenia, Tuberkulosis, Campak,
Hipertensi)
Pokok bahasan:
Bagaimana cara mengenali penyakit tsb. di keluarga?
Apa tindakan yang perlu dilakukan baik oleh keluarga dan
tindakan awal oleh tenaga kesehatan dalam menangani kasus
tersebut?
Penyuluhan apa yang perlu diberikan pada keluarga terkait
penyakit tersebut?
Silakan peragakan bagaimana memberikan penyuluhan
singkat pada keluarga yang menderita penyakit tersebut!
TUJUAN PEMBELAJARAN
400
1000
1200
0
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1.000.000
Kasus TB yang Hilang (Missing Cases)
2010
2011
2012
68%
324.000
680.000
2013
2014
Milestone menuju Eliminasi TB
• Visi: Indonesia bebas TB
• Tujuan: Eliminasi TB di Indonesia tahun 2035
Peluncuran Strategi TOSS-TB :
• Peta jalan Eliminasi TB
2016 • Penemuan Intensif, Atif, Massif
• Kemitraan dan mobilisasi sosial
Peningkatan Peningkatan
Penguatan Peningkatan
Akses layanan Pengendalian kemandirian
Kepemimpinan kemitraan TB Penguatan
TOSS-TB faktor risiko masyarakat
program dan melalui forum manajemen
bermutu dan penularan TB dalam
dukungan Gerdunas TB program
berpihak pasien pengendalian
system
TB TB
Sumber penularan
Batuk adalah “dahak”
penderita
atau
bersin
Dipengaruhi oleh :
Jumlah kuman
Lamanya kontak
Penderita Daya tahan tubuh Orang lain
Kuman dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak
terkena sinar matahari dan lembab
Cakupan 40%
Penemuan Aktif berbasis keluarga dan masyaraka
Kader,
• Investigasi kontak : 10 – 15 orang
posyandu, • Penemuan di tempat khusus : asrama, lapas,
pos TB desa, rutan, pengungsi, tempat kerja, sekolah
Chase survey • Penemuan di masyarakat : penemuan massal
Cara Menentukan Pasien TB (1)
1. Pemeriksaan Bakteriologi
A. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan
dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang dikumpulkan
berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP) atau Sewaktu-Sewaktu (SS):
• S (Sewaktu) : dahak ditampung di fasyankes.
• P (Pagi) : dahak ditampung pada pagi segera setelah
bangun tidur. Dapat dilakukan dirumah pasien atau di bangsal
rawat inap bilamana pasien menjalani rawat inap.
C. Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat
(Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth
Indicator Tube) untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis
(M.tb).
Cara Menentukan Pasien TB (3)
2. Pasien Kambuh Adalah pasien TB yang telah sembuh atau mendapat pengobatan lengkap,
(Relaps) kemudian dinyatakan sakit TB kembali dengan hasil BTA positif.
3. Pasien Pengobatan
Adalah pasien TB yang putus berobat selama 2 bulan atau lebih, kemudian
Setelah Putus
dinyatakan masih sakit TB dengan hasil BTA positif.
Berobat (Default )
Adalah pasien TB yang mulai pengobatan kembali setelah hasil
4. Pasien Gagal
pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
(Failure)
bulan ke-5 atau lebih, pada masa pengobatan sebelumnya.
5. Pasien Pindahan Adalah pasien TB yang dipindahkan dari Puskesmas/Rumah Sakit antar
(Transfer In) Kabupaten/Kota yang berbeda untuk melanjutkan pengobatannya.
Kriteria PMO
1. Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca tulis
2. Bersedia membantu pasien dengan sukarela
3. Tinggal dekat dengan pasien
4. Dikenal, dipercaya dan disegani oleh pasien
5. Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan
6. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan pasien
TUGAS PMO
1. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal
pengobatan sampai sembuh.
