Anda di halaman 1dari 40

KELOMPOK 1

1. GHUFRAN NUR ADLI FARIZI H1A016001


2. FAJRIANTI HANIYAH H1A016002
3. UTARI SEPTIANA DEWI H1A016004
4. DESY MANDA SARI H1A016005
5. RULLI H1A016020
6. NAUFALLAH DINDA HARUMI H1A016007
7. JIHAN VIRA YUNIAR H1A016040
8. VIRTA GIOVANNI H1A016009
9. LORNA ERIKA BRIGITA H1A016010
10. AULIA DHIYA ALMAS H1A016012
11. NUR FITRI H1A016013
JAWABAN DISKUSI MAKALAH
HUMANIORA
1. Jelaskan apa itu Humaniora ( The Humanities ), bidang-
bidang apa saja yang tercakup dalam Humaniora. Apa
bedanya dengan ilmu murni ( mis. Matematika, ilmu alam,
ilmu kimia )?

 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


Humaniora adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap
bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti
membuat manusia lebih berbudaya.

 Teologi, Filsafat, Hukum, Sejarah, Filologi, Bahasa, Budaya


& Linguistik (Kajian bahasa), Kesusastraan, Kesenian, dan
Psikologi.
 Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang
bersifat dasar dan teoritis yang belum dikaitkan dengan
masalah-masalah kehidupan yang bersifat praktis (Jujun S.
Suriasumantri, 2005: 94)
 Humaniora terfokus pada pemahaman makna, tujuan, dan
sasaran yang lebih jauh dan apresiasi dari sejarah dan sosial
dengan menggunakan metode fenomena yang interpretatif
untuk mencari “kebenaran”. Humaniora menawarkan
berbagai jenis keunikan, kesenangan, kenikmatan.
Kesenangan tersebut sesuai dengan peningkatan privatisasi,
penggunaan waktu luang dan kepuasan instant.

Sitasi :Haryanto, J. T. (2015). Relasi Agama Dan Budaya. Smart Journal, Vol.1 nomo(2015), 41–54.
Jujun S. Suriasumantri. 2005. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
2. Apa persamaan dasar dan tujuan Humaniora,
diskusikan !
 Semua cabang dari humaniora mempunyai persamaan
dalam tujuan, yaitu untuk membantu manusia agar
bersifat lebih manusiawi dan lebih beradab.
3. Mengapa kedokteran dianggap merupakan cabang
Humaniora yang paing ilmiah dan sekaligus paling
manusiawi? Diskusikan!
 Karena ilmu kedokteran makin bertambah luas dan makin
pesat dalam upaya mempelajari manusia secara ilmiah dan
dipihak lain ilmu kedokteran juga secara langsung
berhubungan dengan manusia, penderitaannya dan
peningkatan kualitas hidup manusia.
 Ilmu kedokteran memiliki 2 aspek:
1. aspek pendekatan manusia sebagai objek (yaitu yang
mempelajari manusia dan alat/sistem tubuhnyadari segi
ilmiah)
2. aspek pendekatan manusia sebagai subjek (yaitu
pendekatan yang memperlakukan orang itu sebagai manusia
yang utuh, unik dan khas dirinya. Atau bisa juga disebut
pendekatan yang bersifat manusiawi.
4. Jelaskan “the Five Qualities of Mind” dari Donner
Clauser, Jleaskan secara rinci. Berikan Contoh-contoh
Pelaksanaannya dalam kehidupan, ilmu kedokteran dan
hubungan antar manusia!

 Kemampuan Berpikir Kritis


 Mempunyai perspektif yang fleksibel
 Non dogmatisme
 Peka terhadap nilai-nilai
 Empati dan sadar diri

Sumber :Empati.Hubungan Antar Manusia dan kesehatan jiwa mental (revisi 2010).oleh dr. Lukas
Mangindaan, SpKJ
Kemampuan Berpikir Kritis
 Merupakan proses berpikir untuk memberi makna dari suatu
temuan klinik (Higgs J., Jones M.,1995; University of Washington,
2005).
 Setiap tindakan yang dilakukan seorang dokter seperti
menentukan diagnosis, pilihan terapi, atau membuat prognosis
merupakan hasil dari proses pemahaman terhadap fenomena
masalah kesehatan. Dalam proses pemahaman yang terjadi pada
manusia, bagian vital yang diperlukan adalah cara berpikir logis dan
berpikir kritis (Jenicek M., 2006).
 Hal ini disebabkan banyaknya faktor yang harus menjadi
pertimbangan seorang dokter sebelum membuat suatu keputusan
klinik.
.
Sumber : jurnal Fk Undip Semarang.2003
Mempunyai Perspektif yang Fleksibel
Maksudnya adalah sebagai dokter harus memiliki
perspektif berpikir. Perspektif berpikir nya harus secara
menyeluruh tidak boleh terpaku pada satu situasi saja.
Misal seorang pasien mengeluh sakit kepala. Kita tidak
boleh melihat satu penyebab saja. Tetapi lihat juga dari aspek
psikis, sosial, bio, dll.
Non Dogmatisme
 Bersifat mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik
sama sekali( KBBI )
 Sebagai seorang dokter kita tidak boleh terpaku pada suatu
ajaran tanpa melihat alternatif lain. kita tidak boleh terlalu
yakin dengan perspektifnya sendiri
 Misal kita mendapatkan pasien yang penyakitnya kurang kita
pahami, kita harus menyarankan agar pasien konsultasi
dengan dokter yang ahli di bidang penyakit tersebut.
Peka Terhadap Nilai-Nilai
 Maksudnya adalah kita sebagai dokter harus memahami nilai-
nilai yang ada pada pasien kit. Kita tidak boleh melarang nilai-
nilai yang ada pada pasien kita karena setiap pasien memiliki
nilai-nilai pribadi sendiri
 Misal pasien kita nyaman apabila berkonsul ke dokter di
temani dengan keluarganya. Maka kita harus peka, tidak
boleh melarang keluarganya untuk masuk ke ruang praktik.
Empati dan Sadar Diri
 Adalah upaya dan kemampuan untuk mengerti, menghayati
dan menempatkan diri seseorang di tempat orang lain sesuai
dengan identitas pikiran, perasaan, keinginan, perilaku dari
orang itu tanpa mencampur-baurkan nilai - nilai atau selera
pribadi dari orang yang berempati dengan nilai atau selera
pribadi orang yang diempati
 Misal ada pasien yang datang untuk berkonsultasi, maka kita
sebagai dokter harus peduli dengan apa yang dikatakan oleh
pasien tersebut hingga pasien tersebut merasa diperhatikan.
5. Mengapa bidang-bidang dari Humaniora seringkali
perlu bahkan berguna bagi perkembangan Kesehatan
Jiwa? Berikan beberapa contoh!

 Semua cabang Humaniora memiliki persamaan tujuan,


yaitu membantu manusia agar bersifat lebih manusiawi dan
lebih beradab. Sehingga dapat meningkatkan kebahagiaan
atau kesejahteraan orang lain yang merupakan peningkatan
kesehatan jiwa seseorang dan sangat berpengaruh dalam
perkembangan kesehatan jiwanya.
CONTOH

Saat berkomunikasi dengan pasien, sebagai dokter kita


harus mengerti dengan kondisi pasien dan menghormati
hak pasien sebagai manusia agar pasien merasa nyaman
dan tidak terintimidasi
JAWABAN DISKUSI MAKALAH EMPATI,
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA, DAN
KESEHATAN JIWA

