Anda di halaman 1dari 31

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ZINC

PADA ANAK DAN BAYI

Pembimbing :
Dr. Ariadne Tiara H, M.Si, Med, Sp.A

Disusun Oleh :
Aris Wibowo G4A013075
I. Pendahuluan
Zinc merupakan zat mikronutrien yang penting bagi tubuh. Zinc diabsorbsi di dalam tubuh di usus halus,
terutama di proksimal jejunum.

Zink (Zn) adalah mineral penting yang terdapat pada hampir setiap sel. Zink menstimulasi aktifitas kurang
lebih 100 enzim, yaitu substansi yang mendukung reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh.

Beberapa penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa suplementasi zinc dapat menurunkan penyakit
infeksi (diare dan batuk) dan meningkatkan pertumbuhan anak.

Di Indonesia pertumbuhan anak usia 6-24 bulan masih di bawah garis yang diharapkan terutama di daerah
pedesaan. Di beberapa daerah di Indonesia masih ditemukan anak yang kekurangan energi dan kalori
(KEP) serta mikronutrien tertentu.
Zinc
 Zinc memiliki unsur kimia dengan lambang kimia Zn,
bernomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia
merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik.
 Zinc terdapat dalam jumlah yang cukup banyak di dalam
setiap sel, kecuali sel darah merah dimana zat besi berfungsi
khusus mengangkut oksigen.
 Fungsi fisiologi yang bergantung pada zinc ialah pertumbuhan
dan pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual,
kekebalan seluler dan humoral, adaptasi gelap, pengecapan
serta nafsu makan
 Peranan biokimia zinc merupakan komponen dari
metalloenzymes untuk mempertahankan kelangsungan
berbagai proses metabolisme dan stabilitas membran sel.
 jenis enzim zinc berhasil diidentifikasi, misalnya alkohol
dehidrogenase, deoxy-ribonucleic acid polymerase, ribonucleic
acid polymerase, alkali fosfatase, laktat dehidrogenase dan
karbopeptidase.
 Hal ini menunjukkan peranan zinc untuk mempertahankan
kelangsungan berbagai proses metabolisme tubuh,
menstabilkan struktur membran sel dan mengaktifkan
hormon pertumbuhan.
 Zinc juga berperan penting dalam sistem kekebalan dan
terbukti bahwa zinc merupakan mediator potensial
pertahanan tubuh terhadap infeksi.
 Limfo-penia, konsentrasi dan fungsi limfosit T dan B
menurun, menurunnya fungsi lekosit seringkali ditemukan
pada penderita defisiensi zinc.
Absorbsi, Metabolisme, dan Ekskresi Zinc

Zinc diabsorbsi di usus halus dan sebagian kecil di lambung dan usus besar. Jejunum merupakan
tempat absorbsi zinc yang maksimal, sedangkan kolon tidak berperan penting. Dari konsumsi zinc
hanya 10-40 % dari total konsumsi yang diabsorpsi.
Secara fisiologis zinc diabsorbsi melalui 2 proses, yaitu uptake zinc dari lumen gastrointestinal ke dalam
enterosit (atas) dan transport zinc dari enterosit ke dalam sistem sirkuler (bawah).
 Di dalam lumen usus, terjadi uptake zinc ke dalam enterosit
sebagai zinc bebas (free-Zn) atau sebagai zinc terikat pada
ikatan berat molekul rendah (low moleculer weight Zn- Zn-
LMW).
 Uptake free-Zn atau Zn-LMW melibatkan protein transport
membawa mediated dan non-mediated.
 Di dalam enterosit, zinc transport terlibat pada protein
transport transeluler kaya sistein. Metalotionin bersaing
dengan protein transport ekstrasel untuk zinc setelah
sebelumnya berperan pada absorbsi zinc.
 Pengeluaran zinc dari enterosit masuk ke dalam sistem
sirkuler merupakan mekanisme aktif.
 Dalam jumlah kecil zinc dan transportnya akan berdifusi
kemudian terjadi transport paraseluler zinc bebas.
 Zinc akan bercampur dengan sel hasil sekresi pankreas dan hasil
deskuamasi usus yang mengandung zinc di dalam lumen intestinal
kemudian melintasi permukaan serosa dan secara aktif disekresi ke
dalam sirkulasi portal dan akan diikat oleh albumin
 Setelah masuk ke dalam enterosit, zinc diikat oleh protein
intestinal kaya sistein (Cystem Rich Intestinal Protein – CRIP)
yang memindahkan zinc ke metalotionin atau melintasi sisi
serosa enterosit untuk berikatan dengan protein plasma
(albumin) masuk ke sirkulasi portal dan terkonsentrasi di hati.
 Zinc terikat longgar dengan albumin dan asam amino, yang
bertanggung jawab pada proses transport zinc dari hati ke
jaringan
 Pertukaran zinc dari plasma ke dalam jaringan cepat terjadi
guna memelihara konsentrasi plasma zinc yang relatif konstan
 Ada 4 transporter zinc di dalam proses metabolisme tingkat seluler
yang diberi nama ZnT-1, ZnT-2, ZnT-3, dan ZnT-4.
 ZnT-1 diekspresikan di jaringan termasuk usus, ginjal, dan hati.
Ekspresi ZnT-1 di usus banyak dijumpai di permukaan basolateral
dari vili duodenum dan jejunum.
 ZnT-2 terutama dijumpai di usus, ginjal, dan testis
 ZnT-3 terbatas pada otak dan testis
 ZnT-4 banyak terdapat pada kelenjar payudara dan kemungkinan
berhubungan dalam sekresi zinc pada ASI
 Zinc dikeluarkan dari tubuh melalui tinja, urine, dan jaringan yang
terlepas termasuk kulit, rambut, dan sel-sel mukosa, pertumbuhan
kuku, menstruasi, dan ejakulasi.
Interaksi Zinc dengan zat gizi lainnya
 Interaksi Zinc dengan fitat
Fitat diduga menghambat absorbsi zinc. Fitat dengan
kation zinc membentuk komplek yang kuat dan tidak
dapat larut.
 Interaksi Zinc dengan besi
Tipe interaksi antara keduanya berupa kesamaan jalur
absorbsi, artinya bila kadar salah satu elemen tinggi, maka
akan mempengaruhi absorbsi lainnya. Protein transport
besi pada sisi apikal enterosit diketahui juga menjadi
protein transport bagi zinc.
 Interaksi Zinc dengan kalsium
Kalsium yang terkandung dalam diit dapat mempengaruhi absorbsi zinc.
kalsium mempunyai kecenderungan membentuk kompleks dengan fitat
dan zinc serta akan menjadi bentuk yang tidak larut, sehingga
menyebabkan hambatan absorbsi zinc.
 Interaksi Zinc dengan tembaga
Efek antagonis zinc terhadap metabolisme tembaga terjadi pada tingkat
mukosa intestinal melalui metalotionin. Kenaikan asupan zinc dan besi
dapat mempengaruhi absorbsi tembaga pada manusia. Kemungkinan
disebabkan karena lintasan transport yang sama di dalam enterosit
sehingga akan bersaing untuk reseptor yang sama. Inhibisi yang kompetitif
antara besi, zinc, dan tembaga juga mempengaruhi absorbsi zinc
Kebutuhan Zinc
 Kebutuhan tubuh akan zinc bervariasi, tergantung usia,
jenis kelamin, bioavailabilitas zinc dari makanan dan kadar
fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui.
 Untuk anak usia 4 bulan – 10 tahun tidak dibedakan
menurut jenis kelamin, tetapi karena ada perbedaan diit
dalam bioavailabilitas zinc, maka dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu bioavailabilitas tinggi, sedang, dan rendah.
Fungsi Zinc dalam Tubuh
 Zinc berperan penting dalam hal struktur dan fungsi biomembran.
Zinc menjadi komponen penting beberapa enzim yang mengatur
sel pertumbuhan, sintesa protein, dan DNA, metabolisme energi,
pengaturan transkripsi gen, kadar hormon, dan metabolisme
faktor pertumbuhan.
 Zinc berperan juga dalam fungsi kekebalan tubuh manusia. Bayi
marasmus yang mendapat suplementasi zinc akan memperlihatkan
meningkatan respon pertahanan tubuhnya. Anak anak di negara
berkembang yang mendapat suplementasi zinc menunjukan
penurunan insidensi diare, baik akut maupun kronik.
 Zinc juga menjaga keseimbangan integritas membran.
Karbonik anhidrase kadar nya tinggi didalam kelenjar saliva
dan berfungsi membantu melindungi sel mukosa mulut dari
kerusakan dan akan menstimulasi fungsi dan pertumbuhan sel
pengecapan.
 Zinc juga membantu menyimpan kalsium pada gigi dan tulang.
 Konsentrasi zinc yang tinggi ditemukan pada granula sel beta
pankreas yang membantu sintesa, penyimpanan, dan sekresi
insulin.
Hubungan Zinc dengan Imunitas Tubuh
 Defisiensi zinc dapat berpengaruh terhadap komponen imun non
spesifik menyebabkan kerusakan epidermis, kerusakan epitel saluran
cerna dan saluran napas, mengganggu fungsi leukosit
polimorfonuklear (PMN), sel natural killer, dan aktivasi komplemen.
 Sedangkan pada imun spesifik, defisiensi zinc menyebabkan
penurunan jumlah dan fungsi limfosit, penurunan jumlah dan fungsi
makrofag, penurunan rasio limfosit T CD4+ (sel helper [Th]), CD8+
(supressor/sitotoksik (Ts/c)), penurunan jumlah limfosit T CD8+,
CD73+ yang merupakan prekursor limfosit T sitotoksik, penurunan
respons antibodi limfosit B, dan penurunan sitokin.
Pengaruh Zinc dengan Insidensi Diare

 Defisiensi zinc secara langsung akan mempengaruhi saluran cerna,


mengakibatkan atrofi vilus, menurunkan aktivitas disakaridase brush
border, mengganggu transpor intestinal, dan meningkatkan respons
sekretori terhadap toksin bakteri.
 Zinc menghambat pembentukan NO, sehingga menghambat aktivasi
cGMP dan cAMP dan mencegah diare.
Defisiensi Zinc pada Anak
 4 faktor yang berperan dalam terjadinya defisiensi zinc, yaitu:
1. Absorbsi yang inadekuat: keadaan malnutrisi, vegetarian, pemberian
nutrisi enteral dan parenteral atau diit untuk mengatasi inborn error of
metabolism, infestasi intestinal, interaksi zat gizi antara komponen diit
dan obat-obatan.
2. Maldigesti dan malabsorbsi: mekanisme absorbsi karena imaturitas,
akrodermatitis enterohepatika, pembedahan lambung atau reaksi usus
dan enteropati.
3. Pembungan yang meningkat: katabolisme, enteropati dengan protein
loss, gagal ginjal, dialisis, terapi diuretik, dermatosis eksfoliatif.
4. Kebutuhan yang meningkat: sintesa jaringan cepat, konvalesen pasca
katabolik, neoplasma, dan resolving anemia.
 Tanda-tanda defisiensi zinc meliputi rambut rontok, luka pada kulit,
diare, kehilangan jaringan tubuh dan akhirnya kematian.
 Defisiensi zinc dapat menyebabkan rusaknya organ dan fungsi
penglihatan, pengecap, pembau dan ingatan.
 Pengamatan di akhir tahun 1950-an dan di awal tahun 1960-an
memperlihatkan bahwa gangguan pertumbuhan, luka kulit dan
perkembangan jenis kelamin yang tidak normal pada remaja laki-laki
di Iran dan di Mesir besar kemungkinannya disebabkan oleh
defisiensi Zn.
 ditemukan dalam hubungan dengan sindrom klinik dwarfisme dan
keterlambatan maturasi seksual laki laki, remaja di Iran.
 Dalam tahun 1973-1974, Enteropathica Acrodermatitis
(tanda-tanda luka kulit parah, diare dan hilangnya rambut
/ alopecia) juga diketahui disebabkan oleh defisiensi Zn.
 Manifestasi defisiensi zinc pada manusia sangat bervarisi,
pada defisiensi yang ringan gejala-gejala yang ditemukan
adalah anoreksi, kulit kering dan oligospermia. Pada anak-
anak gejala yang paling menonjol adalah pertumbuhan
yang terhambat (growth retardation).
Kelebihan Zinc pada Anak
 Intoksikasi zinc sangat jarang terjadi. Menurut WHO tahun
2004 disebutkan bahwa pemberian zinc pada anak usia
kurang dari 6 bulan yang sakit diare adalah 10 mg/hari dan
diatas 6 bulan diberikan 20mg/hari.
 Intoksikasi zinc akan terjadi bila anak menelan zinc melebihi
dosis yang dianjurkan. Pada intoksikasi zinc akan terdapat
gejala letargi, mual, muntah, gelisah, sakit kepala.
 Pada anak yang mendapat suplemen zinc berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi tembaga.
 Beberapa gangguan yang bisa timbul akibat berlebihnya
kadar zinc dalam tubuh meliputi diare, kram pada
abdominal dan kadang disertai dengan muntah-muntah.
KESIMPULAN
 Zinc merupakan zat mikronutrien yang penting bagi tubuh. Zinc
diabsorbsi di dalam tubuh di usus halus, terutama di proksimal jejunum.
 Zink diperlukan juga untuk mendukung sistem pertahanan tubuh yang
baik,untuk penyembuhan luka, membantu kemampuan indera perasa dan
penciuman, dan diperlukan untuk sintesis DNA.
 Zinc diabsorbsi di usus halus dan sebagian kecil di lambung dan usus
besar. Jejunum merupakan tempat absorbsi zinc yang maksimal. zinc
diabsorpsi relatif sedikit hanya 10-40 % dari total konsumsi yang
diabsorpsi.
 Kebutuhan tubuh akan zinc bervariasi, tergantung usia, jenis kelamin,
bioavailabilitas zinc dari makanan dan kadar fisiologis tertentu seperti
kehamilan dan menyusui.
 Defisiensi zinc akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
beberapa sistem organ seperti sistem saraf pusat (malformasi
permanen, berpengaruh terhadap neuromotor, dan fungsi
kognitif), saluran pencernaan, sistem reproduksi, dan fungsi
pertahanan tubuh baik spesifik maupun non spesifik.
 Intoksikasi zinc akan terjadi bila anak menelan zinc melebihi
dosis yang dianjurkan. Pada intoksikasi zinc akan terdapat
gejala letargi, mual, muntah, gelisah, sakit kepala. Pada bayi
yang mendapat zinc berlebihan akan menyebabkan terjadinya
defisiensi tembaga.
DAFTAR PUSTAKA
 Susilowati Herman, dkk. Studi Masalah Gizi Mikro di Indonesia: Perhatian khusus pada kurang vitamin A (KVA), Anemia, dan Seng. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Badan Litbang
Kesehatan, 2009.