2. Mendampingi dan memberikan dukungan moral kepada
pasien agar dapat menjalani pengobatan secara lengkap
dan teratur.
3. Mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan periksa
ulang dahak sesuai jadwal.
4. Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT
dan merujuk ke Sarana Pelayanan Kesehatan.
5. Mengisi kartu kontrol pengobatan pasien sesuai petunjuk
(petunjuk terdapat di sudut bawah kartu kontrol).
6. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga pasien
atau orang yang tinggal serumah
PENCEGAHAN PENULARAN TB
Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan kebiasaan perilaku hidup
(pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll).
Upaya Promotif-Preventif yang efektif harus diutamakan agar dapat menurunkan beban penyakit.
Sebagian besar
masyarakat
belum mengerti
42
APAKAH HIPERTENSI ?
Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah secara menetap ≥
140/90 mmHg.
TATALAKSANA HIPERTENSI
NON FARMAKOLOGI
(MODIFIKASI GAYA HIDUP)
FARMAKOLOGI
(OBAT ANTI HIPERTENSI)
49
Penurunan berat badan Pertahankan berat badan normal 5-20 mm Hg untuk setiap
(Indeks massa tubuh 18.5-24.9 penurunan berat badan 10
kg/m2) kg
Adaptasi diet DASH Konsumsi buah, sayur sebanyak 5 8-14 mm Hg
(Dietary Approach to porsi/hari, produk rendah lemak
Stop Hypertension) dan rendah lemak jenuh
Diet rendah garam Konsumsi garam tidak lebih dari 2-8 mm Hg
2.0 g/hari atau 1 sendok teh peres
Peningkatan aktifitas fisik Lakukan aktifitas aerobik secara 4-9 mm Hg
teratur seperti jalan
(30 menit/hari setiap hari)
Tidak mengkonsumsi Tidak mengkonsumsi alkhohol 2-4 mm Hg
alkhohol
Masalah kesehatan jiwa di keluarga dan masyarakat cukup
besar dan menimbulkan beban akibat kesehatan yang
signifikan
• Data Riskesdas (2013)
Gangguan mental emosional (gejala depresi dan
anxietas) pada usia ≥15 tahun adalah 6% atau lebih dari
14 juta jiwa
Gangguan jiwa berat (psikosis) adalah 1.7/1000 atau
lebih dari 400.000 jiwa
14,3% dari penduduk yang mengalami gangguan jiwa
berat tersebut mengatakan pernah dipasung
53
GANGGUAN FUNGSI
GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN
GEJALA FISIK PEKERJAAN
PIKIRAN PERASAAN PERILAKU
/SOSIAL
• Sulit konsentrasi • Cemas berlebihan • Menyendiri • Gangguan tidur dan • Tidak mampu
• Pikiran berulang dan tdk masuk akal • Gaduh gelisah makan kerja/sekolah
• Bingung, kacau, • Sedih yang berlarut • Perilaku yg terus • Pusing, tegang, sakit • Sering bolos
ketakutan yang tidak • Marah tdk beralasan diulang kepala berdebar- sekolah/kerja
beralasan • Perilaku kacau debar, keringat dingin • Prestasi menurun
• Gangguan • Hiperaktif • Sakit ulu hati, diare, • Tdk mampu bergaul
penerimaan mual • Menarik diri dari
pancaindera yang • Kurang gairah kerja pergaulan
ada objek/ dan seksual
sumbernya
4 JENIS GANGGUAN JIWA TERBANYAK
DI MASYARAKAT
GANGGUAN GANGGUAN
CEMAS DEPRESI
GANGGUAN
GANGGUAN
PSIKOTIK/
BIPOLAR
SKIZOFRENIA
GANGGUAN CEMAS
Gejala Utama:
Rentang emosi: mudah tersinggung, tidak sabar,
gelisah, tegang, frustasi
Ciri Fisik : gelisah, berkeringat, jantung berdegup
kencang, kepala seperti diikat, gemetar dan sering
buang air kecil
Ciri Perilaku: gelisah, tegang, gemetar, gugup, bicara
cepat dan kurang koordinasi
Ciri Kognitif: sulit konsentrasi, gejala panik, merasa
tidak bisa mengendalikan semua, merasa ingin
melarikan diri dari tempat tersebut, serasa ingin mati
GANGGUAN DEPRESI
Gejala Utama: Gejala tambahan:
Merasa sedih berkepanjangan Rasa bersalah
lebih dari 2 minggu dan Merasa tidak berguna
bertahan selama 2 bulan Pandangan masa depan suram/
Hilang minat dan ketertarikan pesimis
terhadap aktivitas yang Harga diri dan kepercayaan diri
biasanya menyenangkan berkurang
Mudah lelah Gangguan tidur
Gangguan pola makan
Gagasan/perbuatan yang
Depresi sering disertai dengan keluhan fisik seperti nyeri kepala,
membahayakan diri (ide bunuh diri)
gangguan lambung, dan keluhan fisik lain yang kronis atau tidak sembuh-
sembuh dengan pengobatan fisik biasa.
