Anda di halaman 1dari 17

CEKUNGAN REMBANG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
SHABRINA AQIILAH N. (111.160.086)
SACHA PUTRA ENGKO (111.160.096)
RYOGA RIZKY R. (111.160.097)
REZA NURDIANSYAH (111.160.098)
AHDA LAYALIA (111.160.099)
ZAKIY JADID ACHMADI (111.160.101)
OUTLINE

1. FISIOGRAFI CEKUNGAN JAWA TIMUR


2. ZONA PERBUKITAN REMBANG
3. STRATIGRAFI PERBUKITAN REMBANG
4. STRUKTUR GEOLOGI ZONA REMBANG
A. FISIOGRAFI CEKUNGAN
JAWA TIMUR
Cekungan Jawa Timur bagian utara secara fisografi terletak
antara pantai Laut Jawa dan sederetan gunung api sejajar
yang berarah barat-timur pada bagian selatannya.
Cekungan ini merupakan cekungan back-arc pada ujung
tenggara Paparan Sunda yang dibatasi oleh Busur
Karimunjawa dan Paparan Sunda di bagian barat, ke utara
oleh Tinggian Meratus, ke arah timur oleh Tinggian
Masalembo-Doang dan ke arah selatan oleh jalur Volkanik
Jawa.
Cekungan Jawa timur dibagi menjadi tiga satuan fisiografi:
1. Zona Kendeng
2. Depresi Randublatung
3. Zona Rembang
Gambar 1.2. Unsur tektonik Jawa Timur
B. ZONA PERBUKITAN
REMBANG
Perbukitan Rembang merupakan suatu perbukitan
antiklinorium yang memanjang dengan arah timur-barat (T-B)
di sisi utara Pulau Jawa. Zona ini membentang dari bagian
utara Purwodadi hingga ke Pulau Madura. Zona Rembang
terbagi menjadi dua, yaitu Antiklinorium Rembang Utara dan
Antiklinorium Rembang Selatan (Van Bemmelen, 1949).
Antiklinorium Rembang Selatan juga dikenal sebagai
Antiklinorium Cepu. Kedua zona antiklinorium tersebut
dipisahkan oleh lembah aliran Sungai Lusi di bagian barat, dan
lembah aliran Sungai Kening (anak sungai Bengawan Solo) di
bagian timur.
Gambar 2.1. Zonasi Fisiografi Cekungan Jawa Timur
C. STRATIGRAFI PERBUKITAN
REMBANG

Gambar 2.1. Stratigrafi regional


perbukitan Rembang
1. Formasi Ngimbang
Formasi ini terletak tidak selaras diatas batuan Pra Tersier.
Formasi Ngimbang sendiri terdiri atas perulangan antara
batupasir, serpih dan lanau dengan sisipan tipis batubara.
Bagian atas dari formasi ini terdiri sebagian besar atas
batugamping dengan sisipan tipis serpih gampingan dan
napal. Umur formasi ini adalah Oligosen Awal Diendapkan di
lingkungan laut dangkal.
2. Formasi Kujung
Formasi Kujung merupakan satuan stratigrafi tertua yang
tersingkap di permukaan, terutama tersusun oleh
batulempung dengan sisipan batugamping dan batupasir,
terutama di bagian bawah. Batugamping di bagian bawah
ini sering disebut sebagai Batugamping Kranji. Formasi ini
diendapkan lingkungan paparan tengah hingga paparan
luar.
3. Formasi Prupuh
Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Prupuh, Kecamatan
Paciran, dengan stratotipe berupa batugamping bioklastik
berlapis tebal, keras, kaya akan fosil Orbitoid, yang berlapis
dengan batugamping kapuran berwarna putih kotor. Umur
Formasi Prupuh adalah N3-N5 (Oligosen Atas hingga Miosen
Bawah). Formasi ini selaras terhadap Formasi Kujung di
bawahnya, juga terhadap Formasi Tuban yang ada di atasnya.
4. Formasi Tuban
Formasi Tuban terdiri atas perlapisan batulempung yang
bersifat monoton dengan beberapa sisipan batugamping.
Formasi ini ini secara umum tersusun oleh klastika karbonat
dalam bentuk packstone-wackestone, yang mengandung fosil
foraminifera besar disertai dengan fragmen koral dan algae.
5. Formasi Tawun
Secara umum Formasi ini tersusun oleh perselingan
antara batulempung pasiran dengan batupasir dan
batugamping yang kaya akan foraminifera golongan
orbitoid (Lepidocyclina, Cycloclypeus). Formasi Tawun
diendapkan pada Awal hingga Miosen Tengah, pada
lingkungan lingkungan paparan yang agak dalam
(outer shelf) dari suatu laut terbuka.
6. Formasi Ngrayong
Satuan stratigrafi ini kadang berstatus sebagai
anggota pada Formasi Tawun. Bagian bawah yang
tersusun oleh batugamping Orbitoid (Cycloclypeus)
dan batulempung, sedangkan bagian atas tersusun
oleh batupasir dengan sisipan batugamping orbitoid.
7. Formasi Bulu
Formasi Bulu terletak di atas batupasir Ngrayong,
mempunyai penyebaran yang luas di Antiklinorium
Rembang Utara. Formasi ini tersusun oleh kalkarenit
berlempeng (platty sandstones) dengan sisipan napal
pasiran. Di beberapa tempat dijumpai kumpulan
Cycloclypeus (Katacycloclypeus) annulatus yang sangat
melimpah. Kalkarenitnya tersusun oleh litoklas karbonat,
foraminifera kecil maupun besar, serta butir-butir kuarsa,
feldspar dan glaukonit. Ke arah barat, formasi ini menjadi
semakin tebal. Di bagian timur ketebalan hanya 80 m tetapi
ke arah barat ketebalannya mencapai 300 m. Formasi ini
diendapkan pada kala Miosen Tengah pada lingkungan
laut dangkal yang berhubungan dengan laut terbuka.
8. Formasi Wonocolo
Formasi Wonocolo tersusun oleh napal dan batulempung
tidak berlapis. Bagian bawahnya tersusun oleh
batugamping pasiran dan batupasir gampingan, yang
secara umum menunjukkan gejala pengendapan
transgresif. Total ketebalan dari formasi ini lebih kurang 500
m, menunjukkan peningkatan ketebalan ke arah selatan.
Pengendapannya terjadi pada Miosen Tengah – Atas, pada
lingkungan paparan luar.
9. Formasi Ledok
Formasi Ledok mempunyai lokasi tipe di kawasan antiklin
Ledok, 10 km di utara kota Cepu. Penyusun utamanya terdiri
atas perselang-selingan antara batupasir glaukonitik dengan
kalkarenit yang berlempeng-lempeng, dengan beberapa
sisipan napal. Batupasirnya berwarna kehijauan hingga
kecoklatan, berbutir halus hingga sedang, dengan komposisi
mineral kuarsa, fragmen kalsit serta glaukonit yang secara
keseluruhan terpilah sedang. Ketebalan setiap perlapisan
berkisar antara 10 hingga 60 cm. Bagian bawah berbutir lebih
halus dari bagian atas. Ketebalan Formasi Ledok secara
keseluruhan mencapai 230 m di lokasi tipenya. Ke arah utara,
Formasi ini berangsur-angsur berubah menjadi Formasi Paciran.
10.Formasi Mundu
Formasi Mundu memiliki ciri litologi yang khas, tersusun oleh
napal masif berwarna abu-abu muda hingga putih kekuning-
kuningan, dengan kandungan foraminifera plangtonik yang
sangat melimpah. Disamping itu juga didapatkan kandungan
glaukonit tetapi hanya dalam jumlah sedikit. Di beberapa
tempat, bagian atas dari formasi ini secara berangsur berubah
menjadi batugamping pasiran. Ketebalan dari formasi ini
cenderung bertambah ke arah selatan hingga mencapai 700
m. Formasi Mundu terbentuk sebagai hasil pengendapan laut
dalam yang terjadi pada zona N17 – N20 (Miosen Akhir –
Pliosen).
11. Formasi Selorejo
Satuan ini tersusun oleh perselang-selingan antara
foraminiferal grainstone / packstone yang sebagian bersifat
glaukonitan dengan batugamping napalan hingga
batugamping pasiran, dengan lokasi tipe di desa Selorejo
dekat Cepu. Ketebalan satuan ini mencapai 100 m. Selorejo
kadang dianggap sebagai anggota dari Formasi Mundu, dan
merupakan reservoir gas yang terdapat tepat di bawah kota
Cepu (Balun reservoir). Lingkungan sedimentasi diduga terjadi
di laut dalam, dimana mekanisme arus turbid dengan
penampian oleh arus dasar (bottom current) yang membuat
pemilahan test foraminiferanya teronggok dengan tanpa
matriks dalam bentuk grainstone dan packestones, dengan
porositas bisa mencapai 50%, baik dalam bentuk vugs, inter
maupun intra particles.
12. Formasi Lidah
Formasi ini tersusun oleh batulempung yang berwarna
kebiruan dan napal berlapis yang diselingi oleh batupasir dan
lensa-lensa fossiliferous grainstone/rudstone (coquina). Pada
bagian bawah masih merupakan endapan laut, tercirikan
akan kandungan Pseudorotalia sp. dan Asterorotalia sp. yang
melimpah. Kumpulan fosil ini mencirikan pengendapan di
dasar laut pada paparan tengah hingga luar. Di atas satuan
ini batuannya menunjukkan produk pengendapan dari
lingkungan yang semakin mendangkal. Akhirnya bagian
teratas berupa lempung hasil pengendapan air tawar.
13. Formasi Paciran
Formasi Paciran tersusun oleh batugamping masif,
umumnya merupakan batugamping terumbu yang lapuk
dan membentuk permukaan yang khas akibat pelarutan
(karren surface). Gejala permukaan menunjukkan bahwa
batuan penyusunnya telah berubah menjadi kapur (chalky
limestone). Formasi ini tersebar terutama di bagian utara
dari Zona Rembang, dengan masa pembentukan dari
Pliosen hingga Awal Pleistosen. Di beberapa tempat
batuan ini telah terbentuk pada umur yang lebih tua,
semasa dengan pembentukan Formasi Ledok dan
Wonocolo di bagian utara, serta semasa dengan Formasi
Mundu dan Lidah di selatan.
D. STRUKTUR GEOLOGI
ZONA REMBANG
Evolusi tektonik di Jawa Timur bisa diikuti mulai dari Jaman
Akhir Kapur (85 – 65 juta tahun yang lalu) sampai sekarang
(Pulonggono, 1990). Secara ringkasnya, pada cekungan Jawa
Timur mengalami dua periode waktu yang menyebabkan
arah relatif jalur magmatik atau pola tektoniknya berubah,
yaitu pada jaman Paleogen (Eosen – Oligosen), yang
berorientasi Timur Laut – Barat Daya (searah dengan pola
Meratus). Pola ini menyebabkan Cekungan Jawa Timur
bagian Utara, yang merupakan cekungan belakang busur,
mengalami rejim tektonik regangan yang diindikasikan oleh
litologi batuan dasar berumur Pra – Tersier menunjukkan pola
akresi berarah Timur Laut – Barat Daya, yang ditunjukkan oleh
orientasi sesar – sesar di batuan dasar, horst atau sesar – sesar
anjak dan graben atau sesar tangga.
Tektonik inversi pada zaman Miosen yang kemungkinan juga
dipengaruhi wrench tectonics yang menyebabkan
pengaktifan kembali struktur akibat rifting yang terbentuk
sebelumnya.
Dan pada zaman Neogen (Miosen – Pliosen) pola
struktur berubah menjadi relatif Timur – Barat (searah
dengan memanjangnya Pulau Jawa), yang merupakan
rezim tektonik kompresi yang terus berlanjut, sehingga
menghasilkan struktur geologi lipatan, sesar – sesar anjak
dan menyebabkan cekungan Jawa Timur Utara
terangkat (Orogonesa Plio – Pleistosen). Khusus di
Cekungan Jawa Timur bagian Utara, data yang
mendukung kedua pola tektonik bisa dilihat dari data
seismik dan dari data struktur yang tersingkap.

Anda mungkin juga menyukai