Anda di halaman 1dari 24

 Bila seorang pasien diberikan dua atau

lebih obat, kemungkinan besar akan terjadi


interaksi antara obat-obat tersebut
didalam tubuhnya.
 Efek masing-masing obat dapat saling
menganggu dan atau efek samping yang
tidak diinginkan mungkin akan timbul. Misal
pada interaksi asetosal dengan dikumarol
yang efeknya diperkuat sehingga terjadi
pendarahan berbahaya, barbital dengan
antikoagulasi yang justru direndahkan
khasiatnya.
 Adakalanya terjadi interaksi dari obat
dengan bahan makanan, yang dapat
mempengaruhi farmakokinetika obat.
 Absorpsi, obat dapat diikat oleh
makanan sehingga absorpsinya di usus
dapat diperlambat atau dikurangi
sehingga efeknya akan menurun.
Misalnya antikoagulasi dengan sayuran
yang ber vitamin K .
 Perombakan obat, sehingga kadarnya
meningkat dan timbul efek toksik.
contohnya interaksi MAO-blockers
dengan keju atau coklat. Enzim MAO
bertanggung jawab atas penguraian
semua katecholamin di dalam tubuh.
Bila pasien diberi perintang-MAO
sebagai anti-depresivum dan makan
sesuatu yang mengandung tiramin/amin
maka zat ini tidak dapat diuraikan
karena enzim MAO sudah diblokir
akibatnya dapat terjadi hipertensi hebat
 Ekskresi
Tidak semua obat bersifat betul-betul
menyembuhkan penyakit, banyak
diantaranya hanya meniadakan atau
meringankan gejalanya.
Oleh karena itu dapat dibedakan tiga jenis
pengobatan :
1. Terapi kausal, penyakit ditiadakan
khususnya pemusnahan penyakit, virus
atau parasit. Contohnya kemoterapeutik
seperti antibiotik, obat-obat malaria,dll.
2. Terapi simtomatis obat, hanya gejala
penyakit yang diobati dan diringankan,
penyebabnya yang mendalam tidak
dipengaruhi, contohnya analgetik, obat
jantung.
3. Terapi substitusi, obat mengantikan zat
yang lazimnya dibuat oleh organ yang
sakit. Seperti insulin pada diabetes,
tiroksin pada fungsi tiroid berkurang
(hipotirosis)
 Efek terapeuatis tergantung dari banyak
faktor antara lain cara dan bentuk
pemberian, sifat fisikakimia yang
menetukan resorpsinya, biotransformasi
dan ekskresinya dalam tubuh.
 Begitu pula kondisi fisiologi si pemakai
seperti fungsi hati, ginjal, usus dan
peredaran darah.
 Faktor individual lain seperti, kelamin,
luas pemukaan badan, dll.
 Akibat faktor individual ini efek obat dapat
sangat berbeda, setiap orang dapat
memberikan respon yang berlainan
terhadap suatu obat tergantung pada
kepekaannya.
 Perbedaan respon ini bisa besar, karena
untuk setiap obat selalu ada orang yang
sangat rentan dan dengan dosis yang
sangat rendah sudah dapat memberikan
efek terapeutik atau sebaliknya.
 Banyak penelitian menunjukan bahwa
sejumlah besar pasien tidak minum
obatnya dengan teratur, atau tidak
menghabiskan kur yang diberikan
padanya sesuai resep dokter. Dengan
demikian obat tidak memberikan efek
yang optimal yang diinginkan. Bahkan
dapat menimbulkan resistensi khususnya
pada antibiotik.
 Kesetiaan pasien untuk menelan
obatnya dipengaruhi oleh sejumlah
faktor :
1. Sifat individual, watak, tingkat
pendidikan dan kepekaan untuk nyeri.
2. Relasi dokter pasien, bila pasien tidak
senang dengan perlakuan dokter atau
tidak menerima perhatian dan informasi
secukupnya mengenai penyakitnya.
Begitu pula bila dokter tidak
memberikan instruksi yang lengkap dan
cukup jelas mengenai penggunaan
obatnya misalnya pada antibiotik harus
selesai kurnya.

3. Jenis penyakit, semakin berat penyakit


semakin baik compliance-nya,
sebaliknya semakin kurang
compliancenya bila obat harus
diminum untuk waktu yang lama atau
menahun sedangkan penyakit tidak
memperlihatkan gejala tidak
enak/radang.
4. Jumlah obat dan frekuensi takarannya,
semakin banyak obat akan semakin
turun compliance. Begitu pun bila obat
tidak diberikan sebagai tablet atau
kapsul, melainkan sebagai cairan/suppo
 Industri farmasi memahami pentingnya
persoalan ini maka telah dikembangkan
tablet/kapsul dengan efek panjang,
delayed action atau slow/sustained
release, yang cukup diminum satu atau
maksimal 2 x sehari
 Keuntungan dari tablet kerja panjang ini
adalah resopsi obat bisa berlangsung
teratur selama waktu yang lebih
panjang dengan kadar darah yang
kurang berfluktuasi. Dengan demikian
efek klinis obat bisa lebih stabil dengan
efek samping yang berkurang.
 Salah satu faktor penting dalam
penyembuhan penyakit adalah
kepercayaan akan dokter dan obat yang
diminumnya. Berdasarkan kepercayaan ini
dibuatlah plasebo yang dalam bahasa
latin berarti saya ingin menyenangkan .
 Tujuan dari plasebo adalah :
1. Pengobatan sugesti, kadangkala
memberikan efek yang mengagumkan
pada pasien yang kecanduan maupun
obat-obatan narkotika/psikotropika
lainnya maupun pada penderita kanker
stadium akhir.
2. Uji klinis, digunakan pada tahap akhir
dalam rangkaian penelitian suatu obat
baru yang akan dinilai efek
farmakologisnya.
3. Pelengkap dan penggenap pil KB,
bertujuan agar pasien tidak terlupa
menelan pil KB tersebut pada saat
menstruasi.
 Efek samping, menurut definisi WHO
(1970) efek samping obat adalah segala
sesuatu khasiat yang tidak diinginkan
untuk tujuan terapi yang dimaksudkan
pada dosis yang dianjurkan.
 Idiosinkrasi, peristiwa pada mana suatu
obat memberikan efek yang secara
kualitatif total berlainan dari efek normal.
umumnya hal ini disebabkan kelainan
genetis pada pasien bersangkutan.
 Alergi, kepekaan berbeda terhadap
suatu antigen exogen atas dasar proses
imunologi.
 Fotosensitasi, kepekaan berlebihan
terhadap cahaya akibat penggunaan
obat.
 Obat yang ideal hendaknya bekerja
dengan cepat untuk waktu tertentu saja
dan secara selektif artinya hanya
berkhasiat terhadap keluhan atau
gangguan tertentu tanpa aktivitas lain.
 Semakin selektif kerja obat maka
semakin kurang efek sampingnya.
 Kebanyakan obat memiliki lebih dari
satu efek farmakologisnya tergantung
dari tujuan penggunaanya, efek
samping pada suatu saat mungkin
merupakan kerja utama yang diinginkan
pada keadaan lain. Misalnya pada
antihitamin.
 Efek samping kadang kala tidak dapat
dihindarkan rasa mual pada
penggunaan digoksin, ergotamin
 Kadang2 efek samping merupakan
kelanjutan efek utama sampai tingkat
yang tidak diinginkan, misalnya rasa
ngantuk pada fenobarbital bila efek
samping mual maka dapat dilawan
dengan obat anti mual.
 Efek toksik, setiap obat dalam dosis yang
cukup tinggi dapat mengakibatkan efek
toksis, pada umumnya hebatnya reaksi
toksis berhubungan langsung dengan
tingginya dosis, bila dosis diturunkan
maka efek toksis dapat dikurangi pula.
 Salah satu efek toksis yang terkenal yaitu
efek teratogen yaitu obat yang pada
dosis terapeutik untuk ibu
mengakibatkan cacat pada janin.
 toleransi adalah peristiwa dimana dosis
obat harus dinaikkan terus menerus untuk
mencapai efek terapeutik yang sama.
 Macam toleransi : toleransi primer dan
toleransi sekunder, toleransi
silang,tachyphylaxis.
1.Toleransi primer (bawaan) : terdapat pada
sebagian orang dan binatang tertentu
misalnya kelinci sangat toleran terhadap
atropin.
2. Toleransi sekunder : yang bisa timbul
setelah menggunakan suatu obat selama
beberapa waktu
3. Toleransi silang : dapat terjadi dengan
struktur kimia serupa (fenobarbital dan
butobarbital) atau kadang-kadang zat-zat
yang berlainan misal alkohol dan barbital.
4. Tachyphylaxis : toleransi yang timbul
dengan pesat sekali bila obat diulangi
dalam waktu singkat.
 Habituasi /kebiasaan adalah kebiasaan
dalam mengkonsumsi obat.
dengan meningkatkan dosis obat terus
menerus pasien dapat menderita
keracunan, karena efek sampingnya
menjadi kuat pula. Habituasi dapat
diatasi dengan cara menghentikan
pemberian obat dan pada umumnya
tidak menimbulkan gejala-gejala
penghentian.
 Adiksi/ ketagihan berbeda dengan
habituasi dalam dua hal yakni adanya
ketergantungan jasmaniah dan
rohaniah dan bila pengobatan
dihentikan dapat menimbulkan efek
hebat secara fisik dan mental .

Anda mungkin juga menyukai