1. Bedakan antara simpati, empati, dan antipati.


Diskusikan dan berikan beberapa contoh!
Adalah upaya dan kemampuan
untuk mengerti, menghayati dan
menempatkan diri seseorang di
tempat orang lain sesuai dengan
identitas pikiran, perasaan,
keinginan, perilaku dari orang itu
EMPATI tanpa mencampur-baurkan nilai -
nilai atau selera pribadi dari
orang yang berempati dengan
nilai atau selera pribadi orang
yang diempati
mengadakan relasi dengan orang
lain berdasarkan perasaan.
Pada simpati perasaannya adalah
perasaan positif, misalnya
menaruh kasihan, rasa iba, turut
SIMPATI merasakan perasaan yang
dirasakan orang lain, misalnya
ikut bersedih atau ikut
bergembira sewaktu orang lain itu
bersedih atau bergembira.
Pada antipati, perasaannya
terhadap orang yang di antipati
adalah negatif, misalnya
berantipati terhadap seseorang
karena tidak menyukai perbuatan
atau identitasnya.
Contoh: seorang ibu mengatakan
ANTIPATI kepada anaknya “ Saya tidak
menyukai perbuatanmu yang
memukul adikmu dengan semena-
mena.” Pada antipati yang wajar
sang ibu dapat membedakan
Sumber :Empati.Hubungan Antar
antara sikap antipatinya terhadap
Manusia dan kesehatan jiwa mental perbuatan anaknya, tapi ia masih
(revisi 2010). tetap menyayangi anaknya sebagai
oleh dr. Lukas Mangindaan, SpKJ
manusia.
2. Apabila sesorang itu berbeda dalam identitas,
(ras,agama dll), apakah secara otomatis orang itu bisa
lebih baik dan buruk. Jelaskan, berikan contoh!

 Tidak, karena perbuatan baik ataupun buruk ditentukan


oleh pribadi individu sendiri. Perbedaan dalam agama,
nilai-nilai, ras/suku bangsa, atau orientasi seksual itu hanya
sekdar “state of being” dari individu tersebut. Jadi harus
bersifat netral.
3. Bagaimana seseorang dapat berempati dengan orang
lain yang berbeda nilai-nilainya? Bagaimana hal itu
dapat dilakukan? Berikan beberapa contoh dalam
kehidupan!
 Cara berempati kepada seseorang yang berbeda nilainya:
1. Menghargai nilai-nilai orang tersebut
2. Memperlakukan orang lain sebagai sesama manusia yang setara, terlepas
dari identitasnya , tanpa prasangka atau sikap menghakimi
3. Menghargai perbedaan pendapat dalam berkomunikasi
4. Tidak memaksakan kehendak
5. Tidak bersikap apriori/ berprasangka, dengan perkataan lain bersikap
netral dalam melakukan relasi
6. Berusaha mengerti cara berpikir, perasaan (termasuk kekuatiran,
ambivalensi/ perasaan mendua, kecurigaan, rasa malu, takut dihina,
dicela, dsb) dari orang lain
7. Dapat menyatakan pendapat dan menjadi pendengar yang baik dalam
komunikasi
8. Jika dalam komunikasi itu diperlukan suatu penyelesaian masalah, maka
kedua pihak akan saling menghargai dan berada sebagai orang yang
setara, sedangkan hasilnya tidak dipaksakan, melaikan merupakan
kesepakatan yang sesuai kedua pihak dan dapat diterima dan cocok bagi
kedua pihak tersebut.
 Untuk menciptakan sikap tersebut, kita dituntut untuk berempati
diri kita sendiri kemudian berusaha menghayati perbedaan yang
ada pada diri orang lain dan terhadap diri kita, sehingga kita dapat
menemukan perbedaan antara diri kita dan orang lain. Kemudian
untuk mempelajari dan memahami perbedaan dan
kembangkanlah sikap untuk tidak malu bertanya agar tidak terjadi
salah presepsi dalam menghayati perbedaan tersebut. Misalnya
dokter berupaya memberikan obat yang sesuai kemampuan
pasien. Disini dokter memberikan obat pada orang kaya sesuai
kemampuan nya, bagi orang yang tidak kaya juga diberikan obat
yang sesuai kemampuannya
4. Pada dasarnya kita perlu menghargai nilai-nilai orang
lain walaupun berbeda dengan nilai diri kita, tapi di
lain pihak, kapankah kita perlu prihatin terhadap nilai-
nilai seseorang? Berikan contoh, diskusikan!

 Dalam hubungan antar manusia masing-masing pihak perlu


menghargai nilai-nilai pihak lain, namun tidak semua nilai-
nilai yang dianut pihak lain itu dapat diterima, karena kita
perlu prihatin akan nilai –nilai yang :
 membahayakan: jiwa / kehidupan, kesehatan, kesehatan jiwa
diri sendiri atau orang lain.
 melanggar hak azasi manusia
 hanya mempromosikan hubungan “ke-Kami-an” yang sekaligus
meniadakan hubungan “ ke-Kita-an”
 Apabila hal-hal itu terjadi, perlu dilakukan pendekatan
dengan cara :
 dialog non kekerasan dan bersifat manusiawi ,
 membantu timbulnya kesadaran ( awareness ) akan dampak
negatif hal hal itu ,
 membantu menyadari bahwa ada nilai , perilaku dan cara
alternatif yang tidak membahayakan jiwa , kesehatan ,
kesehatan jiwa , atau tidak melanggar hak hak azasi manusia
5. Jelaskan perbedaan antara: berempati dengan orang lain
yang berbeda nilai /selera pribadi,dengan mempunyai nilai
/ selera pribadi yang berbeda dengan nilai / selera pribadi
orang lain!
Selera pribadi adalah hak azasi tiap orang. Masing –masing orang
berhak untuk berselera pribadi tertentu. Akan tetapi janganlah
kita mencampurbaurkan antara selera pribadi kita dengan
hubungan kita dengan orang orang lain yang kebetulan
selera pribadinya atau identitasnya tidak sesuai dengan
selera pribadi kita.
Pandangan kita adalah multikultural: kita menghormati
orang yang berbeda agama dengan kita, dan kita dapat
hidup berdampingan secara damai dengan siapapun yang
berbeda identitas (termasuk yang berbeda agama)
dengan diri kita.
6. Apa bedanya seorang “moralis” dengan seorang
“moralizer”?

 Moralis : orang yang menjalankan ajaran agama yang


dianutnya sebaik mungkin (P.S : moralis
dipakai juga untuk seseorang yang mengajarkan
agama dan nilai-nilai suatu agama).
 Moralizer : orang yang menjalankan nilai-nilai agamanya
sebaik mungkin dengan menggunakan nilai-
nilai agamanya yang dianggapnya luhur atau
menilai/menghakimi orang lain (baik yang
sama agamanya maupun berbeda).
7. Diskusikan konsep Martin Buber tentang hubungan
“Saya dan Kamu”(I and Thou relationship)!

Hubungan “Saya dan Kamu” hanya bisa terjadi antar


sesama manusia. Hubungan dimana orang kedua (Kamu)
diperlakukan sebagai manusia / subjek yang setara, sebagai
orang yang dihargai kemanusiaannya.
Dampak dari hubungan / komunikasi “ Saya dan Kamu
“adalah terjadinya relasi / komunikasi yang nyaman,.
Hubungan ini adalah hubungan yang berdasarkan empati

Sumber :Empati.Hubungan Antar Manusia dan kesehatan jiwa mental (revisi 2010).oleh dr. Lukas
Mangindaan, SpKJ
8. Diskusikan pentingnya pendekatan multikultural
sebagai landasan hubungan antar manusia, jelaskan
dampak dari “ke-Kami-an “ yang ekslusif (hubungan
monokultural yang ekslusif)!

 Pentingnya pendekatan multikultural itu penting sebagai


landasan hubungan antar manusia yaitu karena perilaku
seseorang bersifat relative, Suatu perilaku bila dilihat dari
budaya tertentu dapat dianggap baik atau buruk.
 Jadi terhadap perilaku seseorangpun jangan cepat-cepat kita
bersikap apriori, melainkan perlu ditelaah terlebih dulu
apakah perilaku seseorang itu merupakan manifestasi atau
refleksi dari nilai-nilai yang perlu kita prihatinkan ataukah
tidak. Bila tidak, janganlah hal itu dipersoalkan. Inilah yang
merupakan konsep pendekatan multikultural.
Dampak negatif dari hubungan “ke-Kami-an”
yang eksklusif
 Yang perlu diperhatikan adalah agar hubungan “ ke-Kami-
an” tidak meniadakan hubungan “ke-Kita-an” dengan
orang atau kelompok lain yang berbeda identitas, sebab bila
hal itu terjadi, maka semua orang yang berbeda identitas dengan
kelompok “kami” dikelompokkan dalam kelompok
“mereka”, atau “kaum itu” sehingga dalam keadaan ekstrem
dapat terjadi suatu hubungan yng bersifat : “Kami vs. Mereka
/Kaum itu”
 Bentuk ekstrem dari hubungan “Kami vs Mereka / Kaum itu”
adalah sikap: stigmatisasi, diskriminasi, sikap “ bigot “,
pengelompokan dalam arti negatif, perkoncoan , pemaksaan
kehendak, berada di atas hukum, prasangka, kebencian, tindak
kekerasan, peperangan, pembunuhan terhadap orang yang
termasuk dalam kelompok “Mereka / Kaum itu”
 Dalam bentuk hubungan yang bersifat “ ke-Kami-an”
yang ekstrem , orang ketiga (dia) / berbeda identitasnya
tidak diperlakukan sebagai sesama manusia , melainkan
sebagai objek atau orang yang dikucilkan. Apabila orang
itu mau masuk dalam kelompok “Kami”, maka ia harus
merubah identitasnya agar menjadi sama seperti
orang-orang dalam kelompok “Kami”. Jelaslah dalam
hubungan “ke-Kami-an” yang ekstrem , masing masing
individu tidak dapat berkembang dan
mengaktualisaikan diri sesuai dengan jati
dirinya, karena ia harus tunduk kepada persamaan
identitas yang sesuai “ke-Kami-an “ itu.
9. Apakah hubungan multikultural antar agama berarti
sinkrestisme? Diskusikan!

 Tidak, karena Sinkretisme adalah suatu istilah yang


menunjukkan paham yang sangat mencolok mewarnai
kebudayaan dunia sejak zaman Yunani kuno dan Romawi
hingga sekarang ini. Sinkretisme biasanya terjadi dalam agama
dan filsafat. Sinkretisme agama terjadi karena campuran
keyakinan agama yang berbeda menjadi sebuah agama baru.
 Sedangkan Menurut Hendar Putranto (dalam Ujan, et.al.,
2009: 15) multikulturalisme adalah paham yang berbasis pada
kepercayaan akan adanya dan pentingnya menghargai
sekaligus mengakui (affimation and recognition) terhadap
keanekaragaman budaya (cultural diversity) yang
mempersatukan perbedaan dalam hal beragama itu adalah
usaha bersama dalam memecahkan berbagai persoalan
kemanusiaan. Dengan demikian, kerukunan antar umat yang
berbeda agama bukanlah sinkretisme.

Sumber : Haryanto, J. T. (2015). Relasi Agama Dan Budaya. Smart Journal, Vol.1 nomo(2015), 41–54.
Sinkretisme dalam Arsitektur: Metodologi (Ashadi). (n.d.), 23–30.
10. Mengapa empati harus berawal dari diri sendiri?
jelaskan.

 Kalau kita berprinsip bahwa berempati harus mulai dari


diri orang lain terlebih dulu, maka akan terjadi sikap saling
menunggu siapa yang terlebih dulu berempati dengan
segala macam akibatnya.
 Maka kita memperlakukan diri kita sebagai orang
yang pasif serta respons atau reaksi diri kita hanya
bergantung dari sikap orang lain; dengan perkataan
lain: sikap kita diatur atau dikendalikan oleh
sikap orang lain. Ingat: Landasan empati adalah kasih
sayang persaudaraan terhadap sesama manusia (ukhuwah
insaniyyah) yang bersifat aktif dan tanpa pamrih.
11. Apakah dasar Empati, jelaskan dan mengapa hal itu
penting ?

 Dasar empati adalah kasih sayang. Dengan kasih sayang


seseorang dapat menunjukkan sikap empati terhadap orang
lain. Kasih sayang tersebut bersifat tanpa pamrih terhadap
sesama manusia. Selain itu dasar empati yang lainnya adalah
minat, kepekaan, serta hubungan baikn kepada orang lain
12. Mengapa empati penting bagi perkembangan
Kesehatan Jiwa?

Sesuai dengan definisi Kesehatan Jiwa / Mental: orang yang


sehat jiwa /mentalnya::
 merasa sehat dan bahagia
 serta mampu menghadapi tantangan kehidupan,
 dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
 mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain;

Sumber :Buku Pedoman Kesehatan Jiwa: Departemen Kesehatan R.I., Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat, 2003 ( hal. 5)
Faktor yang mempengaruhi terbinanya kesehatan jiwa/mental
seseorang yaitu :
 perkembangan kondisi fisik
 perkembangan mental-emosional
 situasi rumah tangga
 pendidikan
 hubungan sosial
 rasa tenteram, rasa keadilan, perlindungan hukum, dan
pelaksanaan hukum
 kesejahteraan sosial ekonomi
 pembuatan undang-undang yang bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat (bukan sebaliknya)
 situasi politik yang kondusif
 ekologi yang baik dan seimbang
 hubungan antar negara yang baik
Hubungan faktor-faktor di atas dapat dengan lebih jelas
dilihat dari sudut pandang “General Systems Theory”
(Ludwig von Bertalanffy), Bertalanffy menjelaskan
bahwa dunia (dan antariksa / universe) terdiri dari sistem
sistem yang saling berinteraksi dengan sistem lainnya baik
dalam hubungan horizontal maupun vertikal. Bagan
ini akan sangat membantu kita melihat bagaimana
keseimbangan dan perubahan pada satu sistem serta
antar sistem dapat mempengaruhi sistem yang lain.
Sehingga...
 Empati adalah kerangka dasar essensial yang diperlukan
agar terjadi hubungan serta komunikasi antar manusia (antar
individu, antar kelompok dan antar sistem) yang adekuat dan
manusiawi.
 Hal itu perlu diterapkan oleh tiap orang baik sebagai
individu (sebagai orang tua, anak, anggota keluarga, guru,
murid) yang memimpin dan yang dipimpin; maupun oleh
kelompok (sosial , politik, agama ), institut: terhadap orang
lain atau kelompok / masyarakat lain.
13. Diskusikan definisi kesehatan jiwa dan diskusikan
pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari!

 Definisi kesehatan jiwa menurut WHO:


Orang yang sehat jiwa/ mentalnya adalah orang yang:
1. Merasa sehat dan bahagia
2. Serta mampu menghadapi tantangan kehidupan
3. Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya
4. Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain
Pelaksanaanya dalam kehidupan
sehari-hari:
 Pada diri sendiri: percaya diri dan membuat pikiran jernih
dengan refreshing dan rekreasi. Menghargai diri sendiri,
percaya bahwa diri anda bisa melakukannya.
 Pada orang lain: bersikap yang ramah dan bersahabat kepada
teman. Memberikan respon postif dan tidak bersikap antipati.
Berikan empati kita kepada teman, pasien, ataupu semua
masyarakat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai