Anda di halaman 1dari 24

RAGAM BAHASA

Oleh Kelompok 1 :
A’12 Ganjil

Atya Rezita Putri (1210321003)


Fitriatul Aini (1210322009)
Putri Indah Mentari (1210323031)
Vazia Rahma Handika (1210323011)
Wulan Rija Pratiwi (1210323001)
Wulan Yulastri (1210322021)
Yola Febi Yuanda (1210321005)
Yori Septa Andhrian (1210323021)
1. Ragam Bahasa
• Ragam bahasa
adalah variasi bahasa yang terjadi karena
pemakaian bahasa.
• Ragam bahasa menurut Bachman, 1990).
Adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara.
2. Ragam Bahasa Indonesia
• Bidang Penggunaannya :
Ragam Ilmu
Ragam Hukum
Ragam Jurnalistik
Ragam Agama
Ragam Sastra

• Suasana Penggunaannya :
Ragam Resmi
Ragam Tidak Resmi/Santai

• Sarana
Ragam Lisan
Raga Tulisan
• Penutur:
Ragam Terpelajar
Ragam Tidak Terpelajar

• Tempat:
Logat/Dialek Jawa
Logat/Dialek Minang
Logat/Dialek Jakarta
Logat/Dialek Batak
3. Jenis-jenis Ragam Bahasa

• Ragam bahasa terdapat dibedakan menjadi


dua, yaitu:
1. Media pengantarnya (Ragam lisan dan ragam
tulis)
2. Situasi pemakaiannya (Ragam formal,
semiformal, dan informal)
• Berdasarkan media pengantar :
1. Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan
alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur
dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata
bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan
ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara
atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk
mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain
meliputi:
• Ragam bahasa cakapan
• Ragam bahasa pidato
• Ragam bahasa kuliah
• Ragam bahasa panggung
• Ciri-ciri ragam lisan :
a. Memerlukan kehadiran orang lain
b. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c. Terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara

• Kelebihan ragam lisan :


a. Dapat disesuaikan dengan situasi.
b. Faktor efisiensi.
c. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekan dan gerak
anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan
gerak-gerak pembicara.
d. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang
dibicarakannya.
e. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa
yang dituturkan oleh penutur.
f. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari
informasi audit, visual dan kognitif.
• Kelemahan ragam bahasa lisan :
a. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-
frase sederhana.
b. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
d. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
2. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan
dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan
dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek
tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam
ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan
ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain
meliputi:
• Ragam bahasa teknis
• Ragam bahasa undang-undang
• Ragam bahasa catatan
• Ragam bahasa surat
• Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a. Tidak memerlukan kehaduran orang lain.
b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c. Tidak terikat ruang dan waktu
d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

• Kelebihan ragam bahasa tulis :


a. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang
menarik dan menyenangkan.
b. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.

• Kelemahan ragam bahasa tulis :


a. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti
kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
c. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu
dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Perbedaan Ragam Lisan dan Tulis
Cara Penyampaian
1. Ragam lisan: penutur dapat memanfaatkan peragaan, seperti gerak
tangan,
air muka, dan tekanan suara untuk membantu pemahaman.
Ragam tulis: peragaan seperti itu tidak bisa digambarkan.
2. Kosakata
Ragam lisan: Ibu bilang kita harus belajar.
Kita harus bikin karya tulis.
Ragam tulis: Ibu mengatakan bahwa kita harus belajar.
Kita harus membuat karya tulis.
3. Bentuk Kata:
Ragam lisan: Ani mau nulis surat.
Dia sedang baca surat kabar.
Ragam tulis: Ani mau menulis surat.
Dia sedang membaca surat kabar.
4. Struktur Kalimat:
Ragam lisan: Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
Saya akan tanyakan soal itu.
Ragam tulis: Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu
lintas.
Saya akan menanyakan soal itu/Akan saya tanyakan soal itu.
• Berdasarkan Penutur
1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah
(logat/dialek).
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan
pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura,
dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang
berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa
Tengah tampak pada pelafalan (b) pada posisi awal saat
melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung,
Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak
pada pelafalan (t) seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
2. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur
yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak
berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang
berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah,
kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang
tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah,
komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini
juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa
seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain
itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan
awalan yang seharusnya dipakai.
contoh:
1) Ira mau nulis surat à Ira mau menulis surat
2) Saya akan ceritakan tentang Kancil à Saya akan
menceritakan tentang Kancil
3. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur
terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis
terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain
resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau
pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat
mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika
melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara
penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca,
akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku.
Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin
resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan
bahasa yang digunakan.
4. Sifat Ragam Bahasa Ilmu
1. Baku
Ragam bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa
baku, yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku,
yakni EYD, dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang
baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat
yang baku atau sudah dibakukan.
Contoh:
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain
sebagainya, maka proyek pembangunan sarana
telekomunikasi di Indonesia bagian timur kita terpaksa
serahkan kepada pengusaha asing. (tidak baku)
Perbaikan:
Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek
pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur
terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing. (baku).
2. Denotatif
Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna
lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda.
Contoh:
Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum
memperoleh penerangan yang memadai. (tidak lugas)
Maksud kalimat diatas tidak jelas karena kata penerangan
mengandung makna ganda, yaitu informasi atau listrik.
Perbaikan:
Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum
memperoleh informasi yang memadai.
Atau:
Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum
memperoleh listrik yang memadai.
3. Berkomunikasi dengan pikiran daripada perasaan
Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak
berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional.
Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar,
stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya,
sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu
kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidak efisien)
Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-
tempat yang ramai supaya kegiatan belajar tidak
terganggu. (efisien).
4. Kohesif
Agar tercipta hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat maupun
dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea yang satu dengan alinea yang lainnya
bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan
kata-kata penghubung.
5. Koheren
Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.
6. Mengutamakan Kalimat Pasif
Contoh:
Penulis melakukan penelitian ini dilaboratorium.
Perbaikan:
Penelitian ini di lakukan dilaboratorium.
7. Konsisten
Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-
tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.
8. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat
diterima akal.
Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan menguap. (tidaklogis)
Perbaikan:
Alati tu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan menguap.
9. Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh
penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.
10. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.
Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satu
meter.
5. Jenis Lain Rgam Bahasa
1. Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh
penuturnya dipandang sebagai ragam yang
baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan
terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat
resmi.
2. Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam
bahasa yang dipakai apabila pembicara
menganggap kawan bicara sebagai sesama,
lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila
topik pembicara bersifat tidak resmi.
3. Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai
apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya
orang tua dan atasan.
4. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan
dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang
saling mengenal.
5. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan
melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu
sehingga situasi pengungkapan dapat membantu
pemahaman.
6. Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam
suasana resmi.
7. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan
melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu
sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada
sasaran secara visual.
6. Ciri Pembeda Ragam Standar dan
Non-standar
• Kata sapaan dan kata ganti (Bapak, Ibu, Saudara,
Anda, Pak Dokter, Bu Dokter, Pak Haji, Kamu).
• Kata tertentu (tidak, akan, sudah, besar, perempuan
atau pacar, ayah, orang tua
• Kata sapaan dan kata ganti (Mia, Nina, gue,kamu,
kamu-kamu)
• Kata tertentu (nggak, bakal, udah (selesai), gede,
cewek, bokap, ortu)
• Penggunaan imbuhan (memakai, menurunkan,
menulis)
• Penggunaan Konjungsi dan preposisi (ibu mengatakan
bahwa kita akan pergi besok; Mereka bekerja keras
untuk menyelesaikan pekerjaan itu)
• Kelengkapan fungsi (Misalnya percakapan sebuah
keluarga di restoran.;
A: “Bu, Ibu pilih apa? Ayam?” atau “Bu, mau ayam?”
B: “Nggak, ah, ibu mau ikan saja, deh”
• Imbuhan sering ditanggal- kan (pake, nurunin, nulis)
• Konjungsi dan preposisi dihilangkan (Ibu mengata- kan
kita akan pergi besok; Mereka bekerja keras me-
nyelesiakan pekerjaan itu)
• Ada fungsi yang dihilang-kan
(A: “Bu, Ibu apa? Ayam” atau “Ibu,ayam?”
B: “Nggak, ah, Ibu ikan aja, deh”)

Anda mungkin juga menyukai