2
Menlu (2016): Indonesia tercatat turut serta dalam 236 OI, dengan
biaya/kontribusi iurannya mencapai Rp 400 milyar/tahun (2015)
Presiden Joko Widodo (2016):
o “Ini jumlah yang tidak kecil (bergabung dengan 236 organisasi
internasional). Sangat banyak. Tapi, saya ingin menekankan bahwa
keanggotaan Indonesia di organisasi-organisasi internasional harus
didasarkan pada kemanfaatan bagi kepentingan nasional kita”.
o “Jangan sampai kita ikut di organisasi internasional itu hanya untuk
formalitas, hanya karena kita terdaftar namanya saja, tetapi tidak aktif di
sana,”
Keputusan Presiden (Keppres) No. 64 tahun 1999:
o keanggotaan Indonesia pada OI diamanatkan untuk memperoleh
manfaat yang maksimal bagi kepentingan nasional, didasarkan pada
peraturan perundangan yang berlaku dan memperhatikan efisiensi
penggunaan anggaran dan kemampuan keuangan negara.
Keikutsertaan KKP dalam OI: Network of Aquaculture Centres in Asia -
Pacific (NACA), Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), Commission for the
Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), Western and Central
Pacific Fisheries Commission (WCPFC), Southeast Asian Fisheries
Development Center (SEAFDEC)
3
FAO - Fisheries and Aquaculture Department*
*) http://www.fao.org/fishery/iuu-fishing/en 10Nov17
4
IPOA-IUU Fishing
The 2001 International Plan of Action to Prevent, Deter and Eliminate
Illegal, Unreported and Unregulated Fishing
Penerapan IPOA adalah sukarela/voluntary the FAO Code of
Conduct for Responsible Fisheries (Art 2.d.).
Pendekatan:
Partisipasi dan koordinasi.
Tahapan penerapan.
Komprehensif dan terpadu.
Konservasi.
Transparan.
Non-diskriminasi.
5
(SK Menteri KP Nomor KEP. 50/MEN/2012) Indonesia National
Plan of Action (NPOA) 2012-2016
dalam rangka mencegah kerusakan smbr daya ikan, Indonesia
melakukan:
1. participation and coordination among countries by involving the
industry, fishermen communities and non-governmental
organizations;
2. implementation of the IPOA-IUU fishing;
3. integrated approach to overcome the IUU fishing problems, and
4. conserving the natural resources and the conservation of
fisheries resources.
6
PSM (Port State Measures)
The 2009 Agreement on Port State Measures to Prevent, Deter and
Eliminate Illegal, Unreported and Unregulated Fishing
Perjanjian ini bertujuan untuk mencegah penangkapan ikan secara ilegal
memasuki pasar internasional melalui pelabuhan.
Legally binding entered into force on 5 June 2016.
Peserta PSM 51 negara (18 October 2017) Indonesia meratifikasi PSM
pada 23 Juni 2016 dengan Perpres 43/2016 (negara ke 30).
7
Dasar hukum PSM:
Hukum kebiasaan internasional kapal asing tidak punya hak masuk
ke perairan pedalaman dan pelabuhan negara pantai, kecuali force
majeure atau dalam keadaaan bahaya (distress).
KHL 1982 yurisdiksi negara pelabuhan
FAO Compliance Agreement Agreement to Promote Compliance with
International Conservation and Management Measures by Fishing
Vessels on the High Seas (24 November 1993)
Agreement for the Implementation of the Provisions of the United
Nations Convention on the Law of the Sea of 10 December 1982 relating
to the Conservation and Management of Straddling Fish Stocks and
Highly Migratory Fish Stocks (4 December 1995)
Soft law the 1995 FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries.
PSM mrpk persyaratan yang ditetapkan atau intervensi yang dilakukan oleh
negara pelabuhan yang harus dipatuhi oleh kapal penangkap ikan asing atau
dikenakan sebagai syarat untuk penggunaan pelabuhan di negara
pelabuhan.
Kapal yang diizinkan memasuki pelabuhan dapat dikenai pemeriksaan yang
dilakukan sesuai dengan standar yang sama.
8
Kapal yang dicurigai terlibat dalam IIU fishing dapat ditolak masuk ke
pelabuhan, atau diizinkan masuk hanya untuk tujuan inspeksi, dan
tidak diizinkan untuk menjual hasil tangkapannya, menolak mengisi
bahan bakar atau mendapatkan kebutuhan lainnya.
National PSM mencakup:
requirements related to prior notification of port entry,
use of designated ports,
restrictions on port entry and landing/transhipment of fish,
restrictions on supplies and services,
documentation requirements and
port inspections, as well as related measures, such as IUU vessel
listing, trade-related measures and sanctions.
9
Network of Aquaculture Centres in Asia-
pacific (NACA)*
*) https://enaca.org/ 10
The Indian Ocean Tuna Commission
(IOTC)*
11
Empat fungsi utama IOTC:
meng-update informasi ttg keadaan stok, statistik tangkapan, dan
data lainnya yg relevan dg upaya konservasi dan pengelolaan stok;
mengkoordinasikan kegiatan riset dan pengembangan stok dan
kegiatan perikanan yg dicakup IOTC, dan kegiatan lainnya seperti
transfer teknologi, training dan peningkatan kapasitas;
berdasarkan bukti ilmiah, menetapkan Conservation and
Management Measures (CMM) untuk memastikan tercapainya
kegiatan konservasi dan mempromosikan tujuan pemanfaatan
optimal stok di seluruh Kawasan;
meninjau aspek ekonomi dan sosial kegiatan perikanan yang
tercakup dlm Perjanjian, khususnya kepentingan negara pantai
yang sedang berkembang.
Dengan keempat fungsi utamanya tersebut, IOTC dapat
memasukkan masalah IUU fishing.dalam agenda kegiatannya.
12
The Commission for the Conservation of
Southern Bluefin Tuna (CCSBT)*
*) https://www.wcpfc.int/
14
Tujuan untuk memastikan, melalui pengelolaan yang efektif,
konservasi jangka panjang dan berkelanjutan penggunaan highly
migratory fish stocks di Samudra Pasifik barat dan tengah sesuai dg
UNCLOS 1982 dan the 1995 UN Fish Stocks Agreement. .
WCPFC berusaha untuk mengatasi masalah pengelolaan perikanan
laut lepas yang diakibatkan oleh unregulated fishing, kapitalisasi
berlebih, kapasitas armada yang berlebihan, vessel re-flagging untuk
menghindari kontrol, insufficiently selective gear, database yang tidak
dapat diandalkan dan kerjasama multilateral yang tidak mencukupi
untuk konservasi dan pengelolaan highly migratory fish stocks.
15
The Southeast Asian Fisheries
Development Center (SEAFDEC)*
Memiliki 11 anggota,
termasuk Indonesia
SEAFDEC dibentuk
Desember 1967 guna
pengembangan perikanan
yang berkesinambungan
dengan Sekretariat di
Bangkok, Thailand.
*) https://enaca.org/
16
Tujuan strategis SEAFDEC:
mempromosikan penggunaan sumber daya perikanan secara
rasional dan berkelanjutan di wilayah ini;
meningkatkan kemampuan sektor perikanan untuk menangani
isu-isu internasional yang sedang berkembang dan akses yang
lebih besar ke perdagangan internasional;
mengurangi kemiskinan di kalangan masyarakat perikanan di Asia
Tenggara; dan
meningkatkan kontribusi perikanan untuk ketahanan pangan dan
mata pencaharian di wilayah ini.
17
TERIMAKASIH
18