Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

Kejang demam
sederhana ec morbili
Disusun Oleh:
Ceria indah lestari, Sked
FAB 117 017

Pembimbing:
dr. Soetopo, Sp.KFR
dr. Tagor Sibarani

Program Pendidikan Profesi


Bagian Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
Fakultas Kedokteran UPR/RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
2018
Pendahuluan
• Kejang demam  bangkitan kejang yang terjadi
pada anak berumur 6 bln -5 th yang mengalami
kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 C) yang
tidak disebabkan oleh proses intrakranial
• Kejang demam umumnya dianggap tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa
• tetapi bila kejang berlangsung lama hipoksia
pada jaringan SSP gejala sisa di kemudian hari.
Laporan Kasus
Primary Survey (An R, laki-laki, 2 tahun)
Vital Sign:
• Denyut Nadi : 145x/menit
• Frekuensi Napas : 24 kali/menit
• Suhu : 40 C
Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : spontan, 24x/menit, pergerakan thoraks
simetris kanan & kiri
Circulation : Denyut nadi 145 x/menit,
regular, kuat angkat, isi cukup, CRT <2’’
Disability : GCS 15, Anak dalam keadaan sadar,
menangis kuat

3
....Primary Survey
• Evaluasi masalah :
Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam
priority yaitu breathing dan circulation. Pasien pada
kasus ini diberi label pewarnaan triase warna kuning
• Tatalaksana awal :
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah
ditempatkan diruangan non-bedah, pemberian
oksigen nasal kanul 2 liter/menit, dilakukan
pemasangan akses infus intravena dengan cairan
ringer laktat loading 100 cc

4
Secondary Survey

Identitas
• Nama : An. R
• Usia : 2 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Jl. lele
• Tgl Pemeriksaan : 25 april 2018

5
Anamnesis
• Keluhan Utama: kejang 1 kali di rumah
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien dibawa oleh keluarga dengan keluhan kejang di
rumah kurang lebih 30 menit SMRS. Kejang
berlangsung 1 kali selama 5 menit. Saat kejang tangan
dan kaki bergetar, mata mendelik ke atas dan mulut
tampak mengeluarkan busa. Kejang berhenti sendiri.
Setelah kejang berhenti, pasien langsung menangis
kemudian oleh keluarga langsung dibawa ke RSDS.
Sebelum terjadi kejang pasien ada mengalami demam
sejak 4 hari SMRS, demam mendadak tinggi, turun jika
diberikan obat tapi tidak sampai normal. 6
...anamnesis
• Selain itu, ada muncul ruam seluruh tubuh pasien yang
terjadi 1 hari SMRS. Awalnya muncul pada daerah
wajah lalu mulai turun ke badan, lalu ke lengan dan
kaki. Ruam tidak terasa gatal.
• Pasien juga mengalami batuk berdahak, dahak
berwarna putih, darah (-) bunyi ngik-ngik (-) dan pilek
yang dirasakan sejak 4 hari bersamaan dengan keluhan
demam. Sesak (-) Selain itu, pasien juga mengeluhkan
mata merah dan keluar kotoran mata sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak mengeluhkan
keringat dingin, mimisan, gusi berdarah, nyeri telinga,
muntah, nyeri berkemih, dan diare, nyeri telinga, keluar
cairan dari telinga, mencret dan muntah
....Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu :
• Riwayat kejang disangkal.
• Pasien tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga :


• Keluarga pasien tidak pernah sakit yang sama
sebelumnya, akan tetapi tetangga pasien mengalami
hal yang serupa dialami pasien.

8
....Anamnesis
Riwayat lainnya:
• Riwayat imunisasi tidak lengkap karena dulu pasien
sering sakit, namun ibu tidak ingat yang mana yang
belum.

9
Pemeriksaan fisik

• Keadaan umum : Tampak Sakit sedang


• Kesadaran : Compos mentis
• Vital sign:
– Nadi : 145x/menit, reguler, isi cukup,
kuat angkat
– Pernapasan : 24x/menit, torako-abdominal
– Suhu : 400C
• BB : 10 kg
....Pemeriksaan Fisik
Kepala
• Konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-), pupil
isokor, diameter pupil 2mm/2mm, RCL (+/+),
RCTL (+/+) mata cekung (-), injeksi konjungtiva
(+), sekret (+), pernapasan cuping hidung (-),
bercak koplik (+)
Leher
• Pembesaran Kelenjar Getah Bening (+/+) multiple
ukuran <1cm mobile, nyeri tekan, tidak eritem,
Kaku kuduk (-)
....Pemeriksaan Fisik
• Paru-paru
– Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
retraksi (-)
– Palpasi : Fremitus vokal normal kanan dan kiri
– Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
– Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-), wheezing (-)
• Jantung
– Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
– Palpasi : Ictus cordis di ICS IV midclavicula sinistra
– Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2), tunggal,
reguler, murmur (-), gallop (-)
....Pemeriksaan Fisik
• Abdomen
– Inspeksi : Datar, ruam makulopapular (+)
– Auskultasi : Bising usus (+) normal
– Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
besar
– Perkusi : Timpani (+)
• Ekstremitas
– Akral Dingin
– CRT > 2 detik
– Edema (-)
– , brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernique (-), laseque (-),
refleks patologis (-), klonus (-),
– ruam makulopapular (+)
Penatalaksanaan
• oksigen nasal kanul 2-3 lpm
• - Loading Cairan RL 100 cc  lanjut infus
D51/4NS 10 tpm
• - Kompres air hangat
• - Injeksi Phenobarbital 75mg (I.M)
• - PO: paracetamol syrup 3x1 cth
Diagnosis
• Kejang Demam Sederhana
• Morbili
Pembahasan
Kasus Teori

•Umur pasien 2 th Kejang demam  bangkitan


•kejang setelah mengalami kejang yang terjadi pada anak
demam berumur 6 bln -5 th yang
•kejangnya bersifat umum mengalami kenaikan suhu tubuh
berlangsung 1 kali selama 24 (suhu di atas 38 C) yang tidak
jam dan hanya berlangsung 5 disebabkan oleh proses
menit. intrakranial
•setelah kejang pasien nampak
menangis
Klasifikasi kejang demam
Kasus Teori (KDS)
• Umur pasien 2 th • Umur anak antara 6 bulan-5
• kejang setelah mengalami tahun
demam • Kejang bersifat umum
• kejangnya bersifat umum • Lamanya kejang berlangsung
• berlangsung 1 kali selama 24 jam singkat (kurang dari 15 menit)
dan hanya berlangsung 5 menit. • Kejang timbul dalam 16 jam
• setelah kejang pasien nampak pertama setelah demam
menangis • Frekuensi serangan 1-4 kali
• tidak ada penurunan kesadaran, dalam 1 tahun
kelumpuhan nervus kranial, • Pemeriksaan EEG normal
klonus (-), refleks patologis (-), • Pemeriksaan saraf sebelum
rangsan meningeal (-) dan sesudah kejang normal
Tatalaksana kejang demam
Kasus Teori
• Saat di IGD pasien sudah • Ada pada bagan di bawah
tidak kejang
• oksigen nasal kanul 2-3 lpm
• Loading Cairan RL 100 cc 
lanjut infus D51/4NS 10 tpm
• Injeksi Phenobarbital 75mg
(I.M)
• PO: paracetamol syrup 3x1
cth
...Tatalaksana pada kejang demam
Kasus Teori
• antikonvulsan yang ampuh dan banyak
• saat di IGD pasien sudah dipergunakan untuk mencegah
tidak kejang lagi sehingga terulangnya kejang demam ialah
diazepam, baik diberikan secara rectal
diberikan injeksi dengan dosis 5 mg pada anak dengan
berat di bawah 10kg dan 10 mg pada
fenobarbital 7,5 mg sebagai anak dengan berat di atas 10kg,
maupun oral dengan dosis 0,3 mg/kg
obat profilaksis kejang setiap 8 jam pada saat tubuh ≥ 38,50C.
intermitten dan tidak ada Profilaksis intermitten ini sebaiknya
diberikan sampai kemungkinan anak
obat untuk rumatan. untuk menderita kejang demam
sedehana sangat kecil yaitu sampai
sekitar umur 4 tahun. Fenobarbital,
karbamazepin dan fenition pada saat
demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam.
...Tatalaksana pada kejang demam
Kasus Teori
• paracetamol syrup 3x1 cth • Tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik
mengurangi risiko terjadinya
kejang demam. Meskipun
demikian, dokter neurologi
anak di Indonesia sepakat
bahwa antipiretik tetap dapat
diberikan. Dosis parasetamol
yang digunakan adalah 10-15
mg/kg/kali diberikan tiap 4-6
jam.
Morbili
Kasus Teori
• gejala berupa demam, • Riwayat kontak dengan
batuk, konjungtivitis, bercak penderita campak
koplik dan ruam • Gejala demam, batuk, pilek
makulopapular yang muncul dan konjungtivitis
dari belakang leher dan • Bercak Koplik (patognomonik)
menyebar ke badan lalu ke • Erupsi makulopapula dengan
ekstremitas yang khas pada tahap-tahap pemunculan yang
kasus morbili dan saat ini khas
pasien sudah masuk pada • Bercak berwarna kehitaman
tahap stadium erupsi. pada kulit setelah sembuh
Faktor risiko morbili
Kasus teori
• pasien memiliki riwayat • Faktor risiko yang dapat
vaksin tidak lengkap menyebab terjadinya
sehingga rentan terkena morbili pada seseorang
morbili, ditambah lagi ada diantaranya daya tahan
tetangganya yang tubuh yang lemah, belum
mengalami keluhan serupa. pernah terkena campak dan
belum pernah mendapat
vaksinasi campak.
Tatalaksana
Kasus Kasus
• Pada kasus ini • Penurun panas (antipiretik)
penanganannya hanya • Pengurang batuk : ekspektoran,
gliseril guaiakolat anak 6-12
berupa cairan dan tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam,
antipiretik. Antitusif perlu diberikan bila
batuknya hebat/mengganggu,
digunakan. Mukolitik bila perlu.
• Vitamin A dosis tunggal
<1 tahun : 100.000 unit dan
>1 tahun: 200.000 unit
• Antibiotika hanya diberikan bila
terjadi komplikasi berupa infeksi
sekunder (seperti otitis media
dan pnemonia)
kesimpulan
• Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
maupun pemeriksaan penunjang tersebut
didapatkan pasian terdiagnosis kejang demam
sederhana ec morbili. Tatalaksana yang diberikan
sudah tepat yaitu penatalaksanaan awal berupa
loading cairan, antipiretik setelah diterapi
dilakukan advanced atau observasi dan
dilanjutkan dengan terapi cairan, pemberian
profilaksis kejang intermitten. Saran untuk kasus
ini, yaitu dilakukan perawatan untuk mencegah
terjadinya kejang berulang.
Daftar pustaka
• Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM,
Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No. 27. 2014 : 6 – 8.
• Pusponegoro HD, Widodo DP, Sofyan I. Konsensus Penatalaksanaan
Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta. 2009 : 1 – 14.
• Pudjaji AH, Hegar B, Handryastuti, Idris NS, Gandaputra EP,
Harmoniati ED. Pedoman pelayanan medis. Ikatan Dokter Anak
Indonesia; Jakarta. 2015. h. 150-2.
• Wibowo S. Morbili. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Muhammadiyah Jakarta. 2013
• World health organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di
rumah sakit. 2014
• Ikatan dokter anak indonesia. Rekomendasi penatalaksanaan kejang
demam. 2016

Anda mungkin juga menyukai