Anda di halaman 1dari 103

PENGENDALIAN PENYAKIT DI

KELUARGA

EDDY SISWANTO
BBPK CILOTO
CURICULUM VITAE
Name : dr. H. EDDY SISWANTO, M.P.H.M.,-ALT
Current Position : Trainer (Widyaiswara Madya)
Current Office : BBPK CILOTO
Educational Backgrd. : Medical Doctor
Master of PHC Management
BP of Neonatology
Last job/ position : Asist. Lecturer at Clinical Parasitology Dept.
Diponegoro University
Med. Officer of Cardiology and ICCU-ER dept.
Dustira ARMY Hospital
Dir. Air Hangat Com. Health Center, Jambi
Head of Internal Med. Dept. Sei Penuh District
Hospital, Jambi
Technical staff of The National Health Training
Center
Mail Address : Jl. Siliwangi 61/155B RT 08/1 Bandung 40131
Perum Permata Palasari Pirus 2/ No. 17 Cipanas-
Cianjur 43253
Email : siswantoeddy2012@gmail.com
TUGAS KELOMPOK
• Silakan masing-masing peserta membentuk 4 kelompok
• Masing-masing kelompok membahas mengenai penyakit
sesuai dengan pilihannya (Skizofrenia, Tuberkulosis, Campak,
Hipertensi)

Pokok bahasan:
Bagaimana cara mengenali penyakit tsb. di keluarga?
Apa tindakan yang perlu dilakukan baik oleh keluarga dan
tindakan awal oleh tenaga kesehatan dalam menangani kasus
tersebut?
Penyuluhan apa yang perlu diberikan pada keluarga terkait
penyakit tersebut?
Silakan peragakan bagaimana memberikan penyuluhan
singkat pada keluarga yang menderita penyakit tersebut!
TUJUAN PEMBELAJARAN

• Tujuan Pembelajaran Umum


• Peserta mampu memahami pelayanan penyakit terintegrasi
PIS-PK di dalam keluarga

• Tujuan Pembelajaran Khusus


• Menjelaskan pelayanan dasar pengendalian penyakit
• Menjelaskan Instrumen pendataan Pelayanan Dasar
pengendalian penyakit
Beban TB Global dan Indonesia 2015
Indikator Tingkat Absolut Rate /100.000
Insiden (termasuk Global 10.400.000 142
HIV+TB)
Indonesia 1.020.000 395
Mortalitas (excludes Global 1.400.000 19
HIV+TB)
Indonesia 100.000 40
Insidens (MDR/RR-TB) Global 580.000 7.9
Indonesia 32.000 12
Case Notification Indonesia 330.729 129
Rate (CNR), semua
kasus
Case Detection Rate (CDR), semua kasus 32%
Success Rate (SR), semua kasus (kohort 2014) 84%*
Sumber: Global TB Report 2016
*Data per June 2016
200
600
800

400
1000
1200

0
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1.000.000
Kasus TB yang Hilang (Missing Cases)

2010
2011
2012
68%

324.000
680.000

2013
2014
Milestone menuju Eliminasi TB
• Visi: Indonesia bebas TB
• Tujuan: Eliminasi TB di Indonesia tahun 2035
Peluncuran Strategi TOSS-TB :
• Peta jalan Eliminasi TB
2016 • Penemuan Intensif, Atif, Massif
• Kemitraan dan mobilisasi sosial

Target dampak pada 2020: Target dampak pada 2025:


• 20% penurunan insiden TB • 50% penurunan insiden TB
2020 • 40% penurunan kematian 2025 • 70% penurunan kematian
TB dibandingkan tahun TB dibandingkan tahun
2014 2014
Target dampak pada 2030: Target dampak pada 2035:
2030 • 80% penurunan insiden TB • 90% penurunan insiden TB
• 90% penurunan kematian 2035 • 95% penurunan kematian
TB dibandingkan tahun TB dibandingkan tahun
2014 2014
Prinsip dan Strategi

Peningkatan Peningkatan
Penguatan Peningkatan
Akses layanan Pengendalian kemandirian
Kepemimpinan kemitraan TB Penguatan
TOSS-TB faktor risiko masyarakat
program dan melalui forum manajemen
bermutu dan penularan TB dalam
dukungan Gerdunas TB program
berpihak pasien pengendalian
system
TB TB

Desentralisasi Program pada tingkat Kabupaten/kota

Penguatan Kepemimpinan Program


Kontribusi terhadap Penguatan sistem kesehatan
Keberpihakan kepada masyarakat dan pasien TB
Inklusif, proaktif, efektif, profesional dan akuntabel
APA ITU TB?
Tuberkulosis (TB = TBC) :
 Penyakit menular langsung
 Disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).
 Dapat disembuhkan.
 Bukan disebabkan oleh guna-guna atau kutukan.
 Dan bukan penyakit keturunan.
 Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar,
kulit, dll).
 TB dapat menyerang siapa saja  terutama usia produktif/masih aktif
bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak.
 TB dapat menyebabkan kematian bila tidak diobati segera.
GEJALA TB PARU
• Batuk berdahak
• Batuk bercampur darah
• Sesak nafas dan nyeri dada
• Badan lemas
• Nafsu makan berkurang
• Berat badan turun
• Rasa kurang enak badan (lemas)
• Demam/ meriang berkepanjangan
• Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan
kegiatan
Pertimbangan juga pada orang yang berisiko, seperti :
kontak erat dengan pasien TB, Imunokompromais (ODHA,
DM dll) di tempat khusus (Lapas/Rutan, tempat kerja,
asrama, pondok pesantren, sekolah, panti jompo dll).
Penularan TB
TB menular melalui
udara

Sumber penularan
Batuk adalah “dahak”
penderita
atau
bersin
Dipengaruhi oleh :
 Jumlah kuman
 Lamanya kontak
Penderita  Daya tahan tubuh Orang lain

Kuman dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak
terkena sinar matahari dan lembab

TB penyakit menular, tetapi bisa diobati sampai sembuh bila minum


obat sampai tuntas
Peningkatan Akses Layanan
Penemuan Pasif dengan Jejaring Layanan TB (PPM)
Intensif : HIV, DM, PAL,
Mandator
DPM MTBS, IDI
y
notificatio RS Swasta Lab Swasta
n Klinik Apotik
IAI
RSU Daerah
RS Paru

Puskesmas Dikes Kab/kota


Cakupan 60% BPPM Labkesda

Cakupan 40%
Penemuan Aktif berbasis keluarga dan masyaraka

Kader,
• Investigasi kontak : 10 – 15 orang
posyandu, • Penemuan di tempat khusus : asrama, lapas,
pos TB desa, rutan, pengungsi, tempat kerja, sekolah
Chase survey • Penemuan di masyarakat : penemuan massal
Cara Menentukan Pasien TB (1)
1. Pemeriksaan Bakteriologi
A. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan
dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang dikumpulkan
berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP) atau Sewaktu-Sewaktu (SS):
• S (Sewaktu) : dahak ditampung di fasyankes.
• P (Pagi) : dahak ditampung pada pagi segera setelah
bangun tidur. Dapat dilakukan dirumah pasien atau di bangsal
rawat inap bilamana pasien menjalani rawat inap.

Jika hasil pemeriksaan dahak positif maka artinya dahak


tersebut mengandung kuman TB. Jika hasil pemeriksaan
dahak negatif, maka harus dilanjutkan pemeriksaan penunjang
lainnya dan pada pasien tersebut harus dirujuk kelayanan
kesehatan yang lebih lengkap
Cara Menentukan Pasien TB (2)
B. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB
Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan metode Xpert
MTB/RIF /Tes Cepat Molekuler yang disingkat dengan TCM
merupakan sarana untukpenegakan diagnosis, namun tidak
dapat dimanfaatkan untuk evaluasi hasil pengobatan.

C. Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat
(Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth
Indicator Tube) untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis
(M.tb).
Cara Menentukan Pasien TB (3)

2. Pemeriksaan Penunjang Lainnya


• Pemeriksaan foto toraks.
• Pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai
TB ekstraparu.

3. Pemeriksaan uji kepekaan obat


Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada
tidaknya resistensi M.tb terhadap OAT.
Pasien TB ekstra paru.
TB ekstra paru ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala
TB. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena.
TB Pada Anak
Batuk bukan merupakan gejala utama TB pada anak.
Diagnosis TB pada anak prinsipnya sama dengan
dewasa melalui pemeriksaan dahak, selain itu dengan
menggunakan Sistem Skoring (penilaian dilakukan oleh
dokter).
Tanda-tanda TB anak atau anak yang dicurigai TB
adalah:
1. Adanya kontak erat dengan pasien TB dewasa
2. Demam ≥ 2 minggu tanpa sebab yang jelas
3. Demam Batuk lama selama ≥2 minggu.
4. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan
sebelumnya
5. Lesu atau malaise ≥ 2 minggu.
Pengelompokan Pasien TB
Adalah pasien TB yang belum pernah diobati dengan Obat Anti
1. Pasien Baru Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan (4 minggu).

2. Pasien Kambuh Adalah pasien TB yang telah sembuh atau mendapat pengobatan lengkap,
(Relaps) kemudian dinyatakan sakit TB kembali dengan hasil BTA positif.

3. Pasien Pengobatan
Adalah pasien TB yang putus berobat selama 2 bulan atau lebih, kemudian
Setelah Putus
dinyatakan masih sakit TB dengan hasil BTA positif.
Berobat (Default )
Adalah pasien TB yang mulai pengobatan kembali setelah hasil
4. Pasien Gagal
pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
(Failure)
bulan ke-5 atau lebih, pada masa pengobatan sebelumnya.

5. Pasien Pindahan Adalah pasien TB yang dipindahkan dari Puskesmas/Rumah Sakit antar
(Transfer In) Kabupaten/Kota yang berbeda untuk melanjutkan pengobatannya.