GANGGUAN BIPOLAR
Adalah gangguan suasana perasaan yang berganti-
ganti antara episode manik dan
depresi dalam periode waktu yang berbeda
EPISODE DEPRESI:
EPISODE MANIK:
Murung (sedih) sepanjang waktu
Suasana hati yang gembira
Kehilangan minat/keinginan
berlebihan
Mudah lelah/tak bertenaga
Sangat bersemangat
Tidak mudah Lelah
Harga diri tinggi Gejala tambahan :
Gagasan/ide yang melompat- Rasa bersalah
lompat Merasa tidak berguna
Pandangan masa depan suram/ pesimis
Banyak bicara
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Perhatian mudah teralih Gangguan tidur
Kebutuhan tidur berkurang Gangguan pola makan
Dorongan untuk membelanjakan Gagasan/perbuatan yang membayakan diri (ide
sesuatu tanpa perhitungan bunuh diri)
Pengendalian diri kurang
GANGGUAN PSIKOTIK/SKIZOFRENIA
Gejala Utama
• Perilaku aneh atau kacau (pembicaraan tidak nyambung /tidak
relevan)
• Rentang emosi labil, mudah tersinggung, gelisah sampai tidak
terkontrol
• Menarik diri dari lingkungan (diam dan atau mengurung diri),
• Kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan
(delusi/waham)
• Halusinasi (mendengar suara / melihat sesuatu tidak nyata),
kadang terlihat bicara sendiri dan sulit tidur
• Tidak dapat bertanggung jawab terhadap yang biasa dikerjakan
(aktivitas pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan sosial)
FAKTOR RISIKO GANGGUAN JIWA
PENYAKIT
TERKAIT
KKONSUMSI
ROKOK
Perlindungan Terhadap
Paparan Asap Rokok
Kawasan Tanpa Rokok
adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/
mempromosikan produk tembakau.
KESIMPULAN
KESIMPULAN (2)
KESIMPULAN (3)
INSTRUMEN PENDATAAN
PELAYANAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR DAN KESEHATAN JIWA
80
DEFINISI OPERASIONAL
NO. INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL
Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang
Penderita
berdasar pengukuran adalah penderita tekanan darah
7 hipertensi berobat
tinggi (hipertensi), ia berobat sesuai dengan petunjuk
teratur
dokter/petugas kesehatan.
Penderita
Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang
gangguan jiwa
8 menderita gangguan jiwa berat, penderita tersebut
berat tidak
tidak ditelantarkan dan/atau dipasung.
ditelantarkan
DO INDIKATOR
7. Penderita hipertensi yang berobat sesuai aturan: (ART > 15 tahun )
a. Pernah didiagnosis menderita hipertensi : 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat hipertensi secara teratur : 1. Ya 2. Tidak
Hasil pengukuran tekanan darah : Normal dan tekanan darah tinggi
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “ya” Y
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “tidak” T
Jika (a) jawabannya “ya” maka tidak perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah
DO INDIKATOR
8. Penderita gangguan jiwa berat (Schizophrenia) yang mendapat
pelayanan pengobatan (ART > 15 tahun)
a. Pernah didiagnosis menderita Schizophrenia 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur 1. Ya 2. Tidak
Jika (a) jawabannya “tidak” N
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “ya” Y
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “tidak” T
A. HIPERTENSI
B. GANGGUAN KESEHATAN
Berlaku untuk Anggota Keluarga berumur ≥ 15 tahun
8. Apakah Saudara pernah didiagnosis menderita
tekanan darah tinggi/hipertensi?
1. Ya 2. Tidak P.10a
9. Bila ya, apakah selama ini Saudara meminum
obat tekanan darah tinggi/hipertensi secara
teratur?
1. Ya 2. Tidak
10. a. Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah?
1. Ya 2. Tidak
B.KESEHATAN JIWA
II. KETERANGAN KELUARGA
7. Apakah ada Anggota Keluarga yang pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa berat
(Schizoprenia)?
1. Ya 2. Tidak P.9
8. Bila ya, apakah selama ini penderita tersebut meminum obat gangguan jiwa berat secara
teratur?
1. Ya 2. Tidak
9. Apakah ada Anggota Keluarga yang dipasung?
1. Ya 2. Tidak
C.BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN
B. GANGGUAN KESEHATAN
Referensi
1. Buku Pedoman Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi , Dit PPTM ,
2015 Kementerian Kesehatan RI
2. Buku Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer , 2016 Kementerian Kesehatan RI
3. Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di FKTP 2015, Kementerian Kesehatan
RI
4. Buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia ( PPDGJ )
III, 1993 Kementerian Kesehatan RI
5. Buku Penatalaksanaan Gangguan Jiwa di FKTP , 2014 Kementerian Kesehatan
RI
6. Buku Pedoman Penanggulangan Pemasungan pada ODGJ 2016, Kementerian
Kesehatan RI
86
PENGUKURAN TEKANAN
DARAH
87
PANDUAN PENUGASAN
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
2) Cara pengukuran
a. Prosedur sebelum pengukuran
1) Pemasangan baterai
• Balikkan alat, hingga bagian bawah
menghadap keatas
• Buka tutup baterai sesuai tanda panah
• Masukkan 4 buah baterai “AA” sesuai
dengan arah yang benar.
90
2) Penggantian baterai
• Matikan alat sebelum mengganti baterai
• Keluarkan baterai jika alat tidak akan digunakan selama lebih
dari 3 bulan.
• Jika baterai dikeluarkan >30 detik, maka tanggal/waktu perlu
disetting kembali.
• Buang baterai yang sudah tidak terpakai pada tempat yang
sesuai
• Jika tanda baterai bersilang muncul, segera ganti baterai
dengan yang baru
• Walaupun tanda baterai bergaris muncul, saat masih dapat
digunakan untuk mengukur sebentar, akan tetapi baterai harus
segera diganti
92
3) Prosedur pengukuran
a) Tekan tombol “start/stop” untuk mengaktifkan alat
93
Sambil
berbicara
• Catatan :
a) Jika hasil pengukuran hasilnya ekstrim,
pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua
pengukuran sebaiknya antara 2 menit dengan
melepaskan manset pada lengan.
b) Apabila hasil pengukuran satu dan kedua
terdapat selisih > 10mmHg, ulangi pengukuran
ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan
melepaskan manset pada lengan
c) Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran
dapat dilakukan dengan posisi berbaring, dan
catat kondisi tersebut dilembar catatan.
101
KESIMPULAN
PENATALAKSANAAN PROMOSI
IDENTIFIKASI
AWAL KESEHATAN