Anda di halaman 1dari 29

Tatalaksana Konjungtiva Viral

Kloramfenikol tetes
sebanyak 1 tetes 6
kali sehari atau • Infeksi
salep mata 3 kali bakteri
sehari selama 3
hari.

Flumetolon tetes
mata dua kali
sehari selama 2 • alergi
minggu.

Kloramfenikol tetes mata 0,5-1%


sebanyak 1 tetes tiap jam dan
suntikan pada bayi diberikan
50.000 U/kgBB tiap hari sampai
tidak ditemukan kuman GO pada• Gonore
sediaan apus selama 3 hari
berturut-tu

Salep Acyclovir • Viral


3%, 5 kali sehari
selama 10 hari.
2. Episklaritis
• Belum diketahui, mungkin
Etiologi reaksi hipersensitifitas

• Mata terasa kering


• Mengganjal Tatalaksana
• Radang
• Konjungtiva kemotik
• sakit mata dengan
Gejala rasa nyeri atau sensasi
terbakar
• Mata merah pada
bagian putih mata
• Tidak mempengaruhi
visus

• Simple
Klasifikasi • Nodular
Keratitis
Anamnesis

• Gejala sakit ringan sampai berat


• Silau
• Mata berair & kotor
Etiologi
• Lesi dikornea
Virus, bakteri (pneumococcus, • Penglihatan berkurang
staphylococcus, streptococcus),
jamur, protozoa,devisit Pemeriksaan fisik & penunjang
A,konjungtivitis menahun,
Pemakaian kortikosteroid, Herpes Keratitis Superfisial : mengenai
genital, Imun turun,Trauma kornea di depan membran bowman,
di bawah epitelial kornea,
Talak -uji fluoresensi (+), uji plasido (+)
-uji fluoresensi (-), uji plasido (+)
Antibiotik, air mata buatan, Keratitis profunda : didalam stroma
analgetik, kortikosteroid, sikoplegik -uji fluoresensi (-), uji plasido (-)
Non-Infeksi

Ulkus Kornea •

Bahan kimia
Radiasi atau suhu
• Defisiensi vitamin A
• Obat-obatan (kortikosteroid,
idoxiuridine, anestesi topikal,
immunosupresif)
Infeksi • Trauma
• Infeksi Bakteri: P. aeraginosa,
Streptococcus pneumonia dan
spesies Moraxella merupakan Non –
penyebab paling sering. infeksi
• Infeksi Jamur: disebabkan oleh Infeksi
Candida, Fusarium, Aspergilus, Etiologi
Cephalosporium dan spesies
mikosis fungoides.
• Infeksi virus : virus herpes simplex
• Acantha-moeba sering terjadi
pada pengguna lensa kontak
lunak.
Patofisiologi
Badan kornea,
Proses infiltrasi dan
Wandering cell dan sel-
vaskularisasi dari
sel lain yang terdapat
Infeksi limbus baru akan
dalam stroma kornea,
terjadi 48 jam
segera bekerja sebagai
kemudian.
makrofag,

Infiltrasi dari sel-sel


mononuklear, sel Dilatasi pembuluh
Tampak sebagai injeksi
plasma, leukosit darah yang terdapat di
perikornea
polimorfonuklear limbus
(PMN)

Infiltrat
tampak sebagai bercak
berwarna kelabu, keruh Kerusakan epitel Ulkus kornea
dengan batas-batas tak
jelas dan permukaan
tidak licin
Manifestasi Klinis
Gejala subjektif:
• Eritema pada kelopak mata dan
KLASIFIKASI konjungtiva
• Sekret mukopurulen
• Ulkus Kornea bakterialis
• Ulkus Kornea fungi • Merasa ada benda asing di mata
Ulkus Kornea • Ulkus Kornea virus • Pandangan kabur
• Ulkus Kornea achanta-moeba • Mata berair
Sentral
• Bintik putih pada kornea
• Silau
• Nyeri
• Ulkus marginal Gejala objektif:
• Ulkus meroon
Ulkus Kornea • Injeksi silier
Perifer • Hilangnya sebagian kornea dan
adanya infiltrat
• Hipopion
Pemeriksaan
Oftalmologi
KOMPLIKASI
injeksi siliar

Kebutaan
Prolaps iris parsial atau
infiltrat komplit
Sikatrik karena
kornea endoftalmi
Katarak tis

jaringan kornea disertai


adanya jaringan nekrotik
Glaukoma
sekunder

kasus berat dapat terjadi


iritis yang disertai hipopion
Tatalaksana Non Medikamentosa

Mencegah
penyebaran infeksi Menghindari asap
Jika memakai Jangan memegang dengan mencuci rokok, karena
lensa kontak, atau meng-gosok- tangan sesering
mungkin dan
memperpanjang
secepatnya untuk gosok mata yang
mengeringkannya proses penyem-
melepaskan-nya mera-dang
dengan handuk atau buhan luka
kain yang bersih
Terapi Medikamentosa
 Antimikrobial : antibiotik  Anti Jamur
spektrum luas berupa tetes a. Jamur berfilamen: topikal
atau injeksi subkonjungtiva . amphotericin B, Thiomerosal,
Tidak diberikan salep karna Natamicin, Imidazol;
memperlama proses b. Ragi (yeast): Amphotericin B,
penyembuhan & dapat Natamicin, Imidazol, Micafungin
enimbulkan erosi kornea 0,1% tetes mata14,15;
kembali. Contohnya :
Sulfonamide 10-30%, c. Actinomyces yang bukan jamur
Basitrasin 500 unit, Tetrasiklin sejati: golongan sulfa, berbagai
10 mg, Gentamisin 3 mg, jenis antibiotik.
Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin
3 mg, Eritromisin 0,5%,
Kloramfenikol 10 mg,
Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin
3 mg, Polimisin B 10.000 unit.
Anti Viral Anti acanthamoeba
Untuk herpes zoster -Dapat diberikan
pengobatan bersifat poliheksametilen biguanid +
simtomatik diberikan propamidin isetionat atau
streroid lokal untuk salep klorheksidin glukonat
mengurangi gejala, 0,02%.
sikloplegik, antibiotik -Dapat diberikan
spektrum luas untuk infeksi poliheksametilen biguanid +
sekunder, analgetik bila propamidin isetionat atau
terdapat indikasi serta salep klorheksidin glukonat
antiviral topika berupa salep 0,02%.
asiklovir 3% tiap 4 jam.
Trikiasis
Biasanya terjadi bersamaan :
• Trakoma
• Sikatrisial pemfigoid
• Trauma kimia biasa
• Trauma kelopak lainnya MANIFESTASI KLINIK
• Posisi tepi palpebra dapat
normal, atau jika tidak, dapat
dihubungkan dengan
entropion
• Sensasi benda asing dan iritasi
permukaan bola mata kronik.
• Abrasi kornea
• Injeksi konjungtiva
• Fotofobia
• Lakrimasi merupakan Pada
kasus yang lebih berat dapat
ditemukan ulkus kornea.
Pemeriksaan fisik
INSPEKSI FLUORESENSI
• Menggunakan slit lamp didapatkan
satu atau lebih silia tumbuh ke arah
Kertas fluoresein yang
kornea atau konjungtiva bulbi. dibasahi terlebih dahulu Penderita menutup
• Refleks blefarospasme, kongestif dengan garam fisiologik matanya selama 20
konjungtiva diletakkan pada sakus detik
konjungtiva inferior
• Fotofobia dapat terjadi apabila
kornea telah mengalami abrasi.
• Tanda dan gejala penyakit penyerta
seperti trakoma, blefaritis.
irigasi konjungtiva
dengan garam Kertas diangkat
EVERSI KELOPAK MATA fisiologik
• Dilakukan dengan mata pasien
melihat jauh ke bawah. Pasien
diminta jangan mencoba
memejamkan mata. Tarsus ditarik
ke arah orbita. Pada konjungtiva lihat permukaan kornea
dapat dicari adanya folikel, bila terlihat warna hijau
perdarahan, sikatriks dan dengan sinar biru berarti
ada kerusakan epitel
kemungkinan benda asing. kornea(+)
Tatalaksana non • (-): sulitnya menempatkan jarum
tepat pada folikel rambut yang akan
medikamentosa dirusak sehingga berisiko untuk
menyebabkan kerusakan mukosa
• Epilasi mekanik Jika hanya sedikit dan struktur sekitarnya yang
bulu mata yang terlibat, dapat akhirnya akan menyebabkan
menangani sementara. terbentuknya sikatrik yang lebih
Pertumbuhan baru biasanya dalam luas dan trikiasis yang lebih hebat.
3-4 minggu • Cryotherapy:Jika melibatkan area
• Metode Elektrolisi yaitu dengan tepi palpebra yang lebih luas, dapat
cara sebuah jarum di insersikan ke dilakukan bedah beku dengan
dalam folikel rambut dengan teknik pengrusakan folikel rambut
bantuan slit lamp atau dengan dengan menggunakan suhu yang
mikroskop. sangat dingin (nitrogen oksida).
Teknik modifikasi Ketssey’s
• Bila hampir semua bulu mata
mengalami trikiasis, maka dapat Talak Medikamentosa
dianjurkan koreksi bedah.
• Insisi horizontal dibuat sepanjang
sulkus subtarsalis, (2-3 mm diatas • Terapi medikamentosa dengan
margo palpebra) termasuk menggunakan kloramphenikol
konjungtiva dan tarsal plate. ointment dapat membantu
Bagian terbawah dari tarsal plate mencegah terjadinya kerusakan
di tempel pada margo kelopak kornea. Pada trachomatous
mata. Penjahitan matras trichiasis, dapat pula digunakan
dilakukan setelah pemotongan doxycycline sebagai terapi untuk
bagian atas dari tarsal plate dan mencegah terjadinya proses
jahitan tersebut timbul pada kulit sikatrisasi yang lebih luas
1 mm di atas margo kelopak sehingga secara tidak langsung
mata. mencegah terjadinya trikiasis.5,8
Hordeolum
MANIFESTASI KLINIS

• Gejala utama hordeolum adalah


kelopak yang bengkak dengan
rasa sakit dan mengganjal, merah
dan nyeri bila ditekan, serta
perasaan tidak nyaman dan
sensasi terbakar pada kelopak
mata
ETIOLOGI
PEMERIKSAAN FISIK OFTALMOLOGIS

• Staphylococcus aureus adalah  Ditemukan kelopak mata bengkak,


agent infeksi pada 90-95% merah, dan nyeri pada perabaan.
kasus hordeolum.  Nanah dapat keluar dari pangkal
rambut (hordeolum eksternum).
 Apabila sudah terjadi abses dapat
timbul undulasi.
DIAGNOSIS BANDING KOMPLIKASI

Selulitis
preseptal
Abses
palpebra

Selulitis
Granuloma palpebra
Kalazion
piogenik
TATALAKSANA NON MEDIKAMENTOSA
Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu
drainase. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.

Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo
yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat
proses penyembuhan. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.

Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang
lebih serius.

Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang
lebih serius.

Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.


TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA

TERAPI ORAL
• Oxytetrasiklin salep mata
atau kloramfenikol salep
SISTEMIK
mata setiap 8 jam. Apabila • Eritromisin 500 mg pada
menggunakan kloramfenikol dewasa dan anak sesuai
tetes mata sebanyak 1 tetes dengan berat badan atau
tiap 2 jam. Dikloksasilin 4 kali sehari
selama 3 hari

TERAPI
TOPIKAL
Insisi Horedeolum
Ddiberikan anestesi topikal dengan
tetes mata. Dilakukan anestesi
filtrasi dengan prokain atau lidokain
di daerah hordeolum dan dilakukan
insisi yang bila:
- Hordeolum internum dibuat
insisi pada daerah fluktuasi pus,
tegak lurus pada margo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat
insisi sejajar dengan margo palpebra.
Lakukan ekskohleasi atau kuretase
seluruh isi jaringan meradang di
dalam kantongnya dan kemudian
diberikan salep antibiotik
Dakriosisitis
ETIOLOGI

• Bakteri Gram positif Staphylococcus


aureus : penyebab utama
terjadinya infeksi pada dakriosistitis
akut
MANIFESTASI KLINIS
• Coagulase Negative-Staphylococcus
: penyebab utama terjadinya infeksi • Mata berair dan keluar kotoran
dakriosistitis kronis. • Rasa gatal, kantung air mata bengkak
dan merah namun tidak nyeri
• Bakteri Gram negatif, Pseudomonas
• Dapat disertai tanda-tanda inflamasi
sp. penyebab terbanyak terjadinya yang ringan, namun jarang disertai
dakriosistitis akut dan kronis nyeri.
• Haemophylus influenzae : • Bila kantung air mata ditekan akan
keluar sekret yang mukoid dengan
dakriosistitis akut pada anak-anak pus di daerah punctum lakrimal dan
• Staphylococcus aureus dan palpebra yang melekat satu dengan
Streptococcus β-haemolyticus : lainnya.
pada orang dewasa
Jones dye test juga
dilakukan untuk
melihat kelainan
fungsi saluran
ekskresi lakrimal
Fluorescein
Anel test merupakan
clearance test
suatu pemeriksaan
dilakukan untuk
untuk menilai fungsi
melihat fungsi
ekskresi air mata ke
saluran ekskresi
dalam rongga hidung
lakrimal

Pemfis
PATOFISIOLOGI

penumpukan air mata,


debris epitel, dan cairan
Obstruksi duktus mukus sakus lakrimalis yang 3 tahapan terbentuknya
nasolakrimalis merupakan media sekret pada dakriosistitis
pertumbuhan yang baik
untuk pertumbuhan bakteri

Tahap Sikatrik
Pada tahap ini sudah tidak Tahap Infeksi Tahap obstruksi
ada regurgitasi air mata Pada tahap ini, yang keluar Pada tahap ini, baru saja
maupun pus lagi. Hal ini adalah cairan yang bersifat terjadi obstruksi pada sakus
dikarenakan sekret yang mukus, mukopurulen, atau lakrimalis, sehingga yang
terbentuk tertahan di dalam purulent tergantung pada keluar hanyalah air mata
sakus sehingga membentuk organisme penyebabnya. yang berlebihan.
suatu kista.
KLASIFIKASI
AKUT • Lakrimasi yang berlebihan terutama
bila terkena angin. Dapat disertai
• Berhubungan dengan abses pada sakus tanda-tanda inflamasi yang ringan,
lakrimalis dan penyebaran infeksinya. namun jarang disertai nyeri. Bila
• Nyeri di daerah kantus medial (epifora) kantung air mata ditekan akan keluar
yang menyebar ke daerah dahi, orbita sekret yang mukoid dengan pus di
sebelah dalam dan gigi bagian depan. daerah punctum lakrimal dan
Sakus lakrimalis akan terlihat edema, palpebra yang melekat satu dengan
lunak dan hiperemi yang menyebar lainnya
sampai ke kelopak mata dan pasien juga
mengalami demam. Jika sakus
lakrimalis ditekan, maka yang keluar KONGENITAL
adalah sekret mukopurulen

KRONIS
• Dapat menyebabkan obstruksi
jalan napas
• mata pasien merah pada satu sisi,
• Berhubungan dengan lakrimasi bengkak pada daerah pangkal
kronis yang berlebihan dan hidung dan keluar air mata diikuti
terjadinya infeksi dan peradangan dengan keluarnya nanah terus-
pada konjungtiva. menerus, nyeri tekan.
Tatalaksana
Anak : masase kantong air mata ke arah pangkal hidung. Dapat
juga diberikan antibiotik amoxicillin/clavulanate atau cefaclor
20-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam tiga dosis dan dapat pula
diberikan antibiotik topikal dalam bentuk tetes (moxifloxacin
0,5% atau azithromycin 1%) atau menggunakan sulfonamid 4-5
kali sehari

Dewasa :dakriosistitis akut dengan kompres hangat pada daerah


sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup sering 8,17.
Amoxicillin dan chepalosporine (cephalexin 500mg p.o. tiap 6 jam)
juga merupakan pilihan antibiotik sistemik yang baik untuk orang
dewasa. Analgesik oral (acetaminofen atau ibuprofen) atau dengan
pemberian antibiotik secara intravena, seperti cefazoline tiap 8 jam.
Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi dan drainase.

Dewasa : Dakriosistitis kronis pada orang dewasa dapat


diterapi dengan cara melakukan irigasi dengan antibiotik.
Sumbatan duktus nasolakrimal dapat diperbaiki dengan cara
pembedahan jika sudah tidak radang lagi.
Komplikasi

Abses
kelopak
mata

Selulitis
Ulkus
orbita
3. KONJUGTIVITIS

-Staphylococcus - Herpes simplex -Chlamydia

Jamur
BAKTERI

VIRUS
Aureus -Varicella zooster
-Streptococcus
Pneumonia
-hemophilus
influenza
-Escheria Coli
-Corynebacterium
diptheriae
BLEFARITIS
BAKTERI
Streptococcus
Pneumococcus
Pseudomonas
Staphylococcus

VIRUS
Herpes zooster
Herpes simplex

JAMUR
Candida
Actinomyces
Nocardia
ULKUS KORNEA
• Streptococcus alfa hemolitik

Bakteri • Streptococcus beta hemolitik


• Staphylococcus Aureus
• dll

• Candida albigans
Jamur • Fusarium solani
• Aspergilus,sp

• Herpes simplex
Virus • Herpes zooster
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai