Menejement Pelatihan
Menejement Pelatihan
Pelatihan
Pembelajaran
Pembentukan
karakter /Kepribadian
Pembimbingan/
penasihatan
Sentuhan
pendidikan
3
Asumsi-asumsi
heterogenitas calon kader
Pengalaman hidup
Kapasitas pengetahuan dasar
Orientasi dan tujuan mengikuti
perkaderan
Orientasi studi (sarjana, diploma)
Program studi
Asumsi-asumsi koherensi tujuan
perkaderan
L I N G K U N G A N
Perangkat Perkaderan;
STEERING
COMMITTEE
ORGANIZING
TRAINER
COMMITTEE
OBSERVERS
Ideolog;
MoT
Imam Training
Observer
Anggota Instruktur
Konsep Pelatihan yang Baik;
Induktif
Deduktif
Abduktif
Lurus
Material-oriented atau
Target-oriented?
Material Oriented (MO) mirip dengan Content-
based training (training berbasis muatan).
Dalam hal ini apabila muatan materi telah
diberikan kepada peserta, maka tujuan training
dipandang sudah tercapai.
Target Oriented (TO) bergantung pada target
apa yang ditetapkan. Misalnya target yang
ditetapkan adalah sebentuk kompetensi, maka
kompetensi dalam hal apa dan seberapa
tingkatan kompetensi yang diperlukan dalam hal
itu, menjadi penentu ukuran keberhasilan
sebuah proses training.
Kompetensi Individual
Jenis kompetensi
Tingkatan
Kognitif Afektif Psikomotorik
Mensintesis Empati Melakukan sendiri
Tinggi
Maknanya;
Kesetaraan/Egaliterian
Subjek Pengetahuan
Pemahaman Kebenaran
Falsafah Pelatihan;
Transformasi K-A-P dalam Pendidikan
Orang Dewasa
1
1.Mengalami;
2.Mengungkapkan; 5 2
3.Mengolah;
4.Merampatkan;
5.Menerapkan. 4 3
Tabel Perbandingan P-A-S
ASPEK PEDAGOGI ANDRAGOGI SINERGOGI
Konsep “diri” Sangat Trainee diantar untuk Trainee dibebaskan
trainee tergantung atau menemukan diri dan untuk menentukan
ditentukan oleh membentuk posisi, peran dirinya
orang lain (trainer) komunitasnya sendiri serta bagaimana
mereka bekerja
sama dengan
trainee lain
Pengalaman Peserta dianggap Peserta dianggap Peserta
sedikit atau belum cukup memiliki bekal diasumsikan sudah
punya pengetahuan dan sangat
pengalaman pengalaman berpengalaman
Orientasi Material oriented Process oriented Target oriented
belajar
Iklim belajar Otoritas guru Egalitarian antara Trainer hanya
trainer dengan membantu apabila
trainee diperlukan oleh
trainee
ASPEK PEDAGOGI ANDRAGOGI SINERGOGI
1. Hidup Kebersamaan;
2. Prinsip Hubungan Antarindividu;
3. Tanggung Jawab Trainer;
4. Fase-fase pengelolaan Trainee; dan,
5. Hubungan antara fase-fase pengelolaan
dengan Sistem Training.
1. Hidup Kebersamaan
Dalam sebuah forum training, hubungan antara individu
yang satu dengan yang lain tidak dapat dihindari, bahkan
hubungan ini akan selalu dibuat atau diciptakan sehingga
dalam medan training tersebut akan tercipta suatu
interaksi sosial.
Menurut WA Gerungan (1983), setiap hubungan antara
dua orang atau lebih akan mnimbulkan proses saling
mempengaruhi, saling mengubah, atau saling
memperbaiki kelakuan individu oleh individu lain,
sehingga dari interaksi ini akan terjadi attitude change
atau perubahan sikap pada individu yang bersangkutan.
Menurut PIDARTA (1997), kecenderungan-
kecenderungan yang timbul karena hidup dalam
kebersaman itu dapat berupa: imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati dan empati.
Imitasi = meniru
Sugesti = menuruti perintah
Faktor-faktor orang terkena
sugesti:
1. keadaan pikiran pecah:
kacau, bingung, sehingga
tidak bisa berpikir jernih;
2. pikiran lemah atau rapuh;
3. menaruh kepercayaan yang
terlalu kuat pada seseorang;
dan
4. terpengaruh adanya pendapat
atau dukungan
(Jw=bombongan) orang
banyak.
Identifikasi = perilaku meniru penampilan (kadang di luar
kesadaran), seolah mengidentikkan diri dengan yang ditiru.
a. Fase Pendobrakan;
b. Fase Rehabilitasi;
c. Fase Pembinaan.
4a. Fase Pendobrakan
Fase pertama yang dilalui oleh trainee ini berupa
“penggegaran” mentalitas sehingga timbul suatu inner
control (kendali dari dalam) pada diri tainee.
Trainer mengolah sikap mental trainee sehingga
tertanamlah sikap-sikap positif, disiplin, dan keseriusan.
Bisa diibaratkan bahwa pada fase ini dilakukan
“penyamaan gelombang”.
Trainee yang baru memasuki medan training biasanya
belum tahu apa yang akan terjadi dan apa yang harus
dilakukannya. Oleh karena itu biasanya para peserta
akan cenderung bersikap bermacam-macam. Ada yang
diam dan menunggu (wait and see), ada yang berbicara
sendiri dengan teman sebelahnya, ada pula yang
bertingkah-laku semau gue.
Intinya, perhatian mereka belum sepenuhnya memfokus
pada training.
Lanjutan …
Fase pendobrakan dapat pula diarahkan pada
upaya pembersihan atau penembusan pikiran
peserta (brain-washing) dari:
Pemahaman akan Konsep-konsep lama;
Garis tepian wawasan lama; dan,
Ketrampilan lama.
Fase pendobrakan dapat memanfaatkan teknik
“ice breaking,” “personal introduction,”
“brainstorming,” dan “real case study.”
Tujuan fase pendobrakan adalah menghubungkan
antara ekspektasi peserta dengan motivasi yang
akan diberikan pada fase berikutnya
b. Fase Rehabilitasi
Peserta yang telah bersih pikirannya dari
konsep-konsep, batas pengetahuan dan
wawasan, dan ketrampilan lama, akan
lebih siap menerima hal-hal baru yang
akan dilatihkan dalam training;
Fase ini merupakan tahap rehabilitasi
(pemulihan) berupa pengisian motivasi
untuk memahami, mempelajari, dan
menguasai hal-hal baru yang sesuai
dengan materi pada silabus training;
Fase Pembinaan
Fase pembinaan merupakan tahap pengisian
faham baru, pengetahuan baru, dan ketrampilan
baru;
Materi training yang disampaikan dengan
prakondisi pendobrakan dan rehabilitasi yang
sukses akan lebih mantap dicerap oleh Trainee;
Di dalam fase ini target-target yang ditentukan
sebagai parameter ketercapaian tujuan training
dapat dilihat;
Dalam fase ini lah peserta disiapkan
kemampuannya yang baru dan kemudian trainer
dapat melihat antusiasme dan moral/mentalitas
partisipatif yang berujung dengan penguasaan
ketrampilan baru dan mereka akan
menguasainya dengan kebanggaan (pride).
Fase Pemilahan Peserta: UML
Selain fase-fase di atas, proses training juga dapat
diarahkan ke fase pemilahan peserta training menjadi
kelompok:
“Upper” perlu pengendalian dan pengarahan yang jeli
“Middle” masih perlu bimbingan dan penjelasan ulang
“Lower” perlu lebih banyak bimbingan, penjelasan,
dan pengarahan Trainer dengan tekun dan sabar
Pengelompokan UML bermanfaat apabila peserta
dalam jumlah cukup banyak (misalnya lebih dari 10
orang) kemudian memerlukan penajaman materi
pembinaan, maka peserta dihimpun ke dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil sesuai dengan
kemampuan intelegensi, wawasan, dan ketrampilan
lama mereka.
5. Hubungan antara Fase dan
Pengelolaan Sistem Training
Berdasarkan pandangan sistemik, fase-
fase yang harus dilampaui dalam
training itu merupakan perincian dari
proses konversi atau pengolahan input
peserta agar menjadi output yang
diharapkan.
Dalam skema berikut ini, sistem training
beserta komponennya dihubungkan
dengan fungsi konversi yang di
dalamnya tahapan-tahapan itu
dilaksanakan:
Hasil (konklusi & monev)
Perkaderan merupakan proses yang
menganut asas probabilitas sosial,
ibaratnya:
1000 orang direkrut
100 orang yang dapat ditraining
10 orang yang berhasil dengan baik
1 orang yang berhasil menduplikasi
Maka proses training harus disertai
perasaan yang ikhlas, sabar, dan tak
kenal lelah.
Profil dan Proyeksi
Dalam proses monitoring dan evaluasi,
hasilnya harus berupa PROFIL dan
PROYEKSI kader:
PROFIL yakni gambaran ringkas mengenai
sosok sewaktu (once) seorang alumni
proses training, dalam seperangkat aspek
dirinya;
PROYEKSI yakni sebuah simpulan tentatif
mengenai peluang alokasi SDM hasil
training tersebut ke dalam proses-proses
tindak lanjut post-training.
Peralatan (tools)
Untuk mendapatkan profil dan proyeksi
kader secara tepat, diperlukan perangkat
(tools) yang memadai, antara lain:
Analisis terhadap Data Riwayat Hidup (DRH);
Analisis perbandingan hasil PRETES dan
POSTES;
Analisis terhadap Sosiogram selama berproses
di dalam lokal;
Analisis terhadap catatan khusus hasil
pengamatan oleh Observer;
Analisis terhadap artefak (karya-karya) peserta
selama mengikuti training.
Laporan