Anda di halaman 1dari 18

Seminar Nasional “Kejahatan Terorganisir

Yang bersifat Transnasional: Perspektif


Hukum Multidimensi”
15 November 2017 Fakultas Hukum
UGM

Perjuangan Pengakuan Illegal Fishing


Sebagai Transnasional Organized
Crime Melalui Organisasi
Internasional
Marsudi Triatmodjo
Pengantar

 IUU fishing mrpk ancaman utama bagi keberlanjutan lautan dunia :


o menyebabkan runtuhnya kegiatan perikanan, atau
o mengganggu usaha konservasi untuk membangun kembali
species (sumber daya ikan) yang telah (terancam) punah.
 Kegiatan IUU fishing yang paling umum  beroperasi tanpa
otorisasi, menangkap spesies yang dilindungi, menggunakan jenis
peralatan yang dilarang atau mengabaikan kuota yang
diperbolehkan.
 Illegal and unreported fishing (dua dari tiga komponen IUU fishing)
pada dasarnya timbul dari kegagalan untuk memberlakukan
peraturan nasional dan hukum internasional.
 Diusulkan IUU fishing dinyatakan sebagai transnasional organized
crime  diperjuangkan melalui kerjasama/organisasi internasional.

2
 Menlu (2016): Indonesia tercatat turut serta dalam 236 OI, dengan
biaya/kontribusi iurannya mencapai Rp 400 milyar/tahun (2015)
 Presiden Joko Widodo (2016):
o “Ini jumlah yang tidak kecil (bergabung dengan 236 organisasi
internasional). Sangat banyak. Tapi, saya ingin menekankan bahwa
keanggotaan Indonesia di organisasi-organisasi internasional harus
didasarkan pada kemanfaatan bagi kepentingan nasional kita”.
o “Jangan sampai kita ikut di organisasi internasional itu hanya untuk
formalitas, hanya karena kita terdaftar namanya saja, tetapi tidak aktif di
sana,”
 Keputusan Presiden (Keppres) No. 64 tahun 1999:
o keanggotaan Indonesia pada OI diamanatkan untuk memperoleh
manfaat yang maksimal bagi kepentingan nasional, didasarkan pada
peraturan perundangan yang berlaku dan memperhatikan efisiensi
penggunaan anggaran dan kemampuan keuangan negara.
 Keikutsertaan KKP dalam OI: Network of Aquaculture Centres in Asia -
Pacific (NACA), Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), Commission for the
Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), Western and Central
Pacific Fisheries Commission (WCPFC), Southeast Asian Fisheries
Development Center (SEAFDEC)
3
FAO - Fisheries and Aquaculture Department*

FAO adalah organ khusus PBB yang mengurusi


masalah pangan dan pertanian. Semua anggota
PBB, kecuali Liechtenstein, menjadi anggota FAO

Vision: A world in which responsible and sustainable use of fisheries and


aquaculture resources makes an appreciable contribution to human well-
being, food security and poverty alleviation.
Mission: To strengthen global governance and the managerial and
technical capacities of members and to lead consensus-building towards
improved conservation and utilization of aquatic resources.

*) http://www.fao.org/fishery/iuu-fishing/en 10Nov17

4
IPOA-IUU Fishing
 The 2001 International Plan of Action to Prevent, Deter and Eliminate
Illegal, Unreported and Unregulated Fishing
 Penerapan IPOA adalah sukarela/voluntary  the FAO Code of
Conduct for Responsible Fisheries (Art 2.d.).
 Pendekatan:
 Partisipasi dan koordinasi.
 Tahapan penerapan.
 Komprehensif dan terpadu.
 Konservasi.
 Transparan.
 Non-diskriminasi.

5
 (SK Menteri KP Nomor KEP. 50/MEN/2012)  Indonesia National
Plan of Action (NPOA) 2012-2016 
dalam rangka mencegah kerusakan smbr daya ikan, Indonesia
melakukan:
1. participation and coordination among countries by involving the
industry, fishermen communities and non-governmental
organizations;
2. implementation of the IPOA-IUU fishing;
3. integrated approach to overcome the IUU fishing problems, and
4. conserving the natural resources and the conservation of
fisheries resources.

6
PSM (Port State Measures)
 The 2009 Agreement on Port State Measures to Prevent, Deter and
Eliminate Illegal, Unreported and Unregulated Fishing
 Perjanjian ini bertujuan untuk mencegah penangkapan ikan secara ilegal
memasuki pasar internasional melalui pelabuhan.
 Legally binding  entered into force on 5 June 2016.
 Peserta PSM 51 negara (18 October 2017)  Indonesia meratifikasi PSM
pada 23 Juni 2016 dengan Perpres 43/2016 (negara ke 30).

7
 Dasar hukum PSM:
 Hukum kebiasaan internasional  kapal asing tidak punya hak masuk
ke perairan pedalaman dan pelabuhan negara pantai, kecuali force
majeure atau dalam keadaaan bahaya (distress).
 KHL 1982  yurisdiksi negara pelabuhan
 FAO Compliance Agreement  Agreement to Promote Compliance with
International Conservation and Management Measures by Fishing
Vessels on the High Seas (24 November 1993)
 Agreement for the Implementation of the Provisions of the United
Nations Convention on the Law of the Sea of 10 December 1982 relating
to the Conservation and Management of Straddling Fish Stocks and
Highly Migratory Fish Stocks (4 December 1995)
 Soft law  the 1995 FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries.
 PSM mrpk persyaratan yang ditetapkan atau intervensi yang dilakukan oleh
negara pelabuhan yang harus dipatuhi oleh kapal penangkap ikan asing atau
dikenakan sebagai syarat untuk penggunaan pelabuhan di negara
pelabuhan.
 Kapal yang diizinkan memasuki pelabuhan dapat dikenai pemeriksaan yang
dilakukan sesuai dengan standar yang sama.
8
 Kapal yang dicurigai terlibat dalam IIU fishing dapat ditolak masuk ke
pelabuhan, atau diizinkan masuk hanya untuk tujuan inspeksi, dan
tidak diizinkan untuk menjual hasil tangkapannya, menolak mengisi
bahan bakar atau mendapatkan kebutuhan lainnya.
 National PSM mencakup:
 requirements related to prior notification of port entry,
 use of designated ports,
 restrictions on port entry and landing/transhipment of fish,
 restrictions on supplies and services,
 documentation requirements and
 port inspections, as well as related measures, such as IUU vessel
listing, trade-related measures and sanctions.

9
Network of Aquaculture Centres in Asia-
pacific (NACA)*

NACA adl UNDP/FAO regional project, didirikan tgl


11 January 1990 dengan Agreement on the Network of
Aquaculture Centres in Asia and the Pacific, yang ditnd
tangani di Bangkok tanggal 8 Januari 1988.
 Anggota 15 negara plus 3 associate member (Asia-Pacific Association of
Agricultural Research Institutions, Network of Aquaculture Centres in Central
and Eastern Europe, Secretariat of the Pacific Community)  Indonesia ikut
serta berdasarkan Perpres No. 72 Tahun 2005.
 Tujuan: meningkatkan produksi "ikan"; memperbaiki pendapatan dan
pekerjaan di pedesaan; diversifikasi produksi pertanian pedesaan; dan
meningkatkan devisa dan tabungan devisa.
 NACA sbg jaringan pusat2 pengembangan perikanan neg2 angg  insitusi
Indonsesia yg terlibat: Balai Perikanan Budidaya Air Payau (Takalar), BPB Air
Payau (Situbondo), BPB Laut (Ambon), BPB Laut (Batam), BPB Ikan Air
Tawar (Aikmel, Lombok).

*) https://enaca.org/ 10
The Indian Ocean Tuna Commission
(IOTC)*

IOTC berdiri sejak tgl 27 Maret 1996 berdasarkan the 1993


Agreement for the Establishment of the Indian Ocean Tuna
Commission.

 Angg 32 negara (Juli 2016) 


Indonesia ikut serta sejak 9
Juli 2009 dg Perpres No. 9
Tahun 2007.
 IOTC adl organisasi antar
pemerintah yang bertanggung
jawab atas pengelolaan
spesies tuna dan tuna-like di
Samudra Hindia.
IOTC area of competence
http://www.fao.org/fishery/rfb/iotc/en
*) http://www.iotc.org/

11
 Empat fungsi utama IOTC:
 meng-update informasi ttg keadaan stok, statistik tangkapan, dan
data lainnya yg relevan dg upaya konservasi dan pengelolaan stok;
 mengkoordinasikan kegiatan riset dan pengembangan stok dan
kegiatan perikanan yg dicakup IOTC, dan kegiatan lainnya seperti
transfer teknologi, training dan peningkatan kapasitas;
 berdasarkan bukti ilmiah, menetapkan Conservation and
Management Measures (CMM) untuk memastikan tercapainya
kegiatan konservasi dan mempromosikan tujuan pemanfaatan
optimal stok di seluruh Kawasan;
 meninjau aspek ekonomi dan sosial kegiatan perikanan yang
tercakup dlm Perjanjian, khususnya kepentingan negara pantai
yang sedang berkembang.
 Dengan keempat fungsi utamanya tersebut, IOTC dapat
memasukkan masalah IUU fishing.dalam agenda kegiatannya.

12
The Commission for the Conservation of
Southern Bluefin Tuna (CCSBT)*

CCSBT yang didirikan berdarkan the 1993 Convention for the


Conservation of Southern Bluefin Tuna adalah organisasi antar
pemerintah yang bertanggung jawab atas pengelolaan tuna sirip
biru selatan sepanjang distribusinya.
 Anggota CCSBT ada 8 negara  Indonesia ikut serta sejak tgl 8
April 2008 dg Perpres No. 109 Tahun 2007.
 Tujuan CCSBT adalah memastikan, melalui pengelolaan yang tepat,
konservasi dan pemanfaatan optimum tuna sirip biru selatan.
 CCSBT bertanggung jawab menetapkan total allowable catch dan
alokasinya di antara para anggota;
 Bertindak sebagai koordinator untuk kegiatan anggota terkait dengan
perikanan SBT, termasuk kegiatan menanggulangi masalah IUU
fishing.
*) https://www.ccsbt.org/
13
Western & Central Pacific Fisheries
Commission (WCPFC)*

WCPFC didirikan bdsrk the 1994 Convention for the


Conservation and Management of Highly Migratory Fish
Stocks in the Western and Central Pacific Ocean yg
berlaku sejak 19 June 2004.
 Anggota WCPFC 25 negara 
Status Indonesia sebagai
Cooperating non Member sejak
2004 . Pokja sudah menyetujui
keanggotaan Indonesia pada
WCPFC dan focal point sedang
memproses lebih lanjut
keanggotaan tersebut.
 The Convention Area (Art 3)

*) https://www.wcpfc.int/
14
 Tujuan  untuk memastikan, melalui pengelolaan yang efektif,
konservasi jangka panjang dan berkelanjutan penggunaan highly
migratory fish stocks di Samudra Pasifik barat dan tengah sesuai dg
UNCLOS 1982 dan the 1995 UN Fish Stocks Agreement. .
 WCPFC berusaha untuk mengatasi masalah pengelolaan perikanan
laut lepas yang diakibatkan oleh unregulated fishing, kapitalisasi
berlebih, kapasitas armada yang berlebihan, vessel re-flagging untuk
menghindari kontrol, insufficiently selective gear, database yang tidak
dapat diandalkan dan kerjasama multilateral yang tidak mencukupi
untuk konservasi dan pengelolaan highly migratory fish stocks.

15
The Southeast Asian Fisheries
Development Center (SEAFDEC)*

SEAFDEC adalah OI antar pemerintah otonom


untuk mempromosikan pengembangan perikanan
di Asia Tenggara.

 Memiliki 11 anggota,
termasuk Indonesia
 SEAFDEC dibentuk
Desember 1967 guna
pengembangan perikanan
yang berkesinambungan
dengan Sekretariat di
Bangkok, Thailand.

*) https://enaca.org/

16
 Tujuan strategis SEAFDEC:
 mempromosikan penggunaan sumber daya perikanan secara
rasional dan berkelanjutan di wilayah ini;
 meningkatkan kemampuan sektor perikanan untuk menangani
isu-isu internasional yang sedang berkembang dan akses yang
lebih besar ke perdagangan internasional;
 mengurangi kemiskinan di kalangan masyarakat perikanan di Asia
Tenggara; dan
 meningkatkan kontribusi perikanan untuk ketahanan pangan dan
mata pencaharian di wilayah ini.

17
TERIMAKASIH

18

Anda mungkin juga menyukai