 Underwood, E.J. and N.F. SUTTLE. The Mineral Nutrition of Livestock. CABI Publishing, USA. 2005.
 Eschelemen, M.M. Introductory Nutrition and Nutrition Therapy. Third edition. Lippincott. Raven Publisher. ;Part Two.2005: 212 -13.
 Hambrige KM. Trace elements Zinc, Coper, Selenium, Chronium and Molybdenum. Dalam: McLaren DS, Burman D, Belton NR, Williams AF, penyunting. Textbook of Paediatric Nutrition. Edisi ke-3. Edinburgh: Churchill
Livingstone; 2007. h. 459-68.
 Lira, PIC., Ashworth A., and Morris S.S. Effect of Zinc Supplementation on The Morbidity, Immune Function, and Growth of Low-Birth-Weight, Full-Term Infants East Brazil. Am J Clin Nutr. ; 2006. 68 (Suppl) : 470S -9S.
 Shankar AH, Prasad AS. Zinc and imune funtion: the biological basis of altered resistance to infection. Am J Clin Nutr 1998;68:447s-63s.
 Krebs NF. Overview of zinc absorption and exretion in the human gastrointestinal tract. J Nutr 2002; 130:1374s-7s.
 Salomon, N.M., Jacob, R.A. Studies on The Bioavailibility of Inc in Humans. Effect of Heme and Non Heme Iron on The Absorbtion of Zinc. Am J Clin Nutr. 2008; 68 (Suppl) : 495S -as.
 Rojas, L.X., L.R. McDowell, R.J. Cousins, F.G. Martin, N.S. Wilkinson, A.B.Johnson and J.B. Velasquez. 2005. Relative bioavibility of two organic and two inorganic zinc sources fed to sheep. J. Anim. Sci. 73: 1202 – 1207.
 Hambrige KM. Trace elements Zinc, Coper, Selenium, Chronium and Molybdenum. Dalam: McLaren DS, Burman D, Belton NR, Williams AF, penyunting. Textbook of Paediatric Nutrition. Edisi ke-3. Edinburgh: Churchill
Livingstone; 2005. h. 459-68.
 Lonnerdal B. Dietary factors influencing zinc absorption. J Nutr 2000;130:1378s-83s.
 Cunningham, J.G. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Ed ke-3. W.B. Saunders Company, Philadelphia. pp. 1 – 575.
 Lonnerdal, B. 1998. Iron-Zinc-Copper Interactions, dalam Micronutrient Interactions: Impact on Child Health and Nutrition, washington, D.C, July 29-30. 1996. ILSI Press.
 Whittaker P. Iron and zinc interaction in human. Am J Clin Nutr. 2007;68 (suppl):442S-6S.
 Recommeded Dietary Allowences. Sub Committee on The Tenth Edition of RDAs Food and Nutrition Board Commission on Life Sciences National Academy Press. Washington, D.C. 2005
 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Laporan Penelitian. 2008.
 Cousins., RJ. Zinc. Present Knowledge in Nutrition. Ninth Edition, Vol.1. Barbara A.Bowman and Robert M. Russell (eds). ILSI. Washington, DC 2006, p.445-547
 Kendal, N.R., D.W. Jackson, A.M. Mackenie, D.V. Illingtoworth, I.M. Gill and S.B.Telfer. The effect of a zinc, cobalt and selenium soluble glass bolus on the trace element status of extensively grazed sheep over winter. Anim.
Sci.2003. 73: 163 – 169.
 Allen, L.H. Zinc and Micronutrient Supplements for Children. Am J Clin Nutr. 2004; 68 (Suppl) : 495S-8S.
 Ninh, N.X., Thissen J.P., Collen L. Zinc Supplementation Increases Growth and Circulating Insulin-Like Growth Factor I (LGF-I) in Growth Retarded Vietnamese Children. Am J Clin Nutr. 2007;63 : 514 -9.
 Brown, K.H. Effect of Infection on Plasma Zinc Concentration and Implications for Zinc Status Assesment in Low Income countries. Am J Clin Nutr. 2004; 68 (Suppl) : 425S -9S.
 Truong Tran, A.Q., L.H. HO, F. Chai and P.D. Zalewki. 2000. Cellular Zinc Fluxes and the Regulation of Apoptosis/ Gene Directed Cell Death. J. Nutr.. 130: 1459 – 1466.
 Bhutta AZ, Sazawal S, Hidayat A, dkk. Therapeutic effects of oral zinc in acute and persistent diarrhea in children in developing countries: pooled analysis of randomizol controlled trials. Am J clin Nutr 2004; 72:1516-22.
 Ruel MT, Rivers JA, Santizo MC, Lonnerdal B, Brown KH. Impact of zinc supplementation on morbidity from diarrhea and respiratory infections among rural guatemalan children. Pediatrics 2005;99:808-13.
 Wapnir RA. Zinc deficiency, malnutrition and the gastrointestinal tract. J Nutr 2006;130:1388s-92s.
 Abdeel-Magged, A.B., and F. W. Oehme. A review of the biochemical roles toxicity and interactions of zine, cooper, and iron: Zinc. Vet. Hum. Toxicol. 32(1): 34 – 39.
 Black, M.M. 2005. Zinc Deficiency and Child Development. Am J Clin Nutr. ; 68 (Suppl) : 464S -9S.
 Nasution, E., 2005. Efek Suplementasi Zn dan Fe pada Status Gizi Anak Usia -24 Bulan Di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah (Thesis).

Anda mungkin juga menyukai