Anda di halaman 1dari 7

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DENGAN

PROGRAM LlNIER
(Lokasi Studi : J.I. Sumber Buntu,Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang)

Agus Suhardono

Program Magister Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya


e-mail : agussuhardono@yahoo.co.id

ABSTRAK

Perencanaan optimasi lahan pertanian dapat dilakukan dengan program linier.


Dengan tujuan memaksimumkan keuntungan total dan pembatas ketersediaan air dan
luas lahan, telah digunakan data-data pada areal pertanian irigasi jaringan irigasi Sumber
Buntu, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Jenis tanaman yang digunakan adalah padi,
polowijo (jagung dan sayur-sayuran) dan tebu, dengan analisa tiga kali musim tanam dalam
setahun. Dari iterasi metode simpleks pada model matematika program linier diperoleh hasil
sebagai berikut : pada musim tanam I luas lahan optimum untuk padi 7 hektar sedang untuk
polowijo/ jagung dan tebu masing-masiiig 60 hektar dengan nilai keuntungan Rp
3.750.350.000,-, musim tanam II luas lahan optimum untuk padi 63 hektar dengan keuntungan
Rp 649.6530.000,, musim tanam III luas lahan optimum untuk padi 60 hektar, dengan
keuntungan Rp 618.600.000,-

Kata Kunci : optimasi lahan pertanian, memaksimalkan total keuntungan,


program linier

ABSTRACT

Planning for agriculture land optimization can be done by the use of linear
programming. To maximize the total benefit with constrains: water supply and land area,
data on agriculture land by irrigation in Sumber buntu, Kecamatan Jabung, Malang was
used. The plant crops used were rice, second crop/ maize, and sugar reed, by analyzing 3 times
planting season in a year. From simplex method iteration on mathematical model of linear
programming, the following results were obtained : in the first planting season the optimum
land area for rice was 7 ha, while for second crop/ maize and sugar reed were 63 ha each with
benefit Rp 3.750.350.000,-, in the second planting season the optimum land area for rice was
60 ha was with benefit Rp 649.653.000,-, and in the third planting season the optimum land
area for rice was 60 ha with benefit Rp 618.600.000,

Key words : agriculture land optimization, to maximize the total benefit, linear
programming

I. PENDAHULUAN daya tanaman} proteksi tanaman dan lain-lain.


1.1. Latar Belakang Variable-variabel tersebut masing-masing
Pengembangan usaha pertanian mempunyai kendala-kendala yang
dilakukan melalui usaha intensifikasi, mempengaruhi pengadaannya.
ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabiliitasi Pada tulisan ini dibicarakan mengenai
secara terpadu. Dalam usaha-usaha di atas optimalisasi penggunaan lahan dengan
terkait beberapa variabel seperti bibit yang variabel ketersediaan air, luas lahan dan jenis
digunakan, pengairan, pemupukan, budi tanaman yang akan digunakan. Optimisasi
dilakukan dengan metode Program linier 7. Tidak membahas detail desain
dengan mengkonversikan variable-variabel konstruksi
di atas dengan rupiah sehingga dapat
dihitung biaya operasi dan keuntungan yang 1.4. Rumusan Masalah
diperoleh tiap musim tanam. Berdasarkan latar belakang masalah,
identifikasi masalah dan batasan masalah
1.2. Identifikasi Masalah diatas, permasalahan dalam studi ini dapat
Daerah Irigasi Kali Jilu di J.I. Sumber dirumuskan sebagai berikut:
Buntu yang mempunyai luas areal baku 1. Bagaimana kondisi eksisting dari aspek
sawah 127 Ha. yang merupakan jaringan teknis mauapun manajemen pada J.I.
irigasi dalam wewenang UPTD Pengairan Sumber Buntu, tindakan apa yang dapat
Tumpang Kabupaten Malang. Dalam kajian dilakukan ?
ini akan terdapat beberapa masalah yang 2. Bagaimana hasil pertanian selama 10
teridentifikasi sebagai berikut : tahun kondisi eksisting, apakah terdapat
1. Adanya kondisi eksisting yang perlu perbedaan yang besar pada tiap
dilakukan perbaikan dari sisi teknis tahunnya dan pengaruhnya jika
maupun manajemen air sehingga debit dilakukan optimasi ?
ketersediaan dapat mencukupi sesuai 3. Bagimana neraca air perbandingan
pola tata tanam yang direncanakan. ketersediaan air dan kebutuhan air pada
2. Adanya jumlah debit ketersediaan pada Daerah Irigasi Kali Jilu di J.I. Sumber
Bendung Sumber Buntu yang tersedia Buntu ?
lebih kecil terutama musim kemarau 4. Berapa luas lahan optimum yang dapat
3. Analisa perhitungan studi optimasi menghasilkan keuntungan yang
distribusi air pada Daerah Irigasi Kali maksimum setiap masa tanam ?
Jilu di J.I. Sumber Buntu ini
diselesaikan dengan Program Linier. 1.5. Tujuan dan Manfaat Peneliian
Tujuan dari penelitian ini untuk
1.3. Batasan Masalah mendapatkan luas lahan yang optimum
1. Studi ini dikhususkan pada Daerah pada setiap masa tanam agar menghasilkan
Irigasi Kali Jilu, di J.I. Sumber Buntu keuntungan yang maksimum.
Kecamatan Jabung Kabupaten Malang Manfaat yang dapat dipetik dari
dengan luas baku sawah 127 Ha. penelitian ini sebagai bahan evaluasi dan
2. Analisa neraca air dengan acuan dalam pembuatan Rencana Tata
membandingkan debit ketersediaan Tanam Global (RTTG) dikemudian hari.
pada data debit intake Bendung Sumber
Buntu selama 10 tahun terakhir dengan 1.6. Lokasi Studi
kebutuhan air irigasi pada Daerah Daerah studi yang dikaji adalah
Irigasi Kali Jilu, di J.I. Sumber Buntu. Daerah Irigasi Kali Jilu di J.I. Sumber Buntu
3. Analisa perhitungan Pola Tata Tanam dengan luas baku sawah 127 Ha. yang
berdasarkan metode LPR sesuai dengan terdiri : SB1 K i : 3 Ha; SB 2 Ki : 13 Ha; SB
kebiasaan daerah studi, dengan jenis 3 Ki : 14 Ha; SB 4 Ki : 67 Ha dan SB 5 Ka : 30
tanaman padi, polowijo (jagung dan Ha
sayur) dan tebu. Daerah Irigasi Kali Jilu di J.I. Sumber
4. Optimasi menggunakan program linear. Buntu merupakan lingkup wilayah UPTD
5. Tidak membahas tentang rencana Pengairan Kecamatan Tumpang Kabupaten
sistem operasi dan pemeliharaan sarana Malang yang memanfaatkan intake
irigasi, sehingga debit yang digunakan Bendung Sumber Buntu.pada Kali Jilu. Peta
adalah debit andalan. lokasi sebagaimana gambar 1 berikut ini :
6. Tidak membahas masalah AMDAL.
Tabel 1. Harga K berbagai jenis tanaman

Jenis Tanaman Faktor Konversi


Polowijo
1 perlu air 1.0
Padi rendeng/
padi gadu ijin
1. Pewinihan 20.0
2. Garap 6.0
3. Tanam 4
Tebu
Gambar. 1. Peta Batas Administrasi 1. Tebu muda 1.5
Kabupaten Malang 2. Tebu tua 0.0
1.7. Landasan Teori Sumber: DPU Pengairan
1.7.1.Kebutuhan Air Irigasi 1.7.2. Ketersediaan Air Irigasi
Kebutuhan air untuk suatu jaringan Ketersediaan air irigasi diperoleh dari
irigasi merupakan kebutuhan air tanaman data debit intake bendung Sumber Buntu
(consumptive use) ditambah dengan yang mengairi jaringan irigasi Sumber
kehilangan karena sistem pembagian Buntu, yang tercatat selama 10 tahun
(distribusi) yang meliputi kehilangan pada pengamatan mulai tahun 2001 sd 2010.
saluran dan pada saat pemberian di petak Debit andalan adalah banyaknya air
tanaman. yang tersedia sepanjang tahun dengan
Cara perhitungan kebutuhan air resiko kegagalan yang telah
tanaman di Jawa Timur untuk memudahkan diperhitungkan. Probabilitas keandalan
pelaksanaan di lapangan memakai metode yang digunakan sebesar 80%, hal ini berarti
Faktor Polowijo Relatif (FPR). Metode ini akan dihadapi resiko adanya debit-debit
merupakan perbaikan dari metode-metode lebih kecil dari debit andalan sebesar 20%
yang telah diterapkan di Negara Belanda, dari banyaknya pengamatan (Anonim (KP-
yaitu metode Pasten. Persamaan untuk 01), 1986:79).
metode FPR yaitu : Adapun metode yang digunakan
Q metode Basic Year yang analisanya adalah
FPR = ....................... 1) sebagai berikut :
LPR
1. Data debit diurutkan dari kecil ke besar.
FPR = Faktor polowijo relatif 2. Menetukan data debit andalan Q80
(lt/dt/ha.pol) debit dengan tingkat kepercayaan 80%
Q = Debit air yang mengalir di sungai n
R80= + 1 ......................... 3)
(m3/dt) 5
LPR = Luas polowijo relatif (ha.pol) 1.7.3.Analisa Keuntungan
Dalam metode ini mengguakan harga Untuk menentukan keuntungan tiap
dasar LPR ditentukan 1,0 (polowijo) jenis tanaman tiap musim yang akan
berdasarkan pada kebutuhan air tanaman digunakan dalam model program linier,
polowijo dan faktor-faktor lain ditentukan yakni memaksimumkan keuntungan, maka
berdasarkan jenis tanaman dengan harus diperhitungkan harga-harga masukan
persamaan sebagai berikut : dan keluaran produksi per hektar tanaman.
Nilai LPR = Luas x K ....................... 2) Masukan produksi meliputi: saprodi (sarana
Nilai LPR = nilai luas polowijo relatif produksi : bibit, pupuk dan obat-obatan),
(pol.ha) tenaga kerja dan pajak tanah (IPEDA).
Luas = luas lahan yang ditanami (ha) Keluaran produksi adalah hasil panenan dan
K = faktor tanaman (pol) nilai jual dari hasil panenan tiap jenis
tanaman, Keuntungan tiap jenis tanaman
adalah pendapatan kotor (nilai jual) per Sumber Buntu berdasarkan data yang telah
hektar dikurangi biaya produksi . dikumpulkan, kemudian disusun
1.7.4.Perencanaan Model rekomendasi pola tata tanam dari hasil
Model program linier digunakan dalam kajian optimasi penggunaan lahan dengan
pemecahan masalah pengalokasian sumber- program linier.
sumber yang terbatas secara optimum, 2.2. Langkah Pengolahan Data
Dalam persoalan ini sumber-sumber Pengolahan Data-data yang diperoleh
terbatas yang harus dialokasikan secara dari Dinas Pengairan dan lokasi J.I. Sumber
optimum adalah ketersediaan air dari Buntu meliputi :
bendung Sumber Buntu dan luas lahan a. Pengolahan data hidrologi
yang akan diairi. pengalokasian air perlu b. Pengolahan data debit intake bendung
memperhitungkan keuntungan hasil untuk mendapatkan debit andalan (Q80)
panenan sesuai kebutuhan air irigasi dari c. Pengolahan Rencana Tata Tanam
masing-masing tanaman. Global (RTTG) untuk mendapatkan
Fungsi Tujuan: kebutuhan air irigasi
n
d. Analisa Neraca Air perbandingan
Z = ∑c x n n = C1X1 + C2X2 + C3X3 + ... + ketersediaan air dan kebutuhan air
n=1
e. Pengolahan data hasil panen kondisi
CnXn
eksisting
Fungsi Kendala : f. Analisa hasil kentungan
n

∑a mn xn ≤ bm dan xn ≥ 0 atau g. Pengolahan optimasi dengan program


n=1 linier
1. a11x1 + a12X2 + … + a1n ≤ b1 h. Analisa hasil optimasi
2.3. Aplikasi Model
2. a12X1 + a22X2 + … + a2nXn ≤ b2 Model matematika program linier yang
disusun ini dicoba penggunaannya untuk
3. m am1 X1 + am2X2 + … + amnXn ≤ bm perencanaan pengelolaan irigasi pertanian
dan pada areal irigasi pada D.I. Kali Jilu, jaringan
X1 ≥ 0 ; X2 ≥ 0; …. ; Xn ≥ 0 irigasi Sumber Buntu di wilayah UPTD
m = 1 ,2, 3,…,m, n = 1, 2, 3,…,n Pengairan Tumpang, Kabupaten Malang.
Z = fungsi tujuan (keuntungan maksimum Agar permasalahan yang ada di
hasil pertanian) (Rp) lapangan dapat sesuai dengan model yang
xn = variabel sasaran irigasi (luas areal dikehendaki maka perlu beberapa batasan,
irigasi) (Ha) sehingga model di atas dapat dipecahkan.
amn = konstanta (volume kebutuhan air Batasan-batasan tersebut adalah:
irigasi) (m3/Ha) a. Analisa kebutuhan air irigasi dilakukan
bm = volume ketersediaan air (m3) tiap bulan sesuai dengan fase
cn = keuntungan / manfaat bersih irigasi pertumbuhan tanaman, sehingga sesuai
sawah (Rp/Ha) dengan ketersediaan debit yag ada.
m = jumlah kendala b. Analisa program linier dilakukan tiap
n = jumlah variabel keputusan musim tanam (MT) selama satu tahun.
Dalam satu tahun terdiri dari tiga musim
II. METODE PENELITIAN tanam, yaitu :
2.1. Jenis Metode Penelitian MT I : 21 November sd. 20 Maret;
Jenis metode penelitian dalam kajian MT II : 21 Maret sd. 1 Juli
ini adalah penelitian deskriptif yang MT III : 11 Juli sd. 20 Novem ber
merupakan penelitian kasus dan penelitian c. Masa tanam untuk musim tanam
lapangan (case study an fielf research) pertama,kedua dan ketiga adalah tetap.
untuk mengevaluasi pola tata tanam yang d. Data harga masukan dan keluaran
telah dilaksanakan di jaringan irigasi produksi digunakan harga dasar
tahun 2008 untuk wilayah Kabupaten 3.3. Model Matematika Program Linier
Malang, Berdasarkaa hasil pada pembahasan
e. Jenis tanaman yang digunakan untuk sebelumnya, maka susunan model
model program linier ini disesuaikan matematika program linier untuk
dengan kebiasaan budidaya pertanian mendapatkan total keuntungan selama 3
petani setempat, yaitu padi, polowijo musim tanam dan keuntungan tiap musim
(jagung dan sayur-sayuran) dan tebu. tanam adalah sebagai berikut:
Fungsi tujuan :
III. PEMBAHASA DAN HASIL Z = 10.310.000 X1 + 2.627.000 X2 +
3.1.Neraca Air 58.675.500 X3
Neraca air merupakan perbandingan Fungsi pembatas :
antara debit kebutuhan air irigasi dari RTTG a. Ketersediaan air :
di J.I Sumber Buntu dan ketersediaan air MT I : 64.175 X1+22.790X2+12.574X3<
(Q80) irigasi di Bendung Sumber Buntu 103161600
sebagaimana Tabel 2, dan grafik pada MT II: 46.347X1+24.503X2+10.241X3<
Gambar 2. 124 588.800
MT III:14.921X1+36.149X2+7.456 X3 <
73 267.200
b. Luas Lahan :
X1 + X2 + X3 < 127
X1 < 60 ; X2 < 80 ; X3 < 80
dan
X1, X2, X3 > 0
Persamaan model matematika program
linier tersebut diselesaikan dengan metode
Simpleks yang proses iterasinya dilakukan
dengan bantuan komputer yaitu fasilitas
Solver pada Microsoft Excel dengan hasil
optimasi seperti tertera pada Tabel 6.
Tabel 2. Analisa Keuntungan
Tiap Jenis Tanaman
Komponen Padi Polowijo Tebu
Gambar 2. Neraca Air Bendung Sumber Hasil Produksi (ton/ha) 6.25 3.65 36.50
Buntu Harga Jual (Rp/ton) 2,400,000 1,500,000 1,700,000
Total (Rp/ton) 15,000,000 5,475,000 62,050,000
3.2. Keuntungan Tiap Musim Tanam Biaya Prod (Rp/ton) 4,690,000 2,847,500 3,374,500
Nilai keuntungan tiap jenis tanaman Manfaat (Rp/ton) 10,310,000 2,627,500 58,675,500
tertera pada Tabel 3 merupakan nilai Sumber : Dinas Pertanian Kota Malang,
konstanta pada fungsi tujuan dalam model 2008
matematika program linier. Tabel 3. Data Hasil Panen pada J.I.
Analisa keuntungan tiap tanaman Sumber Buntu (2001 sd. 2010)
menggunakan acuan harga tahun 2008 untuk Masa Tanam Tanaman Rerata (Ha)
wilayah Kabupaten Malang, sehingga jika Padi 78.7
hasil optimasi dibandingkan dengan pola MT I Polowijo 28.3
penggunaan lahan yang selama ini dari data Tebu 20
10 tahun terakhir sebagaimana Tabel 4 Padi 65.5
MT II Polowijo 41
terlihat perbedaannya dengan hasil optimasi Tebu 0
sehingga menjadi bahan evaluasi Padi 18.5
pengelolaan area pertanian khususnya di J. I. MT III Polowijo 88.5
Sumber Buntu, Kabupaten Malang Tebu 0
kentungan hasil panen tertera pada Tabel 5. Sumber : UPTD Pengairan Tumpang
Tabel 4. Analisis Neraca Air J.I. Sumber Tabel.5 Keuntungan Hasil Panen rata-
Buntu, Kecamatan Jabung, rata (2001 sd. 2010)
Kabupaten Malang Hasil Panen Eksisting
BLN PRD Ketersediaan Kebutuhan Jenis Luas Keuntungan
Lebih/ MT
Air Irigasi Air Irigasi Tanaman Lahan (Rp)
kurang
(m3/dt) (m3/dt) (Ha)
(m3/dt) Padi 78.7
JAN 1 0.116 0.091 0.025
I Polowijo 28.3 2.059.265.250,-
2 0.133 0.091 0.042 Tebu 20.0
3 0.133 0.091 0.042 Padi 65.5
FEB 1 0.116 0.091 0.025 II Polowijo 41.0 783.032.500,-
2 0.122 0.091 0.031 Tebu -
3 0.133 0.091
Padi 18.5
0.042
III Polowijo 88.5 423.268.750,-
MAR 1 0.133 0.091 0.042
Tebu -
2 0.125 0.091 0.034
Total Keuntungan 3.265.566.500,-
3 0.133 0.105 0.028
APR 1 0.133 0.090 0.043
2 0.142 0.100 0.042 Tabel 6. Hasil Optimasi Program Linier
3 0.141 0.081 0.060 Hasil Optimasi
MEI 1 0.131 0.081 0.050 Jenis Luas Keuntungan
MT
2 0.125 0.081 0.044 Tanaman Lahan (Rp)
(Ha)
3 0.131 0.081 0.050
Padi 7
JUN 1 0.131 0.081 0.050 I Polowijo 60 3.750.350.000,-
2 0.131 0.081 0.050 Tebu 60
3 0.131 0.081 0.050 Padi 63
JUL 1 0.113 0.081 0.032 II Polowijo - 649.530.000,-
2 0.096 0.083 0.013
Tebu -
Padi 60
3 0.064 0.046 0.018
III Polowijo - 681.600.000,-
AGT 1 0.096 0.046 0.050
Tebu -
2 0.096 0.038 0.058 Total Keuntungan 5.018.480.00,-
3 0.064 0.049 0.015
SEP 1 0.054 0.055 -0.001 IV. PENUTUP
2 0.054 0.055 -0.001 4.1. Kesimpulan
3 0.054 0.039 0.015 Dari data hasil panen rata-rata
OKT 1 0.054 0.055 -0.001 selama 10 tahun terakir pada masa tanam I
2 0.054 0.055 -0.001 luas tanam padi 78,7 Ha, polowijo 28,3
hektar dan tebu 20 hektar dengan
3 0.054 0.055 -0.001
keuntungan Rp. 2,059,265,250. Pada
NOP 1 0.054 0.055 -0.001
musim tanam II luas lahan padi 65,5 hektar,
2 0.054 0.055 -0.001 polowijo 41 hektar dengan keuntungan Rp.
3 0.054 0.104 -0.050 783.032.500,- . Pada musim tanam III luas
DES 1 0.054 0.116 -0.062 lahan padi 18,5 hektar dan polowjo 88,5
2 0.134 0.114 0.020 hektar dengan keuntungan Rp.
3 0.057 0.090 -0.033 423.268.750,-
Sumber : UPTD Pengairan Tumpang, Kab. Dari hasil optimasi program linier
Malang keuntungan tiap musim tanam:
a. Musim tanam I : luas lahan optimum
padi 7 hektar atau 5,5% dari luas lahan
total sedangkan polowijo dan tebu
masing-masing 60 hektar atau 47,2% penggunaan lahan yang tepat untuk
dari luas lahan total dengan mendapatkan hasil panen yan maksimum.
keuntungan maksimum Rp
3,750,350,000. DAFTAR PUSTAKA
b. Musim tanam II : luas lahan optimum Anonim. 1995. Pedoman Operasi dan
padi 63 hektar atau 49,6% dari luas Pemeliharaan Jaringan Irigasi Edisi-II.
lahan total, luas lahan tebu 60 hektar Direktorat Jenderal Pengairan:
atau 47,2% dari luas lahan total yang Departemen Pekerjaan Umum
ditanam pada musim sebelumnya Anonim. 1997. Pedoman Operasi dan
sedang untuk polowijo 0 (nol) hektar Pemeliharaan Jaringan Irigasi Edisi-
dengan keuntungan maksimum Rp. IV. Direktorat Jenderal Pengairan:
649.530.000,-. Departemen Pekerjaan Umum
c. Musim tanam III : luas lahan optimum Asri, Marwan dan Hidayat. 1984. Linear
padi 60 hektar atau 47,2% dari luas Programming. Yogyakarta: BPFE
lahan yang ditanam pada musim Montarcih Lily, 2009, Hidrologi TSA 1-2,
sebelumnya sedang untuk polowijo 0 Malang, CV. Citra Malang
(nol) hektar dengan keuntungan Montarcih Lily, 2009. Manajemen Air
maksimum Rp. 618.600.000, Lanjut Malang. CV Asrori
Dari ketiga musim tanam terdapat Montarcih Lily, 2008, Pengaruh
kondisi bero pada musim tanam II dan III Perubahan Cuaca Terhadap Optimasi
masing-masing 4 hektar dan 7 hektar. Irigasi dengan Program Linier,
Hasil optimasi dapat meningkatkan Malang, CV. Citra Malang
keuntungan petani 54%, sebagaimana Montarcih Lily dan Soetopo Widandi,
perbandingan keuntungan selama iga musim 2009, Stastika Terapan untuk Teknik
hasil panen rata-rata selama 10 tahun Rp. Pengairan, Malang, CV. Citra Malang.
3.265.566.500,- dengan keuntungan total Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik
hasil optimasi Rp. 5.018.480.000,-. Edisi 1. Surabaya: Usaha Nasional
4.2. Saran Sosrodarsono, S dan Takeda, K. 1978.
Berdasarkan kesimpulan di atas, pada Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta:
daerah-daerah yang selama mempunyai Pradnya Paramita
potensi debit ketersediaan yang kurang Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air
memadai untuk memenuhi kebutuhan air Tanaman. Malang: Institut Teknologi
irigasi, maka analisa optimasi lebih Nasional
memberikan gambaran pola tanam dan

Anda mungkin juga menyukai