Referat
- SEGMEN CERVIKAL 8
- SEGMEN TORAKAL 12
- SEGMEN LUMBAL 5
- SEGMEN SACRAL 5
- SEGMEN COCCYGEAL 1
SARAF SPINALIS
KELUAR ANTARA ATLAS &
OS.OKSIPITAL
4
Anatomi medula
spinalis
5
TABEL : TRACTUS ASCENDENS, DESCENDENS dan
ASCENDENS+DESCENDENS
FUNICULUS ASCENDENS DESCENDENS ASCENDENS+DE
SCENDENS
6
TABEL : TRACTUS ASCENDENS, DESCENDENS dan
ASCENDENS+DESCENDENS
FUNICULUS ASCENDENS DESCENDENS ASCENDENS+DE
SCENDENS
1. Fasciculus 1. Fasciculus
Gracilis Propius
2. Fasciculus Posterior
POSTERIOR
Cuneatus 2. Fasciculus
Interfascicularis
Propius (A,B,C,D)
Keterangan :
A = Coma Schultze
B = Tractus Septomarginalis (T bawah)
C = Area Ovalis Flechsig (L)
D = Trigonum Philipe Gombault (S)
7
9
Tractus ascendens
1
0
Motor
pathway
(Sumber:
Anatomi
klinik)
Klasifikasi menurut ASIA 1
Grade A 4
Hilangnya seluruh fungsi motorik dan sensorik dibawah
tingkat lesi
Paraplegia
Quadriplegia
1
Manifestasi klinis 6
• Antara C1 sampai C5 Manifestasi Klinis
Respiratori paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien meninggal
• Antara C5 dan C6
Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan fleksi siku
yang lemah; kehilangan refleks brachioradialis
• Antara C6 dan C7
Paralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan bahu dan fleksi siku
masih bisa dilakukan; kehilangan refleks bisep
• Antara C7 dan C8
Paralisis kaki dan tangan
• C8 sampai T1
Horner's syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis), paralisis
kaki
• Antara T11 dan T12
Paralisis otot-otot kaki di atas dan bawah lutut
• T12 sampai L1
Paralisis di bawah lutut
• Cauda equina
Hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri dan usually
pain and hyperesthesia, kehilangan control bowel dan bladder
• S3 sampai S5 atau conus medullaris pada L1
Kehilangan kontrol bowel dan bladder secara total
1
Etiologi 8
Trauma Non-
Trauma
1
Mekansime cedera MS 9
Mekanisme terjadinya dikarenakan :
A. Fraktur vertebra/dislokasi.
B. Luka penetrasi/tembus.
C. Perdarahan epdirual/subdural.
D. Trauma tidak langsung.
E. Trauma intramedular/kontusio.
Terdapat bintik bintik kecil pada permukaan tulang, tapi tidak terlihat fraktur.
Jadi foto ini hanya memperlihatkan hiperfleksi soft tissue injury.
Pemerksaan Penunjang
• MRI :untuk
mengidentifikasi
kerusakan syaraf
spinal, edema dan
kompresi
Terlihat Luka tusuk
3
Diagnosa banding 5
GBS
Paralisis flaksid
3
6
PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATA-
LAKSANAAN TRAUMA SPINAL
1.Immobilisasi
2.Stabilisasi Medis
3.Mempertahankan posisi normal
vertebra (”Spinal Alignment”)
4.Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
5.Rehabilitasi.
Konsensus manajemen di UGD 3
Tindakan darurat mengacu pada :
7
1. A (AIRWAY) Menjaga jalan nafas tetap lapang
2. B (BREATHING) Mengatasi gangguan pernafasan, kalau perlu lakukan intubasi endotrakheal
(pada cedera medulla spinalis servikal atas) dan pemasangan alat bantu nafas supaya
oksigenasi adekuat.
3. C (CIRCULATION) Memperhatikan tanda-tanda hipotensi, terjadi karena pengaruh pada sistem
saraf ortosimpatis. Harus dibedakan antara :
a. Syok hipovolemik (hipotensi , tachycardia, ektremitas dingin / basah. ). Tindakan – berikan
cairan kristaloid (NaCl 0,9 % / Ringer Laktat). Kalau perlu dengan koloid (misal Albumin 5%)
b. Syok neurogenik (hipotensi , bradikardia , ekstremitas hangat / kering), pemberian cairan tidak
akan menaikkan tensi (awasi edema paru) makau harus diberi obat vasopressor:
Dopamine untuk menjaga MAP>70
Bila perlu adrenalin 0,2 mg s.k
Dan boleh diulangi 1 jam kemudian
* Cairan yang diberikan kristaloid (NaCl 0,9 % / Ringer Laktat) atau koloid (mis : Albumin 5%)
3
Medikamenstosa 8
MP: Berikan metil prednisolon : dosis 30 Mg/ Kgbb, IV
perlahan-lahan selama 15 menit. Metil prednisolon
mengurangi kerusakan membran sel yang
berkontribusi pada kematian neuron, mengurangi
infalamasi dan menekan aktifitas sel-sel imun yang
mempunyai kontribusi serupa pada kerusakan neuron
dan peningkatan sekunder asam arakidonat
mencegah peroksidasi lemak pada membran sel.
Diazepam spastisitas otot
Analgetik NSAID
Antidepressan trisiklik
3
Komplikasi 9
4
Prognosis 0
Pasien dengan cedera medula spinalis komplet
hanya mempunyai harapan untuk sembuh
kurang dari 5%. Jika kelumpuhan total telah
terjadi selama 72 jam, maka peluang untuk
sembuh menjadi tidak ada