Anda di halaman 1dari 24

DIFTERI

dr. Indriyani Lindawaty, MH.Kes


UPTD Puskesmas Aren Jaya
Pendahuluan
 Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
corynebacterium diphteriae Kuman ini termasuk gram
positif yang berasal dari membran mukosa hidung dan
nasofaring, kulit dan lesi lain dari orang yang
terinfeksi.kuman ini sering menyerang infeksi saluran
pernapasan bagian atas. Tonsilitis difteri sering ditemukan
pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi
tertinggi pada usia 2-5 tahun.
Epidemiologi
 Penyakit terutama di negara miskin, yang penduduknya
tinggal pada tempat-tempat pemukiman yang padat,
hygiene dan sanitasi buruk, fasilitas kesehatan yang
kurang.
Etiologi
 Ada tiga type variants dari Corynebacterium diphtheriae ini yaitu
: type mitis, type intermedius dan type gravis. Corynebacterium
diphtheriae dapat dikalsifikasikan dengan cara bacteriophage
lysis menjadi 19 tipe.Type 1-3 termasuk type mitis, type 4-6
termasuk type intermedius, tipe 7 termasuk type gravis yang
tidak ganas, sedangkan tipe-tipe lainnya termasuk type gravis
yang virulen.
Laporan kasus

Seminggu Sehari Dua hari


sebelum berobat berikutnya berikutnya os Os juga muntah
Os diberi
TS demam tidak setelah mandi di batuk,dahak 3x sehari terdiri
panadol dan
tinggi disertai kolam renang os tidak banyak dari apa yang
demamnya
pilek dgn sedikit demam lagi dan berwarna dimakan dan
berkurang
lendir berwarna tidak nafsu kekuningan dan minum
jernih makan suara parau
Esoknya suara Sesak terlihat makin
Pada hari itu juga os
tambah parau dan berat dan anak
dibawa ke dokter
mulai sesak nafas dan dibawa ke rumah
jaga dan mendapat
saat tidur nafasnya sakit dan dianjurkan
obat batuk dan puyer
mengorok untuk dirawat
Laporan kasus
 Keluhan utama : sesak napas
 Keluhan tambahan : demam,tidak nafsu
makan,muntah,suara
mengorok,suara
parau
 Riwayat penyakit dahulu :-
 Riwayat keluarga
 Riwayat lingkungan
Laporan kasus
 Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi : anak tampak sakit berat, mukosa hidung


hiperemis dengan sekret mukopurulen
 Tonsil :T2/T2

 Tanda Vital suhu : 37,4 (sub febris)


denyut nadi : 120/menit (takikardi)
RR : 30/menit (takipnoe)
Pembahasan
 Diagnosis kerja :
Diagnosis kerja
Angina plaut Tonsilitis viral bisa
vincent sangat susah disingkirkan karena
Common cold bisa dibedakan dengan pada pemeriksaaan
disingkirkan karena penyakit difteri rongga mulut akan
tidak adanya karena gejala klinis tampak luka-luka
pseudomembran pada yang hampir mirip kecil yang sangat
penyakit ini tetapi penyebab nyeri dan tidak
penyakit ini adalah disertai pseudo
bakteri spirochaeta membran
Pembahasan
Pembahasan
Pembahasan
 DIAGNOSIS KERJA:
 Anamnesis
 Gambaran klinis yang khas
 Pemeriksaan langsung sediaan

 DIFTERI

Corynebacterium diphteriae
 Kontak dengan orang atau barang yang terkontaminasi.
P
A
T  Masuk lewat saluran pencernaan atau saluran pernafasan.
O
F  Masa inkubasi 2-5 hari
I
S
I  Aliran sistemik
O
L  Mengeluarkan toksin (eksotoksin)
O
G
I Nasal Tonsil/faringeal Laring

Peradangan mukosa Tenggorokan sakit demam Demam suara serak,


hidung (flu, secret anorexia, lemah. Membrane batuk obstruksi sal.
Hidung serosa). Berwarna putih atau abu-abu napas, sesak nafas,
Linfadenitis (bull’s neck) sianosis.
Toxemia, syok septic.
Pembahasan
 Gambaran klinik dibagi menjadi 3 macam
 Gejala umum : seperti pada gejala infeksi yaitu kenaikan suhu
tubuh biasanya sub febris, nyeri kepala, tidak nafsu makan,
badan lemah
 Gejala lokal : tonsil membengkakpembuluh-pembuluh
darah melebar keluarkan sel-sel darah putih sedang
sel-sel epitel nekrosisterbentuk fibrinmembaran putih keabu-
abuan (pseudomembrane)Membran ini sukar diangkat dan
mudah berdarah.Di bawah membran ini bersarang kuman
difteri dan kuman-kuman ini mengeluarkan exotoxin
Pembahasan
 Gejala akibat exotoxin : yang dikeluarkan oleh kuman
difteri ini akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh
biasanya terjadi setelah 4-7 minggu terinfeksi dengan
kuman difteri.

 Pada jantung  miokarditis sampai decompesatio


cordis kiri
 Pada saraf kranial lumpuhnya otot palatum dan
pernapasan
 Pada ginjal  albuminuria
Pembahasan
 Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis :
 Laboratorik : Sediaan langsung -Gram
- Neisnerr
- biru metilen
 Sediaan langsung diambil dari pseudomebran dan usap
tenggorok

Biakan (tidak dianjurkan karena terlalu lama)


Corynebacterium dyphteriae
PENATALAKSANAAN.

– Pemberian antitoksin, dengan dosis 20.000-


40.000 Unit, secara I.V
– Pemberian Antibiotik, ada 2 pilihan obat yaitu
1. Penicillin G procain dimana dosis untuk
anak-anak adalah 12.500-25.000 U/kgBB,
diberikan secara I.M.
2. Eritomisin, dimana dosis untuk anak-anak
adalah 40-50mg/kgBB.
PENATALAKSANAAN
 Isolasi
penderita
 Bedrest
 Makanan yang cukup gizi dan nutrisi
Pencegahan
 1. Memberikan kekebalan pada anak-anak dengan cara : Imunisasi
DTaP untuk anak bayi. Imunisasi di berikan sebanyak 3 kali yaitu
pada saat usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.Imunisasi DT untuk
anak usia sekolah dasar (usia kurang dari 7 tahun). Imunisasi ini di
berikan satu kali.
 2. Hindari kontak dengan penderita langsung difteri.
 3. Jaga kebersihan diri.
 4. Menjaga stamina tubuh dengan makan makanan yang bergizi
dan berolahraga
Pencegahan
 5. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.
 6. Bila mempunyai keluhan sakit saat menelan segera
memeriksakan ke Unit kesehatan terdekat
Pencegahan
 Bila keluarga,teman,tetangga menderita difteri Hindari
kontak langsung dengan penderita difteri atau karier
(pembawa) difteri.
 Lakukan pemeriksaan kesehatan diri dan anggota keluarga ke
fasilitas kesehatan terdekat.
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan rumah.
 Penderita Difteri atau karier agar menggunakan masker
sampai sembuh..
Prognosis
 Prognosis pasien sangat bergantung pada:
 Umur penderita makin muda makin buruk
prognosis
 Virulensi virus
 Keadaan umum penderita misal dengan gizi
kurang baik, maka prognosis kurang baik
 Cepat atau lambatnya pemberiaan pengobatan
Prognosis
 Pada umumnya baik apabila pengobatan diberikan
secara cepat dan cepat

Anda mungkin juga menyukai