Anda di halaman 1dari 14

TUGAS HUKUM AGRARIA

“KASUS HUKUM PERTANAHAN MENGENAI


PEMBEBASAN LAHAN MENJADI PENYEBAB
UTAMA TERHAMBATNYA PEMBANGUNAN
JALAN ARTERI”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : BERLIAN SIMANJUNTAK


NIM : 1111150238
KELAS :E
SEMESTER : VI
KASUS
Sidoarjo- Pembebasan lahan menjadi penyebab utama terhambatnya pembangunan jalan arteri.
Ternyata sebagian besar lahan yang belum dibebaskan itu berstatus tanah kas desa (TKD). Hal
tersebut merupakan temuan DPRD Jatim setelah mengkaji penyebab tersendat- sendatnya
pembangunan jalur pengganti Raya Porong itu.

Anggota Komisi D DPRD Jatim Jalaluddin Alham menyatakan, berdasar data yang diterimanya, 71
persen lahan sudah dibayar. Sedangkan yang sudah disepakati 18,49 persen. Sisanya masih a lot.
Usut punya usut, mayoritas sisa tanah yang masih a lot itu ternyata berstatus TKD. Menurut dia,
seharusnya pemerintah setempat bisa mempercepat pelepasannya. Sebab, kebutuhan lahan saat ini
sangat mendesak. “Warga sudah mempermudah, masak milik pemerintah malah sulit.” Katanya.
Politikus Demokrat itu menyatakan, pola pelepasan TKD cukup longgar setelah turun Permendagri
2009. Intinya, tanah pengganti tidak harus berada di desa atau kecamatan yang sama dengan tanah
yang dilepas. Asal, masih dalam satu kabupaten. Berdasar peraturan sebelumnya, tanah pengganti
diharuskan berada di satu desa. “Kami mendorong agar prosesnya tidak berlarut-larut.” Ucapnya.
Sementara itu, Asisten I Pemkab Sidoarjo M. G. Hadi Sutjipto mengiyakan bahwa tanah tersebut
belum dibebaskan. Menurut dia, saat ini pelepasan tanah baru selesai sebagian. “Ada yang tinggal
menunggu persetujuan dari gubernur.” Jelasnya.
Agar pembangunan bisa cepat, Hadi mengusulkan agar dana untuk membeli tanah pengganti itu
dialokasikan dulu dan disimpan di kas daerah.
PEMBAHASAN

Pada kasus pertanahan diatas yaitu mengenai


pembebasan lahan menjadi penyebab utama
terhambatnya pembangunan jalan arteri yang
terjadi di Desa Wunut baru bisa dibangun di atas
tanah yang sudah dibebaskan oleh Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo.
Kasus ini jika dikaitkan dengan hukum
pertanahan maka termasuk dalam bab
pembebasan hak atas tanah. Maka disini penulis
akan membahas mengenai pembebasan hak
atas tanah.
Pengertian pembebasan hak atas tanah adalah
melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat
diantara pemegang hak atau penguasa atas tanah
dengan cara memberikan ganti rugi. Adapun tujuan
dilakukannya pembebasan tanah adalah apabila
pemerintah atau badan swasta yang bekerja untuk
kepentingan pemerintah membutuhkan tanah dari
rakyat guna kepentingan umum.

Kepentingan umum disini adalah seperti yang


tercantum dalam Intruksi Presiden RI No.9 tahun
1973 tentang Pedoman- pedoman Pelaksanaan
Pencabutan Hak- hak Atas Tanah dan Benda-benda
yang ada di atasnya, sebagai berikut:
Pasal 1 (1): “ Suatu kegiatan dalam rangka
pelaksanaan pembangunan mempunyai sifat
kepentingan umum apabila kegiatan tersebut
menyangkut:
a. Kepentingan bangsa dan negara dan atau
b. Kepentingan masyarakat luas dan atau
c. Kepentingan rakyat banyak dan atau
d. Kepentingan pembangunan
Pembebasan hak atas tanah untuk
kepentingan pemerintah. Pembebasan hak
atas tanah untuk proyek-proyek pemerintah
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:

1. Berdasarkan tata cara yang diatur


dalam PMDN No. 15 tahun 1975.
2. Berdasarkan tata cara yang diatur
dalam PMDN No. 2 Tahun 1985.
1. Berdasarkan tata cara yang diatur
dalam PMDN No. 15 tahun 1975.

Dalam masalah pembebasan tanah ini ada


sebuah panitia yang disebut Panitia Pembebasan
Tanah yang bertugas melakukan
pemeriksaan/penelitian dan menetapkan
besarnya ganti rugi dalam rangka pembebasan
suatu hak atas tanah dengan atau tanpa
bangunan dan tanaman yang tumbuh diatasnya.
Pembentukan panitia ini berdasarkan PMDN No.
15 tahun 1975 dan ditetapkan oleh Gubernur
Kepala Daerah untuk masing-masing
kabupaten/kotamadya dalam suatu propinsi
yang bersangkutan.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
pembebasan hak atas tanah melalui Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.15 Tahun 1975 adalah
didasarkan atas kata sepakat melalui musyawarah.
Oleh karena itu apabila dalam pembebasan tersebut
para pemegang hak atas tanah tidak setuju, maka
pembebasan tidak dapat dilaksanakan dan
keputusan yang diambil oleh Gubernur Kepala
Daerah sebagaimana diatur dalam pasal 8 (2)
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 15 Tahun 1975:
“tidak mempunyai kekuatan untuk dipaksakan pada
pihak yang mempunyai tanah”.
2. Berdasarkan tata cara yang diatur
dalam PMDN No. 2 Tahun 1985.

Tata cara pengadaan tanah menurut PMDN


No.2 Tahun 1985 ini adalah untuk pengadaan
tanah di wilayah kecamatan yang luasnya
tidak lebih dari 5 hektar. Pengadaan tanah
dimaksud dilaksanakan langsung oleh
Pimpinan Proyek Instansi yang bersangkutan,
yaitu dengan memberitahukan kepada
Camat mengenai letak dan luas tanah yang
diperlukan.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PEMBEBASAN TANAH
Sebelum mengeluarkan Surat Keputusan Pemberian
Hak, menurut surat Menteri Dalam Negeri kepada
para Gubernur di seluruh Indonesia tanggal 28-5-
1969 No. Ba/5/28/281/5 harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Bahwa status tanahnya benar sebagai yang
dikemukakan oleh pihak yang melepaskan hak.
2. Bahwa benar hak yang bersangkutan telah
dilepaskan oleh yang empunya.
3. Bahwa yang melepaskan hak itu benar pihak yang
berhak atas tanah tersebut dan memang berwenang
untuk berbuat demikian.
4. Bahwa tidak ada pihak ketiga yang akan dirugikan
oleh tindakan tersebut, misalnya seorang kreditor.
5. Bahwa benar hak yang dilepaskan itu mengenai
tanah yang dimaksudkan.
6. Bahwa benar yang empunya tanah telah
menerima ganti kerugian dari pihak yang
membebaskan haknya sesuai dengan apa yang
mereka inginkan.
7. Bahwa mengingat planologi dan faktor yang
menyangkut pihak yang membebaskan hak, tanah
yang bersangkutan akan dapat diberikan
kepadanya dengan hak baru yang dimohonnya.
Singkatnya, dalam acara pembebasan hak hal yang
harus diperhatikan adalah:
1. Planologi.
2. Akta pelepasan hak.
3. Ganti rugi.
4. Permohonan hak.
5. Uang administrasi.
6. Pendaftaran hak.
KESIMPULAN
Penyelesaian kasus di atas mengenai pembebasan hak atas
tanah. Pengertian pembebasan hak atas tanah adalah
melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat
diantara pemegang hak atau penguasa atas tanah dengan
cara memberikan ganti rugi

Tapi dalam kasus tersebut pembebasan hak atas tanah


bukan pada tanah milik masyarakat sendiri melainkan
tanah ini adalah tanah kas desa. Maka dalam
penyelesaiannya harus tunduk pada ketentuan-ketentuan
yang ada, pastinya harus ada musyawarah terlebih dahulu
mengenai ganti rugi terhadap tanah itu dan mengikuti
peraturan-peraturan lainnya, seperti dalam tanah kas desa
harus ada tanah pengganti, maka ketentuan itu juga harus
dipenuhi.

Anda mungkin juga menyukai