Fika Rachmaniar Efriani 21080117130052 Agung Santoso 21080117140045 Annisa Sila Puspita 21080117140047 Dio Aditya Pratama 21080117140053 Priscilla Aryani Putri 21080117140054 Andika Tiara Putra 21080117140071 Sri Wahyu Ningsih 21080115120007 Tanah dapat terbentuk apabila tersedia bahan asal (bahan induk) dan faktor yang mempengaruhi bahan asal. Bahan asal atau bahan induk terbentuknya tanah dapat berupa mineral, batuan, dan bahan organik. Sedangkan faktor yang mengubah bahan asal menjadi tanah berupa iklim dan organikme hidup. Terbentuknya tanah tersebut tentunya memerlukan suatu tempat (relief) tertentu dan juga memerlukan waktu yang cukup lama. faktor pembentuk tanah yang paling dominan adalah faktor iklim. Bahan induk, organikme hidup, dan relief keberadaannya dipengaruhi oleh iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah sering disebut dengan istilah Pelapukan (Weathering). Bahan induk Tanah yang berasal dari bebatuan beku asam dan batu-pasir yang melapuk sangat lambat akan bertekstur berpasir kasar dengan liat yang didominasi tipe 1 : 1 kaolinit dan berkejunahan-basa rendah >> tanah miskin. Jika berasal dari bebatuan beku basa dan bebatuan sedimen >> mudah lapuk >> bertekstur halus dengan liat yang didominasi 2 : 1 montmorrilonit dan berkejenuhan basa tinggi >> tanah relatif subur. Topografi Pengaruh topografi dalam pembentukan tanah,yaitu : Jumlah air hujan yang dapat meresap/disimpan oleh assa tanah Kedalaman air tanah Besarnya erosi air yang dapat terjadi Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah Proses Pelapukan Proses pembentukan tanah diawali oleh pelapukan yang merupakan proses perubahan batuan induk dan bahan induk lainnya kea rat bentuk-bentuk yang lebih stabil. Proses ini merupakan awal pembentukan tanah. Pelapukan dapat terjadi secara fisik, kimia, biologi. 1. Pelapukan fisik, adalah perubahan batuan atau mineral menjadi bentuk yang lebih kecil tanpa mengubah susunan kimia dan mineraloginya. Pelapukan fisik ini terjadi akibat pengaruh variasi suhu dan kelembaban batuan. Variasi ini akan mengakibatkan retakan-retakan dan pecahan menjad partikel yang lenih kecil dan pada akhirnya akan menjadi tanah. 2. Pelapukan biologi, sebagai akibat pertumbuhan tumbuhan tingkat rendah yaitu lumut dan ganggang. Perakaran tumbuhan tingkat tinggi yang telah berjangkar pada batu batuan juga akan menyebabkan pelapukan biologi melalui eksudasi asam-asam organic dari aktivitas perakarannya. 3. Pelapukan kimia, merupakan perubahan batuan menjadi batuan yang komposisi kimia dan atau mineraloginya berbeda dengan keadaan asal.pelapukan kimia merupakan proses transformasi batuan atau mineral menjadi bentuk ion-ion yang lebih stabil, dimana proses ini berjalan lambat. Pelapukan kimia berlangsung dalam 3 tahap : Hilangnya mineral dan batuan Perilaku atau perubahan mineral dalam batuan Pembentukan bahan baru hasil pelapukan Sistem Klasifikasi Tanah adalah suatu sistem penggolongan yang sistematis dari jenis–jenis tanah yang mempunyai sifat–sifat yang sama ke dalam kelompok– kelompok dan sub kelompok berdasarkan pemakaiannya (Das,1995). Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum mengelompokan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi dan sebagainya (Bowles, 1989). Pada tahun 1960, United State Department of Agriculture (USDA) memperkenalkan sistem klasifikasi tanah yang baru yang disebut Comprehensive System atau Soil Taxonomy. Sistem klasifikasi tanah ini lebih banyak menekankan pada morfologi dan kurang menekankan pada faktor-faktor pembentuk tanah. Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur tanah, distribusi ukuran butir dan plastisitas tanah menurut USDA,adalah : a. Pasir : ukuran butiranantara 2,0 – 0,05 mm b. Lanau : ukuran butiran 0,05– 0,002 mm. c. Lempung : ukuran butiran < 0,002 mm 1. Alfisol 6. Gelisol 2. Mollisol 7. Histosol 3. Andisol 8. Inceptisol 4. Aridisiol 9. Oxizol 5. Entisol 10. Spodosol Tanah Alfisol merupakan tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan pergerakan air. Ciri utama dari tanah alfisol adalah adanya akumulasi liat di horizon B yang jumlanya memenuhi syarat horizon agrilik, atau kandik. Dalam banyak pola, Alfisol digambarkan dengan adanya perubahan tekstur yang sangat pendek di kenal dalam taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural Change (Foth, 1998). Tanah Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm dan berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%,kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering..Ciri utama dari tanah Mollisols yaitu mempunyai lapisan permukaan yang berwarna gelap dan mengandung bahan organik yang tinggi. 3. Andisol Menurut Hardjowigeno (1993) menyatakan bahwa tanah andisol adalah tanah yang berkembang dari abu vulkanik seperti abu alofan, batu apung, lava, bahan vulkanik plastik yang koloidnya didominasi oleh mineral alofan imogolit atau kompleks al- humus. Sedangkan menurut Darmawijaya (1990), andisol merupakan tanahh yang berwarna hitam kelam, sangat porous, mengandung bahan organik dan tipe liat amorf, terutama alofan (allophane) serta sedikit silikat dan alumina atau hidroksida besi. Tanah aridisol merupakan jenis tanah yg memiliki tinggkat kelembaban tanah yg sangat arid (sangat kering). Karena kurangnya air menyebabkan reaksi fisik,kimia dan biologi terjadi sangat lambat pada tanah jenis ini. Tanah jenis ini memiliki sifat yang hampir sama dengan induknya. Tanah aridisol memiliki kandungan organik yg rendah. 5. Entisol Entisol adalah tanah yang baru terbentuk dengan perkembangan profil tanah minimal. Tanah yang termasuk Entisol merupakan tanah yang masih muda (baru tingkat permulaan dalam perkembangan). Entisols dapat dijumpai pada bahan induk tanah dengan kondisi iklim berlainan. Tidak ada horizon penciri lain kecuali epipedon okrik, albik atau histik. Adalah tanah-tanah pada daerah yang sangat dingin. Terdapat permafrost, yaitu lapisan bahan membeku permanen terletak diatas solum tanah, sampai kedalaman 2 meter dari permukaan tanah. Penyebaran gelisol terbatas hanya pada daerah kutub utara (Kanada, Rusia, Alaska) atau daerah sekitar puncak gunung yang tinggi dan bersalju. Luas tanah ini adalah sekitar 9% dari luas permukaan bumi. Dengan suhu tanah yang sangat rendah, proses pembentukan tanah berjalan sangat lambat. Produktivitas tanah rendah dan ditumbuhi oleh rerumputan atau lumut. 7. Histosol Tanah Histosol merupakan tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Histosol terbentuk apabila produksi dan penimbunan bahan organik lebih besar dari mineralisasinya yang biasa terdapat di daerah – daerah yang selalu digenangi air sehingga sirkulasi oksigen sangat terhambat. Karakteristik tanah inceptisol antara lain memiliki solum tanah agak tebal yaitu 1-2 meter, warnanya hitam sampai coklat tua, struktur tanahnya remah konsistensinya gembur memiliki pH 5,0-0,7 , teksturnya debu,lempung berdebu, bahkan lempung, memiliki kandungan unsur hara dari sedang hingga tinggi, produktivitas tanahnya dari sedang sampai tinggi, memiliki kandungan bahan organik cukup tinggi yaitu antara 10%-30% . 9. Oxisol Tanah oxisol adalah tanah tua yang memiliki kesuburan rendah. Biasa ditemukan di kemiringan lapisan geologi tua di daerah tropis dan subtropis. Oxisol banyak mengandung kwarsa, kaolinit, oksida, dan bahan organik. Ciri dari tanah spodosol adalah adanya lapisan spodic, yaitu campuran antara zat organik dan alumunium, dengan atau tanpa besi, yang terakumulasi. Pada tanah sopodosol yang belum terjamah, biasanya terdapat lapisan eluvial di lapisan paling atas, umumnya berwarna abu-abu atau abu-abu cerah mirip kwarsa yang sudah diolah Spodosol ada di wilayah yang dingin dan beriklim lembab. Tanah ini terbentuk dalam keadaan panas di daerah tropis yang lembab dan dalam keadaan hangat di wilayah lembab, di daerah dengan kandugan kwarsa yang tinggi dan mempunyai air tanah yang jumlahnya berubah-ubah. 11. Ultisol Kata ultisol sendiri berasal dari kata "ultimus" yang artinya terakhir dan "sola" artinya tanah. Dengan demikian ultisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan lanjut dan hal tersebut memperlihatkan pencucian intensif dan paling akhir serta mempunyai lapisan yang mengandung akumulasi liat Tanah vertisol umumnya terbentuk dari bahan sedimen yang mengandung mineral smektite dalam jumlah tinggi, di daerah datar, cekungan hingga berombak. Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis.