Anda di halaman 1dari 30

Om Swastyastu

Kelompok 5
1. Ni Putu Ayu Fitry Swandewi (05)
2. Ni Made Damayanti (10)
3. I Nyoman Giri Kusuma (15)
4. I Wayan Laksamana Putra Adinatha (20)
5. Kade Ratih Kusuma Dewi (25)
6. Ni Made Trisya Puspita Devi (30)
7. I Made Yoga Wiratama Putra (35)
8. Ni Wayan Arindra Putri (37)
Peta Konsep

Pengertian Pajak Kasus Tentang


Pajak

Unsur-Unsur
Pengertian Pajak
Asas-Asas Pajak

Fungsi Pajak
Undang-Undang Pajak

Manfaat Pajak Syarat Pajak

Jenis Pajak
Pengertian Pajak

Menurut Undang-
Secara Umum
Undang

Menurut Para
Ahli
Secara Umum

Pajak adalah iuran wajib atau pungutan yang dibayar


oleh wajib pajak (orang yang bayar pajak) kepada pemerintah
berdasarkan Undang-Undang dan hasilnya digunakan unutk
membiayai pengeluaran umum pemerintah dengan tanpa balas
jasa yang ditunjukan secara langsung.
Menurut Undang-Undang

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang


perpajakan. Dimana dijelaskan bahwa pajak merupakan
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Menurut Para Ahli

Leroy Beaulieu

Adriani

Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH

Horace Brock

Rifhi Siddiq
Leroy Beaulieu
Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang
dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk
menutup belanja pemerintah.
Adriani
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Horace Brock

Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke


sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa
mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah
dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Rifhi Siddiq

Pajak adalah iuran yang dipaksakn pemerintahan suatu negara


dalam periode tertentu kepada wajib pajak yang bersifat wajib dan harus
dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara dan bentuk balas jasanya
tidak langsung.
Unsur-Unsur Pengertian Pajak

1. Pajak dipungut harus berdasarkan peraturan Undang-Undang dan


peraturan pelaksanaannya.
2. Pajak digunakan sebagai keperluan pembiayaan umum pemerintah
(pembiayaan rumah tangga negara) dalam menjalankan dan
menyelesaikan fungsi pemerintahan.
3. Tidak diperuntukan untuk menerima imbalan atau ada kontra prestasi
individual oleh pemerintah.
4. Sifat pajak dapat dipaksakan, dimana disebabkan pada suatu kejadian,
keadaan dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada
seseorang.
5. Pungutan pajak dilakukan oleh negara (baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah).
Fungsi Pajak

Fungsi Budgeter
(Sumber Utama Kas Negara)

Fungsi Alokasi
(Sumber Pembiayaan Pembangunan)

Fungsi Distribusi
(Alat Pemerataan Pendapatan)

Fungsi Regulasi
(Alat Pengatur Kegiatan Ekonomi)
Fungsi Budgeter
(Sumber Utama Kas Negara)

Pajak sangat diandalkan sebagai sumber utama penerimaan


pemerintah yang berasal dari dalam negeri. Hal ini terlihat di
dalam APBN karena pajak merupakan penyumbang terbesar
bagi petted maan negara.

Fungsi Alokasi
(Sumber Pembiayaan Pembangunan)

Pajak yang sudah dihimpun oleh negara untuk mengisi kas


negara (budgeter) tidak dibiarkan begitu saja mengendap di kas
negara. Akan tetapi, harus dialokasikan untuk pembiayaan
pembangunan di segala bidang.
Fungsi Distribusi
(Alat Pemerataan Pendapatan)
Pajak yang dipungut pemerintah dari wajib pajak digunakan untuk
membiayai pembangunan di segala bidang. Penggunaan pajak untuk biaya
pembangunan harus merata ke seluruh pelosok tanah air sehingga seluruh
warga masyarakat, baik kaya maupun miskin, dapat menikmati hasil
pembangunan yang dibiayai dari pajak tersebut.
Fungsi Regulasi
(Alat Pengatur Kegiatan Ekonomi)
Melalui pajak, pemerintah dapat mengatur kegiatan ekonomi.
Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat menetapkan pajak yang tinggi,
misalnya untuk mengatasi tingkat inflasi. Begitu juga jika pemerintah melihat
perekonomian cenderung mengalami penurunan (kelesuan), pemerintah
dapat melakukan kebijakan pajak rendah. Dengan pajak rendah, para
pengusaha akan termotiyasi untuk meningkatkan inyestasinya. Jika investasi
meningkat, kesempatan kerja akan semakin lugs dan produksi akan
meningkat. Pada akhirnya, akan tercapai pertumbuhan ekonomi i yang cukup
tinggi dan kemakmuran masyarakat meningkat, serta perekonomian menjadi
stabil. Fungsi regulasi pajak string disebut fungsi stabilisasi.
Manfaat Pajak
1. Membiayai Pengeluaran Negara. Pajak memiliki manfaat dengan
membiayai pengeluaran negara yang bersifat self liquiditing,
contohnya pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor.
2. Membiayai Pengeluaran Produktif. Pajak dapat membiayai
pengeluaran produktif dimana pengeluaran produktif adalah
pengeluaran yang memberikan keuntungan ekonomis bagi
masyarakat seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian.
3. Membiayai pengeluaran yang bersifat self liquiditing dan tidak
reproduktif yang contohnya adalah pengeluaran untuk pendirian
monumen dan objek rekreasi.
4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif dimana contohnya
adalah pengeluaran untuk membiayai pertahanan negara atau
perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan
datang yaitu pengeluaran bagi yatim piatu.
Jenis Pajak
Berdasarkan :
Pajak Langsung
Pihak yang Menanggung (Direct Tax)
Pajak Tidak Langsung
(Indirect Tax)

Lembaga Pemungut Pajak Negara

Pajak Daerah

Lembaga Sifatnya Pajak Subjektif

Pajak Objektif

Lembaga Asalnya Pajak Dalam Negeri

Pajak Luar Negeri


Pihak yang Menanggung

Pajak Langsung (Direct Tax)

Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan secara berkala


terhadap seseorang atau badan usaha berdasarkan ketetapan pajak.
Pajak langsung dipikul sendiri oleh wajib pajak.
Contoh :
1. pajak penghasilan
2. pajak bumi dan bangunan

Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)

Pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan atas perbuatan


atau peristiwa. Pemungutan pajak itu dipungut tanpa surat
penetapan pajak dan bisa dialihkan pada pihak lain.
Contoh :
1. pajak pertambahan nilai
2. pajak penjualan
Lembaga Pemungut

Pajak Negara
Pajak negara adalah pajak yang pemungutannya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat.
Contoh :
1. pajak penghasilan
2. pajak tambahan nilai barang dan jasa dari pajak penjualan atas
barang mewah.

Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah,
baik oleh daerah tingkat I maupun oleh pemerintah daerah tingkat
II. Pajak daerah digunakan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai rumah tangganya.
Contoh :
1. pajak pemotongan hewan 4. pajak kendaraan
2. pajak radio 5. pajak bermotor
3. pajak reklame 6. pajak hiburan
Sifatnya

Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya


(wajib pajak).
Contoh :
1. pajak penghasilan
2. pajak bumi dan bangunan

Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang dipungut berdasarkan objeknya


tanpa memperhatikan wajib pajak.
Contoh : pajak penjualan dan cukai.
Asalnya

Pajak Dalam Negeri

Pajak dalam negeri adalah pajak yang dipungut terhadap wajib


pajak (setiap Warga Negara Indonesia) yang tinggal di Indonesia

Pajak Luar Negeri

Pajak luar negeri adalah pajak yang dipungut terhadap orang –


orang asing yang mempunyai penghasilan di Indonesia
Syarat Pajak

1. Adil (Syarat Pajak Keadilan)

2. Berdasarkan Undang-Undang (Syarat Pajak Yuridis)

3. Tidak Menggangu Perekonomian (Syarat Pajak Ekonomis)

4. Harus Efisien (Syarat Pajak Finansial)

5. Sistemnya Harus Sederhana


1. Adil (Syarat Pajak Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai keadilan,


maka dalam undang-undang dan pelaksanaan pemungutan
pajak harus adil. Adil dalam perundang-undangan yaitu
mengenakan pajak secara umum dan merata. Hal ini
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan
adil dalam pelaksanaan yaitu dengan memberikan hak bagi si
wajib pajak untuk mengajukan keberatan pembayaran,
penundaan pembayaran dan mengajukan banding kepada
Majelis Pertimbangan Pajak.
2. Berdasarkan Undang-Undang (Syarat Pajak Yuridis)

Syarat pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-


undang, oleh karenanya di Indonesia dimuat dalam UUD 1945.
Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan,
baik itu bagi negara maupun warga negara.

3. Tidak Menggangu Perekonomian (Syarat Pajak Ekonomis)

Salah satu syarat pemungutan pajak ialah tidak boleh


mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan,
sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
4. Harus Efisien (Syarat Pajak Finansial)

Syarat pemungutan pajak salah satunya yaitu harus efisien


sesuai dengan fungsi budgeter, biaya pemungutan pajak harus
dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistemnya Harus Sederhana

Salah satu dari Syarat pemungutan pajak yaitu sistem


pemungutannya harus sederhana, sehingga memudahkan dan
mendorong masyarakan dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Syarat pemungutan pajak ini dipenuhi oleh
undang-undang perpajakan yang baru.
Undang-Undang Pajak

1. UU RI No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan


Tata Cara Perpajakan
2. UU RI No. 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan
3. UU RI No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
4. UU RI No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai
5. UU RI No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan
6. UU RI No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
7. UU RI No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa
Asas-Asas Pajak

Dalam setiap pemungutan pajak, hams diperhatikan


prinsip¬prinsip atau asas-asas pemungutan pajak yang
mengacu kepada prinsip pentungutan pajak. Menurut Adam
Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang
terkenal ”The Four Maxims” asas pemungutan pajak tersebut,
yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip Kesamaan (Equality)


Pemungutan pajak harus adil disesuaikan
dengan kemampuan wajib pajak. Bagi perusahaan
besar dikenakan pajak yang tinggi, sedangkan bagi
perusahaan kecil dikenakan pajak yang rendah.
3. Prinsip Kepastian (Certainty)
Dalam pemungutan pajak harus jelas, tegas, dan
pasti sehingga dipahami wajib pajak. Hal ini akan
memudahkan dalam perhitungan dan pengadministrasian.
4. Prinsip Kelayakan (Convenience)
Pemungutan pajak jangan sekali-kali
memberatkan wajib pajak. Misalnya, seseorang yang
sedang mengalami kerugian usaha sebaiknya tidak
dibebani pajak tinggi sehingga usahanya dapat
dipertahankan.
5. Prinsip Ekonomi (Economic)
Dalam melak-sanakan pemungutan pajak,
hendaknya diperhatikan prinsip ekonomi. Artinya, harus
mempertimbangkan bahwa biaya pemungutan tidak
melebihi hasil pemungutan pajak.
Berdasarkan asas pemungutan pajak yang dikemukakan
Adam Smith, Indonesia menganut asas pemungutan pajak yang
hampir sama, yaitu sebagai berikut.
1. Asas hukum (yuridis), yaitu pemungutan pajak hams jelas dan
berdasarkan aturan atau Undang-Undang yang berlaku.
2. Asas falsafah hukum, yaitu pemungutan pajak harus adil
sesuai dengan teori daya pikul (ability to pay) yang
dikemukakan Adam Smith atau disesuaikan dengan
kemampuan wajib pajak.
3. Asas ekonomis, yaitu pemungutan pajak jangan sampai
memberatkan wajib pajak.
4. Asas finansial, yaitu pemungutan pajak hams memerhatikan
efisiensi bahwa biaya pemungutan lebih rendah daripada hasil
pemungutan pajak.
5. Prinsip elastisitas, dalam penetapan pajak pendapatan hams
peka terhadap perubahan pendapatan yang terjadi.
Kasus Tentang Pajak
Gayus Tambunan (Mantan Pegawai Ditjen Pajak) dengan kasus
menyalahgunakan wewenang saat menangani keberatan pajak Rp. 570,92 juta.
Memiliki rekening dengan dana Rp. 25 miliar. Jumlah dana dan transaksi tidak
sesuai dengan pekerjaannya. Gayus divonis dengan hukuman 7 tahun penjara
oleh PN Jakarta Selatan (19/1/2011)
Bahasyim Assifie (Mantan Kepala Kantor Pemeriksaan dan
Penyidikan Pajak Jakarta VII) dengan kasus menerima Rp 1 miliar dari wajib
pajak dan pencucian uang atas hartaya Rp 60,82 miliar dan 681.000 dollar AS.
Memiliki dana hingga Rp 70 miliar di rekening. Jumlah dana transaksi tidak
sesuai dengan pekerjaannya. Bhasyim divonis dengan hukuman 10 tahun
penjara oleh PN Jakarta Selatan (3/2/2011).
Dhana Widyarmika (Mantan Pegawai Ditjen Pajak) dengan kasus
menerima gratifikasi Rp 2,75 miliar dari PT Mutiara Virgo. Dhana Widyarmika
terbukti memiliki 12 rekening di 7 bank dengan aliran dana hingga Rp 97
miliar pada salah satu rekening. Sejumlah aliran dana bersumber dari tiga
wajib pajak. Dhana Divonis dengan hukuman 7 tahun penjara oleh Pengadilan
Tipikor (9/11/2012).
Tommy Hindratno (Mantan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo) dengan kasus menerima Rp 280 juta
terkait restitusi pajak PT Bhakti Investama,Tbk. Transaksi dilakukan di sebuah
rumah makan di Tebet, Jakarta. Uang suap sebesar Rp 280 juta. Tommy
Hindratno divonis dengan hukuman 3,5 tahun penjara oleh Pengadilan Tipikor
Jakarta (18/02/2013).

Pargono Riyadi (Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Direktorat Jenderal


Pajak) dengan kasus melakukan pemerasan kepada wajib pajak dengan nilai
ratusan juta rupiah. Transaksi dilakukan di Stasiun Gambir, kurir menyerahkan
uang Rp 25 juta yang dibungkus tas plastik di lorong stasiun. Proses hukuman
masih berjalan (10/4/2013)

Eko Darmayanto dan Mohamad Dian Irwan (penyidik di Direktorat


Jenderal pajak pada kantor Wilayah Jakarta Timur) dengan kasus menerima
uang 300.000 dollar Singapura atau sekitar Rp2,3 miliar dari PT The Master
Steel dalam operasi tangkap tangan pegawai pajak di halaman terminal III
Bandara Soekarno Hatta (15/05/2013). Proses hukum masih berjalan.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Anda mungkin juga menyukai