Dalam sebuah survei terhadap 165 pusat trauma, kejadian pasien trauma
cedera tulang belakang servikal adalah 4,3% dan cedera spinal cord
servikal adalah 1,3%.
KASUS
Nama : Tn. N
Umur : 34 tahun
No RM : 01821741
Tanggal : 26 Agustus 2017
Primary Survey
Odema cerebri
Fracture V. Cervicalis 1 pada
arcus anterior dan arcus posterior
dextra, fracture V. Cervicalis 6
pada lamina dextra dan corpus
sreta fractur V. Cervicalis 7 pada
lamina dextra dan korpus.
Tak tampak tanda-tanda EDH,
SDH, SAH, ICH, IVH pada foto
Head MSCT saat ini.
Rontgen Thorak : Rontgen Cervical AP/Lat
Pulmo tak tampak kelainan Fracture corpus VC VII aspek
Cor besar dan konfigurasi anterior
normal
Assesment
Problem Potensial:
Hipotensi
Gagal napas
Gangguan sistem otonom
Cidera sekunder spinal cord
Pertimbangan Anestesi
S: -
O: KU : cukup
VS: TD 112/76 HR 88x/mnt, SpO2 100% t: 36’C
A: Terintubasi, sekret (-)
B: on Ventilator Mode SIMV RR 14, TV 300, PEEP 4, FiO2 60% , Gerak dada
simetris, suara paru ves +/+, RR 18 x/mnt, SpO2 100%
C: TD 112/76 HR 88x/mnt reguler, EKG NSR, nadi isi cukup, akral hangat
D: GCS E4VTM6., Pupil 2/2 Isokor, RC +/+.
GIT: BU +
GU: Produk + UO 1,2 cc/kg/jam
Darah rutin: Kimia: Faal AGD:
AL: 10,8 Albumin: 1,57 hemostasis: FiO2 60
AT :142 SGOT: 16 PPT: 19/14 pH 7,49
Hb: 9,3 SGPT: 37 APTT: 25,6/28,5 pO2 250,4
Hmt: 28,2 BUN: 19,50 INR :1,44 pCO2 31,9
Cr: 0,79 SO2% 99,8
GDS: 194 BE 1,1
Na: 142 HCO3 25,1
K: 4,20 AaDO2 138,3
Cl: 107 P/F 434,5
Ro thorax: pneumonia
bilateral terutama
dextra, besar cor
normal, terpasang
stabilisator berupa
plate dan screw di VC
7 – Vth3
Assesment:
Traumatic Cerebral Edema
Traumatic SAH
Isolated anterior arch fracture of the 1st cervical spine
Post laminectomy, decomression, stabilization a/i Burst fracture of the 6th-
7th cervical spine AIS C incomplete type
Hipoalbumin
Anemia
Plan:
Fluid: IVFD RF 500 ml/24 jam, NGT: uji air
Analgesia: Fentanyl 0,5 mcg/kgBB continues IV
Sedasi: -
Trombofilaksis:-
Head position: anti Trendelenburg 30o
Ulcer profilaksis: Omeprazole 40mg/24cjam IV
Glucose control: Cek GDS/12 jam
Antibiotik: Ceftriaxone 1 gram/12 jam IV
Tranfusi albumin 5%
Weaning ventilator s/d ekstubasi
Perawatan di ICU H-1
Cedera pada medulla spinalis yang terjadi saat kejadian disebut cedera
primer.
Kerusakan pada medula spinalis hampir selalu berhubungan dengan
kerusakan kolumna vertebralis.
Vertebra dapat mengalami fraktur, dislokasi atau terkompresi.
Area yang paling bebas dari kolumna vertebralis (daerah servikal) adalah
yang paling sering mengalami
Akibat dari cedera kolumna vertebralis, medula spinalis sendiri mungkin
mengalami kontusi, kompresi dan dislokasi.
MANIFESTASI KLINIS SPINAL CORD
INJURY (SCI)
Kardiovaskular: jejas di bawah level tingkat hipotensi tergantung pada
fungsi simpatektomi, level di atas T6 dapat tenjadi gangguan
kardiovaskular (bradikardia, hipotensi, disfungsi ventrikular, disaritmia)
Respirasi : tergantung level dan tingkat cidera. Kelainan di atas C3 akan
menyebabkan respiratory arrest, kelainan di bawah C5 akan terjadi
kelemahan otot interkostalis.
Gastrointestinal: traktus gastrointestinal kehilangan autonomic neural input
dan menjadi atoni
Genitourinari: flacciditiy dan spasticity
Kontrol temperatur: poikilithermia
Deep vein thrombosis : resiko terjadi 72 jam setelah terjadi cidera
Pada kasus ini pasien dengan riwayat terjatuh dari ketinggian ±6 m,
mengeluhkan kedua tungkai bawah nyeri dan lemah.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal,
pemeriksaan dada dan abdomen tidak ada kelainan, pemeriksaan status
neurologis terdapat defisit sensorik pada level vertebra servikal 6 sampai
vertebra lumbal 5 dan defisit motorik pada level vertebra lumbal 1 sampai
vertebra sacrum 1.
Meskipun terjadi trauma pada level cervical 6 dan 7, pada pasien ini
belum ditemukan gangguan kardiovaskular dan respirasi yang signifikan.
Pemeriksaan penunjang radiologis foto cervikal AP/lateral menunjukkan
traumatic edem cerebri, traumatic SAH, Fracture corpus VC VII aspek
anterior dan MSCT kepala menunjukkan Fracture V. Cervicalis 1 pada arcus
anterior dan arcus posterior dextra, fracture V. Cervicalis 6 pada lamina
dextra dan corpus sreta fractur V. Cervicalis 7 pada lamina dextra dan
korpus.
Hal tersebut mendukung diagnosa pasien yaitu Traumatic edema cerebri,
traumatic SAH, Isolated anterior arch fracture of the 1st cervical spine, Burst
fracture of the 6th-7th cervical spine AIS C incomplete type.
Pada kasus ini, intubasi dilakukan di kamar operasi dengan menggunakan
video laringoskop (Glidescope) setelah pasien terinduksi yang bertujuan
meminimlisir gerakan leher saat intubasi.
Pemeliharaan anestesi dengan agen inhalasi sevofluran, N2O dan oksigen.
Ekstubasi dilakukan di ruang ICU setelah pasien sadar dan klinis pasien
telah memenuhi syarat untuk ekstubasi.
Paska ekstubasi tidak ditemukan komplikasi pernapasan, pasien dapat
bernapas spontan dengan udara dalam ruangan.
Monitoring selama operasi menggunakan monitor invasif arterial line.
Manajemen hemodinamik post operatif SCI adalah memperbaiki perfusi
spinal cord, memperbaki mean arterial pressure (MAP) mencapai normal
atau sedikit dinaikan dari batas normal secepat mungkin setelah injury.
Direkomendasikan MAP antara 85-90 mmHg untuk 7 hari pertama setelah
akut injury.
Pada pasien ini selama dirawat di ICU didapatkan MAP 85-90 mmHg tanpa
bantuan obat inotropik.
KESIMPULAN