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam


6. Lain-lain: kelompok ini termasuk pasien dengan Kasus Kronik, yaitu pasien dengan
hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal, default maupun
menjadi kasus kronik. Hal ini sangat jarang terjadi dan harus dibuktikan melalui pemeriksaan
lebih lanjut.
Pengobatan TB
Paduan pengobatan yang digunakan oleh Program
Nasional Penanggulangan TB di Indonesia:
 Kategori 1 diberikan kepada pasien baru TB paru BTA positif,
Pasien TB paru BTA negatif rontgen positif dan pasien
TB ekstra paru

 Kategori 2 diberikan kepada pasien TB BTA positif yang telah diobati


sebelumnya (pasien kambuh, pasien gagal dan pasien
pengobatan setelah putus berobat)

 Kategori diberikan kepada pasien TB anak


Anak
Efek Samping Pada Pengobatan TB
Efek Samping Yang harus dilakukan
Warna kemerahan Jelaskan kepada pasien untuk tidak
pada air seni (urin) perlu khawatir karena warna merah
berasal dari salah satu obat yang
diminum
Tidak ada nafsu Jelaskan kepada pasien agar obat
makan, mual, sakit diminum malam sebelum tidur
perut
Nyeri sendi Segera rujuk ke Petugas kesehatan
Kesemutan sampai Segera rujuk ke Petugas kesehatan
dengan rasa
terbakar di kaki
Efek Samping Berat
Gejala Efek Samping Berat :
1. Gatal dan kemerahan kulit
2. Tuli
3. Gangguan keseimbangan/limbung
4. Kuning pada mata dan atau kulit tanpa penyebab lain
5. Gelisah dan muntah-muntah
6. Gangguan penglihatan
7. Bintik-bintik kemerahan pada kulit dan renjatan/syok
Bila ditemukan gejala-gejala diatas, pasien harus
menghentikan pengobatannya dan segera rujuk ke
petugas kesehatan.
Pemantauan Kemajuan Pengobatan Pada Anak:
Bahaya Pengobatan Tidak Tuntas /
Melalaikan Pengobatan
Pasien akan berisiko :

1. Penyakit tidak sembuh dan tetap menularkan ke orang


lain
2. Penyakit bertambah parah dan bisa berakibat kematian
3. Obat Anti TB (OAT) biasa tidak dapat membunuh
kuman, sehingga pasien tidak bisa disembuhkan, harus
menggunakan penanganan yang lebih mahal dan waktu
pengobatan lebih lama.
PESAN PENTING UNTUK PASIEN TB
1. Menelan OAT secara teratur sampai tuntas sesuai jadual dan aturan
yang diberikan oleh dokter.
2. Selalu menutup hidung dan mulutnya dengan tisu/sapu tangan/lengan
tangan jika batuk atau bersin.
3. Tidak membuang dahak di sebarang tempat, tetapi dibuang pada
tempat khusus dan tertutup.
4. Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, antara lain :
a) Menjemur alat tidur dan membuka jendela dan pintu setiap pagi
agar udara dan sinar matahari masuk. Aliran udara (ventilasi) yang
baik dapat mengurangi jumlah kuman di udara. Sinar matahari
langsung dapat mematikan kuman.
b) Makan makanan bergizi dan beristirahat cukup
c) Tidak merokok dan minum minuman keras
d) Olahraga secara teratur
e) Mencuci tangan hingga bersih,
Bagaimanakah etika batuk yang benar?

1. Palingkan muka dari orang lain atau makanan


2. Tutup hidung dan mulut dengan
tisu/saputangan/lengan tangan ketika batuk dan
bersin
3. Setelah batuk atau bersin segera cuci tangan
dengan air bersih dan sabun atau pencuci tangan
berbasis alkohol
4. Hindari batuk di tempat keramaian
5. Gunakan masker atau penutup mulut dan hidung
bila sedang batuk/flu
6. Jangan bertukar saputangan atau masker dengan
orang lain
Pengawas Menelan Obat (PMO)
Definisi: Seseorang yang secara sukarela membantu pasien TB dalam
masa pengobatan hingga sembuh

Kriteria PMO
1. Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca tulis
2. Bersedia membantu pasien dengan sukarela
3. Tinggal dekat dengan pasien
4. Dikenal, dipercaya dan disegani oleh pasien
5. Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan
6. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan pasien
TUGAS PMO
1. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal
pengobatan sampai sembuh.
2. Mendampingi dan memberikan dukungan moral kepada
pasien agar dapat menjalani pengobatan secara lengkap
dan teratur.
3. Mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan periksa
ulang dahak sesuai jadwal.
4. Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT
dan merujuk ke Sarana Pelayanan Kesehatan.
5. Mengisi kartu kontrol pengobatan pasien sesuai petunjuk
(petunjuk terdapat di sudut bawah kartu kontrol).
6. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga pasien
atau orang yang tinggal serumah
PENCEGAHAN PENULARAN TB

• Menelan OAT secara lengkap dan teratur sampai


sembuh.

• Menutup mulutnya dengan sapu tangan atau tisu atau


tangan pada waktu bersin dan batuk.

• Tidak membuang dahak di sembarang tempat, dibuang


pada tempat khusus dan tertutup.

• Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS):


Definisi Operasional
Penderita Tuberkulosis Paru yang berobat sesuai standar
adalah :

 Terduga TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar,


yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai
kewenangannya di FKTP (puskesmas dan jaringannya)

Pengobatan dengan menggunakan Obat Anti Tuberkulosis


(OAT) dengan panduan OAT standar.

 Pasien meminum obat sesuai jadwal sampai tuntas dibantu


PMO
Instrumen pendataan pelayanan Dasar TB
Berlaku untuk ART berumur ≥ 15 tahun

5 Apakah Saudara pernah didiagnosis menderita


tuberkulosis (TB) paru?
1. Ya 2. Tidak  P.7

6 Bila ya, apakah meminum obat TBC secara teratur


(selama 6 bulan)?
1. Ya  P.8 2. Tidak  P.8

7 Apakah Saudara pernah menderita batuk berdahak > 2


minggu disertai satu atau lebih gejala:
1. Ya 2. Tidak
PENYAKIT TIDAK MENULAR
PERUBAHAN BEBAN PENYAKIT (2)
Penyebab Utama dari Beban Penyakit, 1990-2015

1990 2000 2010 2015

Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan kebiasaan perilaku hidup
(pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll).
Upaya Promotif-Preventif yang efektif harus diutamakan agar dapat menurunkan beban penyakit.

Sumber : Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles


37
Faktor Risiko
Perilaku
Penyebab
Terjadinya PTM
Yang Harus
Diperbaiki
SEPULUH PENYEBAB KEMATIAN UTAMA (SEMUA UMUR)
SAMPLE REGISTRATION SYSTEM (SRS)
INDONESIA, 2014
Mengapa PTM Menjadi Masalah

Sebagian besar
masyarakat
belum mengerti
42

Pencegahan dan Pengendalian

Orang atau kelompok masyarakat yang masih


sehat atau memiliki faktor risiko PTM
43

Sumber : Riskesdas 2013


44

APAKAH HIPERTENSI ?
Pengertian
 Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah secara menetap ≥
140/90 mmHg.

 Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan


tekanan darah arterial yang menetap
45

KLASIFIKASI TEKANAN DARAH


JNC 7 - 2003
Tekanan darah (mm Hg) Kategori
SISTOLIK DIASTOLIK
<120 dan <80 Normal
120-139 atau 80-89 Prehipertensi
140-159 atau 90-99 Hipertensi
derajat 1
≥160 atau ≥100 Hipertensi
derajat 2
46

GEJALA DAN TANDA


Seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga penderita tidak
merasa sakit. Gejala dan tanda muncul biasanya karena sudah terjadi
kelainan organ

1. Sakit kepala 7. Pandangan menjadi kabur


2. Kelelahan 8. Mata berkunang-kunang
3. Mual dan muntah 9. Mudah marah
4. Sesak napas 10. Telinga berdengung
5. Napas pendek (terengah-engah) 11. Sulit tidur
6. Gelisah 12. Rasa berat di tengkuk
47

FAKTOR RISIKO HIPERTENSI


48

TATALAKSANA HIPERTENSI

NON FARMAKOLOGI
(MODIFIKASI GAYA HIDUP)

FARMAKOLOGI
(OBAT ANTI HIPERTENSI)
49

MODIFIKASI GAYA HIDUP UNTUK


TATALAKSANA HIPERTENSI
Modifikasi Rekomendasi Penurunan tek darah
sistolik (kurang lebih)

Penurunan berat badan Pertahankan berat badan normal 5-20 mm Hg untuk setiap
(Indeks massa tubuh 18.5-24.9 penurunan berat badan 10
kg/m2) kg
Adaptasi diet DASH Konsumsi buah, sayur sebanyak 5 8-14 mm Hg
(Dietary Approach to porsi/hari, produk rendah lemak
Stop Hypertension) dan rendah lemak jenuh
Diet rendah garam Konsumsi garam tidak lebih dari 2-8 mm Hg
2.0 g/hari atau 1 sendok teh peres
Peningkatan aktifitas fisik Lakukan aktifitas aerobik secara 4-9 mm Hg
teratur seperti jalan
(30 menit/hari setiap hari)
Tidak mengkonsumsi Tidak mengkonsumsi alkhohol 2-4 mm Hg
alkhohol
Masalah kesehatan jiwa di keluarga dan masyarakat cukup
besar dan menimbulkan beban akibat kesehatan yang
signifikan
• Data Riskesdas (2013)
Gangguan mental emosional (gejala depresi dan
anxietas) pada usia ≥15 tahun adalah 6% atau lebih dari
14 juta jiwa
Gangguan jiwa berat (psikosis) adalah 1.7/1000 atau
lebih dari 400.000 jiwa
14,3% dari penduduk yang mengalami gangguan jiwa
berat tersebut mengatakan pernah dipasung
53

• Estimasi WHO: Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)


yang belum mendapatkan layanan kesehatan jiwa di Negara-
negara dengan penghasilan rendah-menengah termasuk
Indonesia adalah >85%.
• Masalah kesehatan jiwa tersebut di atas jika tidak segera
ditanggulangi dapat menurunkan status kesehatan fisik dan
menimbulkan dampak psikososial antara lain: tindak
kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, pemasungan,
maupun tindakan percobaan bunuh diri.
Pemasungan pada ODGJ:
Bentuk pengekangan kebebasan yang dilakukan pada
ODGJ di komunitas  melanggar HAM
Berakibat perampasan kebebasan mengakses layanan
untuk membantu pemulihan fungsi ODGJ tersebut
Sebagian besar dilakukan oleh keluarga inti
Beberapa alasan pemasungan: kurangnya pengetahuan,
kesulitan akses dan keterjangkauan ke layanan kesehatan
jiwa.
Gangguan jiwa adalah kumpulan gejala dari gangguan pikiran, gangguan
perasaan dan gangguan tingkah laku yang menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari (fungsi pekerjaan dan sosial) dari orang
tersebut

GANGGUAN FUNGSI
GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN
GEJALA FISIK PEKERJAAN
PIKIRAN PERASAAN PERILAKU
/SOSIAL
• Sulit konsentrasi • Cemas berlebihan • Menyendiri • Gangguan tidur dan • Tidak mampu
• Pikiran berulang dan tdk masuk akal • Gaduh gelisah makan kerja/sekolah
• Bingung, kacau, • Sedih yang berlarut • Perilaku yg terus • Pusing, tegang, sakit • Sering bolos
ketakutan yang tidak • Marah tdk beralasan diulang kepala berdebar- sekolah/kerja
beralasan • Perilaku kacau debar, keringat dingin • Prestasi menurun
• Gangguan • Hiperaktif • Sakit ulu hati, diare, • Tdk mampu bergaul
penerimaan mual • Menarik diri dari
pancaindera yang • Kurang gairah kerja pergaulan
ada objek/ dan seksual
sumbernya
4 JENIS GANGGUAN JIWA TERBANYAK
DI MASYARAKAT

GANGGUAN GANGGUAN
CEMAS DEPRESI

GANGGUAN
GANGGUAN
PSIKOTIK/
BIPOLAR
SKIZOFRENIA
GANGGUAN CEMAS
Gejala Utama:
Rentang emosi: mudah tersinggung, tidak sabar,
gelisah, tegang, frustasi
Ciri Fisik : gelisah, berkeringat, jantung berdegup
kencang, kepala seperti diikat, gemetar dan sering
buang air kecil
Ciri Perilaku: gelisah, tegang, gemetar, gugup, bicara
cepat dan kurang koordinasi
Ciri Kognitif: sulit konsentrasi, gejala panik, merasa
tidak bisa mengendalikan semua, merasa ingin
melarikan diri dari tempat tersebut, serasa ingin mati
GANGGUAN DEPRESI
Gejala Utama: Gejala tambahan:
Merasa sedih berkepanjangan Rasa bersalah
lebih dari 2 minggu dan Merasa tidak berguna
bertahan selama 2 bulan Pandangan masa depan suram/
Hilang minat dan ketertarikan pesimis
terhadap aktivitas yang Harga diri dan kepercayaan diri
biasanya menyenangkan berkurang
Mudah lelah Gangguan tidur
Gangguan pola makan
Gagasan/perbuatan yang
Depresi sering disertai dengan keluhan fisik seperti nyeri kepala,
membahayakan diri (ide bunuh diri)
gangguan lambung, dan keluhan fisik lain yang kronis atau tidak sembuh-
sembuh dengan pengobatan fisik biasa.
GANGGUAN BIPOLAR
Adalah gangguan suasana perasaan yang berganti-
ganti antara episode manik dan
depresi dalam periode waktu yang berbeda
EPISODE DEPRESI:
EPISODE MANIK:
 Murung (sedih) sepanjang waktu
 Suasana hati yang gembira
 Kehilangan minat/keinginan
berlebihan
 Mudah lelah/tak bertenaga
 Sangat bersemangat
 Tidak mudah Lelah
 Harga diri tinggi Gejala tambahan :
 Gagasan/ide yang melompat-  Rasa bersalah
lompat  Merasa tidak berguna
 Pandangan masa depan suram/ pesimis
 Banyak bicara
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Perhatian mudah teralih  Gangguan tidur
 Kebutuhan tidur berkurang  Gangguan pola makan
 Dorongan untuk membelanjakan  Gagasan/perbuatan yang membayakan diri (ide
sesuatu tanpa perhitungan bunuh diri)
 Pengendalian diri kurang
GANGGUAN PSIKOTIK/SKIZOFRENIA
Gejala Utama
• Perilaku aneh atau kacau (pembicaraan tidak nyambung /tidak
relevan)
• Rentang emosi labil, mudah tersinggung, gelisah sampai tidak
terkontrol
• Menarik diri dari lingkungan (diam dan atau mengurung diri),
• Kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan
(delusi/waham)
• Halusinasi (mendengar suara / melihat sesuatu tidak nyata),
kadang terlihat bicara sendiri dan sulit tidur
• Tidak dapat bertanggung jawab terhadap yang biasa dikerjakan
(aktivitas pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan sosial)
FAKTOR RISIKO GANGGUAN JIWA

Faktor Faktor Sosial:


Faktor Biologik Psikologik
• Relasi
• Genetik/Keturun • Tipe
an interpersonal
kepribadian yang kurang baik
• Perubahan
struktur otak dan (dependen, (disharmoni
keseimbangan perfeksionis, keluarga)
kimia otak introvert) • Stres yang
• Penyakit fisik kurang motivasi berlangsung lama
(kondisi medis • Kurang dapat • Masalah kehidupan
kronis dan menyesuaikan
kondisi • Kurangnya
diri terhadap dukungan keluarga
penggunaan
obat2an/narkoba perubahan dan lingkungan
) kehidupan
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
• Adakah anggota keluarga yang sering mengalami marah-marah tanpa alasan yang
jelas, memukul, merusak barang, mudah, curiga berlebihan tampak bicara sendiri,
bicara kacau atau pikiran aneh?
• Adakah anggota keluarga yang sering mengalami sedih terus menerus lebih dari 2
minggu, berkurangnya minat terhadap hal-hal yang dulunya dinikmati, dan mudah
lelah atau tenaganya berkurang sepanjang waktu?
• Adakah anggota keluarga yang sering mengalami cemas, khawatir, was-was. Kurang
konsentrasi disertai dengan keluhan fisik seperti sering berkeringat, jantung
berdebar, sesak, mual?
• Adakah anggota keluarga yang sering mengalami gembira berlebihan, merasa
sangat bersemangat, merasa hebat dan lebih dari orang lain, banyak bicara dan
mudah tersinggung?
• Adakah anggota keluarga yang mengalami gejala tersebut di atas mengalami
pengekangan kebebasan berupa pengikatan fisik atau
pengurungan/pengisolasian?
• Adakah anggota keluarga yang pernah mencoba melakukan tindakan menyakiti diri
sendiri atau berusaha mengakhiri hidup?
PENANGANAN AWAL DAN PERAWATAN
ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
(ODGJ)
DI KELUARGA
• Gangguan Jiwa 1. Tanyakan riwayat gangguan jiwa
dapat diobati jika sebelumnya atau dalam keluarga
diketahui dan 2. Tanyakan apa yang dipikirkan dan
ditangani sejak awal dirasakan? Apakah ada pikiran yang
• Peran keluarga mengganggu?
dalam
memperhatikan
3. Keluarga dapat menjadi tempat berbagi
tingkah laku cerita dan rasa
anggota keluarga 4. Kalau sulit /tidak teratasi minta
lain, kalau ada bantuan kader kesehatan, dokter atau
perubahan, datang ke PKM
• Segera telusuri: 5. Jika ada ODGJ dipasunglapor kader/
pamong setempat
INFORMASI PENTING BAGI KELUARGA

Jelaskan bahwa gejala dari keluhan di atas merupakan gejala


gangguan mental, yang juga termasuk penyakit medis.
Pengobatan tergantung kepada jenis, berat-ringannya
penyakit/gangguan jiwa yang dialami.
Dukungan keluarga penting untuk kepatuhan berobat
(compliance) dan rehabilitasi. Organisasi masyarakat dapat
menyediakan dukungan yang berharga untuk pasien dan
keluarga.
KONSELING PASIEN DAN KELUARGA
Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga, minum obat secara
teratur dapat mencegah kekambuhan. Informasikan obat tidak dapat dikurangi atau
dihentikan tiba-tiba tanpa persetujuan dokter.
Informasikan juga tentang efek samping yang mungkin timbul dan cara
penanggulangannya (bagi dokter).
Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan seoptimal mungkin di
pekerjaan dan aktivitas harian lain.
Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan masyarakat (berpakaian,
berpenampilan dan berperilaku pantas).
Menjaga keselamatan pasien dan orang yang merawatnya pada fase akut:
Meminimalisasi stres dan stimulasi
Gaduh gelisah yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan masyarakat
memerlukan rawat inap atau pengamatan ketat di tempat yang aman.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

erdas intelektual, emosional dan spiritual


mpati dalam berkomunikasi efektif
ajin beribadah sesuai agama dan keyakinan
nteraksi yang bermanfaat bagi kehidupan
sah, Asih dan Asuh Tumbuh Kembang
dalam Keluarga & Masyarakat
68

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

a. Masalah Kesehatan Akibat Konsumsi


Rokok
1) Karakteristik Asap Rokok
2) Penyakit Terkait Konsumsi Rokok

b. Pencegahan dan Upaya Berhenti Merokok


1) Perlindungan Terhadap Paparan asap Rokok
2) Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat
Akan Bahaya Produk Rokok
3) Upaya Layanan Berhenti Merokok
69

Karakteristik Asap Rokok

Asap rokok mengandung


4000 zat kimia dan 43
diantaranya BERACUN
70

Akibat merokok pada


kesehatan manusia

PENYAKIT
TERKAIT
KKONSUMSI
ROKOK

United States Department of Health and


Human Services. How tobacco smoke cause
disease : The biology and behavioral basis for
smoking-attributable disease rockville:
Department of Health and Human Services,
Centers for Disease Control and Prevention,
National Center for Chronic Disease Prevention
and Health Promotion Office on Smoking and
Health; 2010.
71

Sumber: Susenas 2015


72

Perlindungan Terhadap
Paparan Asap Rokok
Kawasan Tanpa Rokok
adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/
mempromosikan produk tembakau.

Tujuan untuk melindungi perokok pasif dari bahaya


asap rokok, memberikan lingkungan yang bersih dan
sehat dan meningkatkan kesadaran bahaya asap
rokok.
Selain itu rumah tangga juga harus menerapkan
kawasan rumah tanpa rokok, untukmelindungi
seluruh anggota keluarga terhadap paparan asap
rokok, dengan melarang semua orang merokok di
rumah termasuk orang yang berkunjung kerumah
tersebut.
73

Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat akan Bahaya Rokok

• Peraturan Menteri Kesehatan


nomor 28 tentang
Pencantuman Informasi dan
Peringatan Kesehatan
Bergambar pada Kemasan
Rokok.
• Meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang bahaya
merokok terhadap kesehatan
diri sendiri maupun orang lain
atau lingkungan sekitarnya.
74

Upaya Layanan Berhenti Merokok

• Upaya Layanan Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas


kesehatan tingkat pertama (FKTP)melalui :
• Peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam dan
menyediakan sarana dan prasarana layanan Berhenti
Merokok di FKTP
• Peningkatan kapasitas guru dalam melakukan skrining
dan konseling Berhenti Merokok bagi siswa.

• Selain itu Kementerian kesehatan telah menyediakan


layanan berhenti merokok (Quitline) melalui telepon
tanpa bayar (hotline) di 0800-177-6565
75

Upaya Layanan Berhenti Merokok

• Sebagai pembina keluarga sehat, wajib


menjelaskan bahaya merokok dan paparan asap
rokok bagi kesehatan kepada seluruh anggota
keluarga yang menjadi binaannya dan
menganjurkan anggota keluarga yang merokok
untuk berhenti merokok dan menginformasikan
layanan berhenti merokok di FKTP dan FKRTL
serta layanan QUITLINE yang tersedia.
76

KESIMPULAN

1. Hipertensi dapat dicegah dan dikendalikan


2. Tatalaksana / Pengobatan Hipertensi :
– Modifikasi pola hidup sehat
– Obat
3. Dengan “PATUH” , tekanan darah dikendalikan dan
kerusakan/ komplikasi organ akibat Hipertensi dapat
dicegah
4. Pengobatan ODGJ perlu dilanjutkan meskipun gejala
telah mereda. Tidak memberhentikan atau mengurangi
obat tanpa persetujuan dokter.
77

KESIMPULAN (2)

5. Diperlukan antisipasi dalam menghadapi kekambuhan, karena


gejala dapat hilang timbul, antara lain dengan minum obat dan
mengikuti terapi lain (misalnya: psikoterapi) secara teratur.
6. KTR bertujuan untuk melindungi perokok pasif dari bahaya asap
rokok, menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat serta
meningkatkan kesadaran bahaya asap rokok.
7. Keluarga/rumah tangga harus menerapkan kawasan rumah tanpa
rokok untuk melindungi seluruh anggota keluarga terhadap
paparan asap rokok dengan melarang semua orang merokok di
rumah termasuk orang yang berkunjung ke rumah tersebut.
78

KESIMPULAN (3)

8. Pembina keluarga sehat, wajib menjelaskan bahaya merokok


dan paparan asap rokok bagi kesehatan kepada seluruh
anggota keluarga yang menjadi binaannya dan menganjurkan
anggota keluarga yang merokok untuk berhenti merokok
9. Pembina keluarga dan anggota masyarakat berperan penting
dalam pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular
dan Kesehatan Jiwa
79

INSTRUMEN PENDATAAN
PELAYANAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR DAN KESEHATAN JIWA
80

DEFINISI OPERASIONAL
NO. INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL
Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang
Penderita
berdasar pengukuran adalah penderita tekanan darah
7 hipertensi berobat
tinggi (hipertensi), ia berobat sesuai dengan petunjuk
teratur
dokter/petugas kesehatan.

Penderita
Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang
gangguan jiwa
8 menderita gangguan jiwa berat, penderita tersebut
berat tidak
tidak ditelantarkan dan/atau dipasung.
ditelantarkan

Jika tidak ada seorang pun anggota keluarga yang


sering atau kadang-kadang menghisap rokok atau
Tidak ada anggota
produk lain dari tembakau. Termasuk di sini adalah jika
9 keluarga yang
anggota keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari
merokok
kebiasaan menghisap rokok atau produk lain dari
tembakau.
81

DO INDIKATOR
7. Penderita hipertensi yang berobat sesuai aturan: (ART > 15 tahun )
a. Pernah didiagnosis menderita hipertensi : 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat hipertensi secara teratur : 1. Ya 2. Tidak
Hasil pengukuran tekanan darah : Normal dan tekanan darah tinggi
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “ya”  Y
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “tidak”  T
Jika (a) jawabannya “ya” maka tidak perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah

Jika (a) jawabannya “tidak” maka dilakukan pengukuran tekanan darah


Jika (a) jawabannya “tidak” dan hasil pengukuran normal N
Jika (a) jawabannya “tidak” dan hasil pengukuran darah tinggi  T
82

DO INDIKATOR
8. Penderita gangguan jiwa berat (Schizophrenia) yang mendapat
pelayanan pengobatan (ART > 15 tahun)
a. Pernah didiagnosis menderita Schizophrenia 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur 1. Ya 2. Tidak
Jika (a) jawabannya “tidak”  N
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “ya”  Y
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “tidak”  T

9. Ada anggota keluarga yang merokok: (ART > 15 tahun)


Apakah Saudara merokok? 1. Ya 2. Tidak
Jika Jawaban “ya”  T Jawaban “tidak”  Y
83

A. HIPERTENSI
B. GANGGUAN KESEHATAN
Berlaku untuk Anggota Keluarga berumur ≥ 15 tahun
8. Apakah Saudara pernah didiagnosis menderita
tekanan darah tinggi/hipertensi?
1. Ya 2. Tidak P.10a
9. Bila ya, apakah selama ini Saudara meminum
obat tekanan darah tinggi/hipertensi secara
teratur?
1. Ya 2. Tidak
10. a. Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah?
1. Ya 2. Tidak

b. Hasil pengukuran tekanan darah

b.1. Sistolik (mmHg)

b.2. Diastolik (mmHg)


84

B.KESEHATAN JIWA
II. KETERANGAN KELUARGA
7. Apakah ada Anggota Keluarga yang pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa berat
(Schizoprenia)?
1. Ya 2. Tidak P.9
8. Bila ya, apakah selama ini penderita tersebut meminum obat gangguan jiwa berat secara
teratur?
1. Ya 2. Tidak
9. Apakah ada Anggota Keluarga yang dipasung?
1. Ya 2. Tidak
C.BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN
B. GANGGUAN KESEHATAN

Berlaku untuk semua umur


1. Apakah Saudara mempunyai kartu jaminan kesehatan atau JKN?
1. Ya 2. Tidak

2. Apakah Saudara merokok?


1. Ya (setiap hari, sering/kadang-kadang) 2. Tidak (tidak/sudah berhenti)
85

Referensi
1. Buku Pedoman Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi , Dit PPTM ,
2015 Kementerian Kesehatan RI
2. Buku Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer , 2016 Kementerian Kesehatan RI
3. Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di FKTP 2015, Kementerian Kesehatan
RI
4. Buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia ( PPDGJ )
III, 1993 Kementerian Kesehatan RI
5. Buku Penatalaksanaan Gangguan Jiwa di FKTP , 2014 Kementerian Kesehatan
RI
6. Buku Pedoman Penanggulangan Pemasungan pada ODGJ 2016, Kementerian
Kesehatan RI
86

PENGUKURAN TEKANAN
DARAH
87

PANDUAN PENUGASAN
PENGUKURAN TEKANAN DARAH

I. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok


II.Masing masing kelompok, dibagi lagi menjadi 2.
a) Duduk berhadapan mempraktekkan cara mengukur
tekanan darah yang baik dan benar sampai
mencatatkannya di formulir.
b) Dilakukan bergiliran, sehingga semua peserta
mempraktekkan sebagai pasien dan petugas.
88

Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter Digital.


Pengukuran ini untuk mendapatkan data tekanan darah
pada penduduk.
1) Alat dan bahan
a.Tensimeter digital
b.Manset besar
c.Batu baterai AA
89

2) Cara pengukuran
a. Prosedur sebelum pengukuran
1) Pemasangan baterai
• Balikkan alat, hingga bagian bawah
menghadap keatas
• Buka tutup baterai sesuai tanda panah
• Masukkan 4 buah baterai “AA” sesuai
dengan arah yang benar.
90

Pemasangan Batu Baterai


91

2) Penggantian baterai
• Matikan alat sebelum mengganti baterai
• Keluarkan baterai jika alat tidak akan digunakan selama lebih
dari 3 bulan.
• Jika baterai dikeluarkan >30 detik, maka tanggal/waktu perlu
disetting kembali.
• Buang baterai yang sudah tidak terpakai pada tempat yang
sesuai
• Jika tanda baterai bersilang muncul, segera ganti baterai
dengan yang baru
• Walaupun tanda baterai bergaris muncul, saat masih dapat
digunakan untuk mengukur sebentar, akan tetapi baterai harus
segera diganti
92

3) Prosedur pengukuran
a) Tekan tombol “start/stop” untuk mengaktifkan alat
93

b) Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah,


responden sebaiknya menghindar kegiatan aktifitas fisik
seperti olah raga, merokok, dan makan, minimal 30 menit
sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat
setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran.

c) Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres.


Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang
tenang dan dalam kondisi tenang dan posisi duduk.
94

Petugas Yang Ramah dan Ruangan Yang Nyaman


95

d) Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang


tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan
lengan kanan responden diatas meja sehingga manset yang
sudah terpasang sejajar dengan jantung responden
e) Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan responden
dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan
tidak berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden
menggunakan baju berlengan panjang, singsingkan lengan
baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat
sehingga tidak menghambat aliran darah dilengan
f) Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak
tangan terbuka keatas
96

Posisi pengukuran tekanan darah

Sambil
berbicara

Posisi jongkok Posisi berdiri


97

g) Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis


kembali dan hasil pengukuran akan muncul. Alat akan
kembali menyimpan hasil pengukuran secara otomatis
h) Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat. Jika anda
lupa untuk mematikan alat, maka alat akan mati dengan
sendirinya dalam 5 menit
98

4) Prosedur penggunaan manset

a. Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat


b. Perhatikan arah masuknya perekat manset
c. Pakai manset, perhatikan arah selang
d. Perhatikan jarak manset dengan garis siku lengan ±1─2 cm.
e. Pastikan selang sejajar dengan jari tengah, dan posisi lengan
terbuka keatas
f. Jika manset sudah terpasang dengan benar, rekatkan manset
g. Pastikan cara menggunakan manset dengan baik dan benar,
sehingga menghasilkan pengukuran yang akurat
h. Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil pengukuran
tersebut pada formulir hasil pengukuran dan pemeriksaan.
99

Cara pemasangan manset pada tensimeter digital

jarak antara manset


dan lekukan siku 
2jari
100

• Catatan :
a) Jika hasil pengukuran hasilnya ekstrim,
pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua
pengukuran sebaiknya antara 2 menit dengan
melepaskan manset pada lengan.
b) Apabila hasil pengukuran satu dan kedua
terdapat selisih > 10mmHg, ulangi pengukuran
ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan
melepaskan manset pada lengan
c) Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran
dapat dilakukan dengan posisi berbaring, dan
catat kondisi tersebut dilembar catatan.
101
KESIMPULAN

PENATALAKSANAAN PROMOSI
IDENTIFIKASI
AWAL KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai