Anda di halaman 1dari 86

Misoprostol sublingual versus

perawatan bedah standar untuk


perawatan aborsi inkomplit di lima
negara sub-Sahara Afrika
Esy Fatrisia Yonesi
0313069

Pembimbing :
dr. Komang Arianto Sp.OG
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. R
• Umur : 58 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat : Tegal wangi RT 07/RW 02, kec. Talang
• Pekerjaan : Pedagang baju
• Agama : Islam
• Status pernikahan : Menikah
• Tanggal masuk RS : Selasa, 26 Juni 2018
• Tanggal masuk bangsal : Selasa, 26 Juni 2018
• Ruangan : Rosella
• Asuransi : BPJS
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA KELUHAN TAMBAHAN

• Sesak napas sejak 1 • Tangan dan kaki bengkak

bulan SMRS • Perut membesar


Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak napas sejak 1 Sesak napas dirasakan Sesak sedikit


bulan, terus menerus, sepanjang hari, baik berkurang dengan
semakin hari semakin saat beraktifitas perubahan posisi yaitu
memberat maupun saat istirahat. jika pasien miring
Batuk-batuk sejak ±
1 bulan, hilang
timbul, tidak disertai
dahak dan tidak
Pasien juga mengeluh berdarah.
tangan, perut dan kaki Pasien mengeluh
Pasien juga mengeluh
yang membengkak. badan terasa lemah
sering keringat dingin
dan lemas.
malam hari dan demam
kaki membengkak tidak Terkadang pasien
yang hilang timbul
kunjung membaik shg merasakan nyeri dada.
pasien sulit beraktivitas
RPD, RPK, SOSIAL EKONOMI

RPD RPK Sosial Ekonomi

• Keluhan yg • Keluhan yg
sama (+) sama (-)
• DM (+) • DM (-) • Kebiasaan
• Asm (-) • Asm (-) merokok
• Hipertensi (-) • Hipertensi (-) 4bungkus/hari.
• Jantung (-) • Jantung (-) • Pasien biasa
• Ginjal (-) • Ginjal (-) mengendarai
• Riwayat • Riwayat motor jika pergi
pengobatan pengobatan dan pulang
OAT selama 6 OAT selama 6 bekerja.
bulan atau lebih bulan atau lebih
(-) (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Status Gizi :


Kesadaran : Obesitas (BB/TB
Tampak sakit sedang,
tampak sesak, tidak Compos mentis 85kg/150cm)
pucat, tidak sianosis BMI : 37,7 kg/m2

Tekanan darah : 140/100


mmHg
Nadi : 110x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,4 °C
Status Generalis

Kepala dan Wajah : Dalam Batas Normal


01

Mata dan Hidung : Dalam Batas Normal

Telinga : Dalam Batas Normal

Mulut dan Leher : Dalam Batas Normal


Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.


Palpasi : ictus cordis (+) pada ICS V-VI
Perkusi :
Batas jantung kanan : ICS IV, midclavicula dextra.
Batas jantung kiri : ICS V-VI, midaxilaris sinistra.
Batas atas jantung : ICS II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
Paru

Inspeksi : Gerak napas simetris tanpa ada bagian


yang tertinggal, lesi (-).
Palpasi : Gerak simetris, vocal fremitus melemah
pada bagian basal paru dextra dan sinistra.
Perkusi : Redup pada basal paru dextra dan
sinistra.
Auskultasi : Vesikuler menurun , Ronki +/+,
Wheezing -/-.
Abdomen
• Inspeksi : perut membuncit
• Auskultasi : bising usus (+) 5 x/menit.
• Palpasi : supel, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan (-), ballotement (-),
undulasi (+).
• Perkusi : Timpani-redup, shifting dullness
(+), nyeri ketok CVA (-)
Ekstremitas
• Akral hangat (+), sianosis (-), ikterik (-),
deformitas (-), edema pada kedua tangan dan
kaki (+) pitting (+) , CRT normal (< 2 detik).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Pengecatan BTA 2+ Negatif

Pengecatan BTA 3 - Negatif

Pengecatan BTA 2 2+ Negatif


RADIOLOGI
Posisi foto AP dan simetris
•Cor : CTR >50%
Batas kiri ke laterokaudal
•Pulmo : Penebalan hilus kanan dan
kiri
•Corakan bronkovaskular tampak
meningkat dikedua hemithorax
•Tampak bercak infiltrat di kedua
lapang paru
•Sinus costofrenikus paru kanan dan
kiri tumpul
•Diafragma kanan dan kiri tampak
suram
KESAN :
•Cardiomegaly
•Suspek TB
•Efusi pleura dupleks minimal
RADIOLOGI
Posisi foto AP dan simetris
•Cor : tidak dapat dinilai
•Pulmo : Terdapat perselubungan
pada basal paru kanan dan kiri
dengan sinus costofrenikus paru
kanan dan kiri tumpul
•Diafragma kanan dan kiri
tampak suram
KESAN :
•Cardiomegaly
•Suspek TB
•Efusi pleura dupleks
DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis • Pasien mengeluh badan terasa
• Sesak napas sejak 1 bulan lemah dan lemas
• Sesak napas dirasakan pasien • Terkadang nyeri dada.
terus menerus, semakin hari • Tangan , perut dan kaki
semakin memberat. membengkak sehingga
• Sesak sedikit berkurang dengan membuat pasien sulit
perubahan posisi yaitu jika beraktivitas.
pasien miring. • keringat dingin malam hari dan
• Menggunakan 4 bantal untuk demam yang hilang timbul.
tiduran • Mempunyai riwayat DM.
• Batuk hilang timbul, tidak • Kebiasaan merokok
disertai dahak dan tidak 4bungkus/hari.
berdarah sejak ± 1 bulan yang
lalu
Pemeriksaan fisik
•Auskultasi : Vesikuler menurun dan terdapat ronki pada
paru dextra dan sinistra.
•Palpasi : Vocal fremitus melemah pada bagian basal paru
dextra dan sinistra.
•Perkusi : Redup pada basal paru dextra dan sinistra.
•Batas jantung kanan : ICS IV, midclavicula dextra.
•Batas jantung kiri : ICS V-VI, midaxilaris sinistra.
•Pada abdomen : perut cembung, undulasi (+), shifting
dullness (+).
•Pitting edema pada kedua tangan dan kaki (+).
Pemeriksaan Penunjang
•RDW meningkat, netrofil meningkat, limfosit
menurun, eosinofil menurun, GDS meningkat,
pengecatan BTA : 2+/-/2+
•Foto Thorax : CTR >50%, batas kiri ke
laterokaudal, terdapat perselubungan pada basal
paru kanan dan kiri dengan sinus costofrenikus
paru kanan dan kiri tumpul, diafragma kanan dan
kiri tampak suram.
RESUME
Pasien perempuan (58tahun) ke instalasi gawat darurat rumah sakit
RA Kardinah hari Selasa, 26 Juni 2018 dengan keluhan sesak napas sejak 1
bulan sebelum masuk ke rumah sakit. Sesak napas dirasakan pasien terus
menerus, semakin hari semakin memberat. Sesak napas dirasakan sepanjang
hari, baik saat beraktifitas maupun saat istirahat. Sesak sedikit berkurang
dengan perubahan posisi yaitu jika pasien miring. Biasanya pasien
menggunakan 4 bantal untuk tidur.
Pasien juga mengeluhkan batuk-batuk sejak ± 1 bulan yang lalu.
Batuk hilang timbul, tidak disertai dahak dan tidak berdarah. Pasien mengeluh
badan terasa lemah dan lemas. Terkadang pasien merasakan nyeri dada.
Pasien juga mengeluh tangan, perut dan kaki yang membengkak. Kaki
membengkak terutama apabila pasien duduk dalam jangka waktu lama.
Keluhan kaki membengkak tidak kunjung membaik sehingga membuat pasien
sulit beraktivitas. Pasien juga mengeluh sering keringat dingin malam hari dan
demam yang hilang timbul. Pusing, mual dan muntah disangkal. BAB dan BAK
tidak ditemukan adanya keluhan. Pasien mengaku mempunyai riwayat DM.
Riwayat lainnya seperti batuk berdarah ataupun pengobatan OAT selama 6
bulan atau lebih disangkal. Pasien mengaku memiliki kebiasaan merokok
4bungkus/hari.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan : midaxilaris sinistra.
pasien tampak sakit sedang dan• Pada pemeriksaan abdomen
tampak sesak, ditemukan : perut cembung, undulasi
• BB: 85kg, TB 150cm, BMI : 37,7 (+), shifting dullness (+). Dan pada
kg/m2 , tekanan darah : ektremitas ditemukan : pitting edema
140/100mmHg, nadi : 110x/menit, pada kedua tangan dan kaki (+).
respirasi : 24x/menit, suhu: 36, 4 °C.
• Pada auskultasi paru ditemukan :• Hasil laboratorium tanggal 26 Juni
vesikuler menurun dan ronki pada 2018 didapatkan RDW meningkat
paru kanan dan kiri. (15,9%), Netrofil meningkat (72,4%),
• Palpasi ditemukan : vocal fremitus Limfosit menurun (20,1%), Eosinofil
melemah pada bagian basal paru menurun (1%), GDS meningkat (460
dextra dan sinistra. mg/dL).
• Perkusi paru ditemukan : redup pada• Hasil pemeriksaan BTA tanggal 28
basal paru dextra dan sinistra. Februari 2018 : 2+/-/2+.
• Pada pemeriksaan perkusi jantung
ditemukan : batas jantung kanan
pada ICS IV, midclavicula dextra ,
batas jantung kiri pada ICS V-VI,
• Pada pemeriksaan foto thorax AP tanggal 27 Februari 2018
ditemukan CTR >50%, batas kiri ke laterokaudal, penebalan hilus
kanan dan kiri, corakan bronkovaskular tampak meningkat dikedua
hemithorax, tampak bercak infiltrat di kedua lapang paru, sinus
costofrenikus paru kanan dan kiri tumpul dan diafragma kanan dan
kiri tampak suram dengan kesan kardiomegali, suspek TB, efusi
pleura dupleks minimal.
• Pada pemeriksaan foto thorax AP tanggal 24 April 2018 ditemukan
COR tidak dapat dinilai, terdapat perselubungan pada basal paru
kanan dan kiri dengan sinus costofrenikus paru kanan dan kiri
tumpul, diafragma kanan dan kiri tampak suram dengan kesan
kardiomegali, suspek TB dan efusi pleura dupleks.
DIAGNOSIS KERJA
• Efusi Pleura Dupleks
• Congestive Heart Failure
• TB
• DM tipe II
PENATALAKSANAAN
• Infus ringer laktat 20• Renafar 2x1
tetes/menit • Bisoprolol 1x1
• 02 nasal canul 2 – 4• Fargoxin 1x1
liter/menit • Alprazolam 1x1
• Pasang double lumen• Omeprazole injeksi 2x1
cateter
• Lasix inj 3x2amp
• Rifampicin 1x 450mg
• Novorapide 20unit
• INH 1x300mg
• Pirazinamid 500mg 1x2
• Etambutol 500mg 1x2
Prognosis
• Quo ad vitam : dubia ad malam
• Quo ad functionam : dubia ad malam
• Quo Ad sanationam : dubia ad malam
Follow Up
Tinjauan Pustaka
EFUSI PLEURA
• Pleura adalah membran tipis
yang melapisi diluar paru dan
didalam rongga dada yang terdiri
dari 2 lapisan yaitu pleura viseral
dan pleura parietal.
• Pleura viseral menempel di paru,
bronkus dan fisura mayor,
sedangkan pleura parietal melekat
di dinding dada bagian dalam dan
mediastinum.
• Kedua lapisan ini dipisahkan oleh
rongga kedap udara yang berisi
cairan lubrikan.
DEFINISI
• Efusi pleura adalah akumulasi cairan secara berlebihan
pada cavum pleura, pada keadaan normal cavum pleura
hanya terisi beberapa milliliter cairan.
• Volume dari cairan pleura yang bertambah sering terkait
oleh akibat adanya kelainan pada pleura, paru atau
penyakit sistemik.
• Kelainan yang paling sering menimbulkan efusi pleura
antara lain berupa gagal jantung, pneumonia dan
penyakit keganasan
EPIDEMIOLOGI
• Di Amerika serikat setiap tahun ada sekitar 1
juta penduduknya mengalami efusi pleura.
• Penyebab umum lainnya adalah keganasan,
diestimasikan efusi pleura akibat keganasan
mencapai 150.000 penduduk per tahun di
Amerika Serikat.
• Hampir semua pasien datang ke dokter dengan
keluhan sesak nafas akibat akumulasi cairan
dan kompresi parenkim paru.
ETIOLOGI

Efusi pleura dapat


ditentukan
berdasarkan jenis
cairan efusi
apakah tergolong
transudat atau
eksudat.
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
• Anamnesis yang terdiri dari gejala dan riwayat penyakit
sebelumnya dapat membantu diagnosis efusi pleura
sekaligus evaluasi terhadap kemungkinan penyebab
efusi pleura.
• Gejala klinis yang timbul sangat bergantung pada jumlah
cairan efusi dan kausa dari efusi tersebut.
• Gejala yang mungkin didapat antara lain seperti
dyspnea, nyeri dada atau batuk kering. Nyeri dada
biasanya bersifat nyeri yang bersifat tajam dan
terlokalisir memburuk pada inspirasi dalam atau batuk
dan terkadang pada saat bergerak.
• Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan sesak yang
ditandai dengan digunakannya otot-otot bantu
pernafasan, pergerakan hemithoraks yang sakit akan
tertinggal dibandingkan sisi yang sehat, palpasi taktil
vokal fremitus menurun atau menghilang, perkusi pada
daerah efusi akan redup atau pekak.
• Pada auskultasi, bunyi pernafasan akan menurun atau
tidak terdengar. Pada efusi pleura masif dapat ditemui
kurangnya usaha untuk bernafas dan tanda-tanda
pergesaran mediastinum.
• Foto thoraks
Perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral
dekubitus, cairan bebas akan mengikuti posisi
gravitasi. Cairan dalam pleura juga dapat tidak
membentuk kurva karena terperangkap atau
terlokalisasi.
• USG Thorax
USG thoraks dapat mendeteksi cairan pada
kavum pleura dengan jumlah yang sangat kecil,
Efusi pleura ditandai dengan adanya ruang
bebas echo diantara pleura visceralis dan pleura
parietalis.
Torakosentesis
• Torakosentesis merupakan prosedur invasif dengan
menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam kavum
pleura melalui kulit tepat di ruang interkosta.
• Tindakan ini termasuk tindakan steril, terlebih dahulu
posisikan pasien dalam keadaan duduk, tingkat efusi
harus diperhitungkan berdasarkan tempat dimana suara
napas mulai lemah atau hilang pada asukultasi, pekak
pada perkusi, dan lemah atau hilangnya vokal fremitus.
• Prosedur ini dilakukan untuk mengeluarkan cairan
sebagai sarana diagnostik.
PENATALAKSANAAN
• Pada efusi pleura yang tidak terlalu banyak cairannya dapat
dilakukan penangan terhadap penyakit yang mendasarimya terlebih
dahulu, seperti apabila efusi pleura disebabkan oleh gagal jantung
kongestif maka dapat diberikan terapi terlebih dahulu terhadap
penyakitnya seperti diuretik, digitalis dan lain sebagainya maka
cairan efusi pleura pun akan berkurang sampai dengan menghilang,
tetapi pada efusi pleura yang masif maka perlu ditangani terlebih
dahulu efusi pleuranya agar tidak memperberat kondisi pasien.
• Pilihan terapi dapat berupa pemasangan chest tube dan water
sealed drainage, pleurodesis dan pembedahan
PROGNOSIS
• Prognosis efusi pleura bervariasi tergantung
pada penyakit yang mendasari.
• Morbiditas dan mortalitas pada pasien efusi
pleura berhubungan langsung dengan etiologi,
stadium penyakit, dan hasil pemeriksaan
biokimia cairan pleura.
• Pasien dengan efusi pleura maligna biasanya
memiliki prognosis yang buruk.
Tuberkulosis Paru
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex. Sebagian besar
basil Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airborne infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari
Ghon.
EPIDEMIOLOGI

Indonesia  negara dengan


prevalensi TB ke 3 tertinggi di
Dunia
ETIOLOGI
MORFOLOGI & STRUKTUR Mycobacterium tuberculosis

Kuman dapat bersifat dormant


ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Tubercolosis Post-Primer
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul
bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-
primer, biasanya pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis post primer mempunyai nama
yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis
bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya.
KLASIFIKASI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila
organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratorik (gejala lokal sesuai organ yang
terlibat).
1.Gejala Respiratorik (Batuk-batuk lebih dari 2 minggu,
batuk darah, sesak napas, nyeri dada)
2.Gejala Sistemik (Demam, gejala sistemik lain: malaise,
keringat malam, anoreksia, berat badan menurun)
3.Gejala Tuberkulosis Ekstra Paru
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ
yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa
akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan
terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis
tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri
dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan
DIAGNOSTIK
SKEMA ALUR DIAGNOSIS
PATOGENESIS
Panduan pengobatan
Efek Samping OAT
Komplikasi
TB paru apabila tidak ditangani dengan baik
akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi-
komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura,
empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut.
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada
penderita stadium lanjut adalah:
a) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah)
yang dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan
jalan nafas atau syok hipovolemik
b) Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau
reaktif) pada paru
d) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena
bula/blep yang pecah
e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
sendi, ginjal, dan sebagainya.7
Congestive Heart
Failure (CHF)
DEFINISI
• Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika
jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri
yang penting dari definisi ini adalah pertama, definisi
gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh.
Kedua, penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi
pompa jantung secara keseluruhan.
EPIDEMIOLOGI
• Di Indonesia belum ada angka pasti tentang prevalensi
penyakit gagal jantung, di RS Jantung Harapan Kita,
setiap hari ada sekitar 400-500 pasien berobat jalan dan
sekitar 65% adalah pasien gagal jantung.
• Meskipun terapi gagal jantung mengalami
perkembangan yang pesat, angka kematian dalam 5-10
tahun tetap tinggi, sekitar 30-40% dari pasien penyakit
gagal jantung lanjut dan 5-10% dari pasien dengan
gejala gagal jantung yang ringan.
ETIOLOGI
• Penyebab tersering gagal jantung• Penyebab tersering gagal jantung
kiri adalah hipertensi sistemik, kanan adalah gagal ventrikel kiri,
penyakit katup mitral atau aorta, yang menyebabkan kongesti paru
penyakit jantung iskemik, dan dan peningkatan tekanan arteria
penyakit miokardium primer. pulmonalis. Gagal jantung kanan
juga dapat terjadi tanpa disertai
gagal jantung kiri pada pasien
dengan penyakit parenkim paru
dan atau pembuluh paru (kor
polmunale) dan pada pasien
dengan penyakit katup arteri
pulmonalis atau trikuspid.
KLASIFIKASI menurut NYHA :

• Kelas I : Penderita dengan gagal jantung tanpa adanya


pembatasan aktivitas fisik, dimana aktivitas biasa tidak
menimbulkan rasa lelah dan sesak napas.
• Kelas II: Penderita dengan gagal jantung yang memperlihatkan
adanya pembatasan aktivitas fisik yang ringan, merasa lega jika
beristirahat.
• Kelas III: Penderita dengan gagal jantung yang memperlihatkan
adanya pembatasan aktivitas fisik yang ringan, kegiatan fisik yang
lebih ringan dari kegiatan biasa sudah memberi gejala lelah, sesak
napas.
• Kelas IV: Penderita dengan gagal jantung yang tidak sanggup
melakukan kegiatan apapun tanpa keluhan, gejala sesak napas
tetap ada walaupun saat beristirahat.
4 Stage menurut ACC/AHA, yaitu:

• Stage A pasien beresiko tinggi untuk gagal jantung tetapi


tidak memiliki penyakit jantung struktural atau gejala-
gejala dari gagal jantung
• Stage B pasien memiliki penyakit jantung struktural
tetapi tidak memiliki gejala-gejala dari gagal jantung
• Stage C pasien memiliki penyakit jantung struktural dan
memiliki gejala-gejala dari gagal jantung
• Stage D pasien memiliki gagal jantung berat yang
menuntut intervensi khusus.
PATOFISIOLOGI
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Kriteria mayor : Kriteria minor :
• Paroksismal nokturnal dispneu • Edema ekstremitas
• Ronki paru • Batuk malam hari
• Edema akut paru • Hepatomegali
• Kardiomegali • Dispnea d’effort
• Gallop S3 • Efusi pleura
• Distensi vena leher • Takikardi (120x/menit)
• Refluks hepatojugular • Kapasitas vital berkurang 1/3
• Peningkatan tekanan vena dari normal
jugularis Diagnosis gagal jantung ditegakkan
dengan dua kriteria mayor atau
satu kriteria mayor dan 2 kriteria
minor.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Rutin :
•Pemeriksaan darah rutin lengkap, elektrolit, blood urea
nitrogen (BUN), kreatinin serum, enzim hepatik, dan
urinalisis. Juga dilakukan pemeriksaan gula darah, profil
lipid.
Elektrokardiogram (EKG) :
•Pemeriksaan EKG 12-lead dianjurkan. Kepentingan utama
dari EKG adalah untuk menilai ritme, menentukan adanya
left ventrikel hypertrophy (LVH) atau riwayat MI (ada atau
tidak adanya Q wave).
Radiologi
•Pemeriksaan ini memberikan informasi
berguna mengenai ukuran jantung dan
bentuknya, distensi vena pulmonalis, dilatasi
aorta, dan kadang-kadang efusi pleura.
begitu pula keadaan vaskuler pulmoner dan
dapat mengidentifikasi penyebab nonkardiak
pada gejala pasien.
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
• Prognosis gagal jantung yang tidak mendapat
terapi tidak diketahui. Sedangkan prognosis
pada penderita gagal jantung yang mendapat
terapi yaitu:
• Kelas NYHA I : mortalitas 5 tahun 10-20%
• Kelas NYHA II : mortalitas 5 tahun 10-20%
• Kelas NYHA III : mortalitas 5 tahun 50-70%
• Kelas NYHA IV: mortalitas 5 tahun 70-90%
DIABETES MELLITUS
• Komplikasi kronis diabetes melitus (DM) terutama disebabkan
gangguan integritas pembuluh darah dengan akibat penyakit
mikrovaskuler dan makrovaskuler.
• Komplikasi tersebut kebanyakan berhubungan dengan perubahan-
perubahan metabolik, terutama hiperglikemia. Kerusakan vaskuler
merupakan gejala yang khas sebagai akibat DM, dan dikenal
dengan nama angiopati diabetika.
• Makro- angiopati (kerusakan makrovaskuler) biasanya muncul
sebagai gejala klinik berupa penyakit jantung iskemik dan pembuluh
darah perifer. Adapun mikro- angiopati (kerusakan mikrovaskuler)
memberikan manifestasi retinopati, nefropati dan neuropati.
Gejala Klinis
• Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya
• Keluhan lain dapat berupa: lemah badan,
kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada
wanita
DIAGNOSIS
• Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan
glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM.
• Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL
dengan adanya keluhan klasik.
• Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO
dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik
dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa,
namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri.
TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam
praktek sangat jarang dilakukankarena membutuhkan
persiapan khusus.
PENATALAKSANAAN
1. Obat hipoglikemik oral
•Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5
golongan:
•A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue):
sulfonilurea dan glinid
•B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan
tiazolidindion
•C. Penghambat glukoneogenesis (metformin)
•D. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat
glukosidase alfa.
•E. DPP-IV inhibitor
2. Suntikan Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
•Penurunan berat badan yang cepat
•Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
•Ketoasidosis diabetik
•Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
•Hiperglikemia dengan asidosis laktat
•Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
•Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
•Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan
•Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
•Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Efek samping terapi insulin
• Efek samping utama terapi insulin adalah
terjadinya hipoglikemia.
• Penatalaksanaan hipoglikemia dapat dilihat
dalam bab komplikasi akut DM.
• Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi
terhadap insulin yang dapat menimbulkan alergi
insulin atau resistensi insulin.

Anda mungkin juga menyukai