Mikrosporogenesis
Intan Permata Sari
Khoirun Najah
Faradisa Fauzi
Nur Hikmah
Bagian bunga yang Steril:
1. Petal (Corolla)
2. Sepal (Calyx)
Arkesporiu
Epidermis
m
Sel parietal
Sel parietal Sel sporogen
sekunder
sekunder sekunder
Lapisan
Lapisan tengah bwh
Sel induk
endotesium tapetum
tengah atas mikrospora
mikrospora
Dinding Antera terdiri dari :
1. Epidermis (eksotesium)
– Mrpk lapisan terluar, terdiri dari 1 lapis sel. Pada antera
yg masak epidermis memipih dan membentuk tonjolan
(papila). Disebut eksotesium jika mengalami penebalan
berserabut
2. Endotesium
– Pada antera masak, endotesium mengalami penebalan
tak teratur dan menunjukkan struktur berserabut shg
juga disebut lamina fibrosa.
– Fungsi untuk membantu membukanya antera
– Di dalamnya terdpt RER, polisom dan plastida
3. Lapisan Tengah
– Terdiri dari 2-3 lapis sel atau lebih
– Dgn berkembangnya antera, sel-selnya menjadi tertekan
dan memipih karena terdesak endotesium (pada saat sel
induk mikrospora mengalami meiosis)
4. Tapetum
– Mrpk lapisan terdalam dari antera dan berkembang
maksimum pada saat terbentuk tetrad mikrospora
– Fungsi sebagai sumber nutrisi untuk perkembangan
mikrospora.
Lapisan Dinding Antera
Berdasar asal lapisan parietal sekunder, Bhandari (1984)
membagi dinding antera dalam beberapa tipe:
• tipe dasar; lapisan parietal terluar dan terdalam membelah
secara periklinal dan membentuk endotesium, dua lapisan
tengah dan tapetum,
• tipe dikotil; lapisan parietal terluar membelah membentuk
endotesium dan lapisan tengah, sedangkan lapisan terdalam
langsung berfungsi sebagai tapetum,
• tipe monokotil; lapisan parietal paling dalam membelah
menghasilkan lapisan tengah dan tapertum, sedangkan
lapisan terluar membentuk endotesium,
• tipe reduksi; lapisan parietal terluar dan dalam berturut-turut
menjadi endotesium dan tapetum, dan tidak terdapat lapisan
tengah.
Anther Wall Development
PERKEMBANGAN GAMETOFIT JANTAN
Sel induk Meiosis Meiosis
mikrospora I
mitosis
II
inti vegetatif
inti generatif
Haploid Haploid
Haploid Haploid
Angiosperms: Production of Male Gametophyte
Masing-masing bagian dari tetrad pollen =
mikrospora
Haploid Haploid
Haploid Haploid
Angiosperms: Production of Male Gametophyte
Haploid Haploid
Pollen Grain
The Anther
Anther Type
bithecal
monothecal
monothecal
Canna Hibiscus
Mikrogametogenesis
Megasporogenesis
Ada 3 tipe perkembangan gametofit betina :
1. Monosporik
Hanya ada 1 inti megaspora yg berperan selama perkemb
gametofit
Ada 2 tipe :
a. Tipe Polygonum atau tipe normal, dimana inti
megaspora yg berfungsi membelah 3 kali berturut-turut
menghasilkan 8 inti (4 inti di khalaza, 4 inti di mikropil)
b. Tipe Oenothera, terjdi 2 kali pembelahan inti
megaspora shg hanya ada 4 inti di bagian mikropil
(terdiri dari 2 inti sinergid, 1 sel telur dan 1 inti kutub).
Hanya ada pd famili Onagraceae
2. Bisporik
Ada 2 inti megaspora yg berperan selama perkemb
gametofit
Setlh meiosis I pd megasporogenesis terbetkk 2 sel,
1 melanjutkan meiosis II, 1 mengalami degenerasi
Pd pembelahan meiosis II tdk tjd pembentukan
dinding sekat, dan kedua inti megaspora berperan
dalam pembentukan embryo sac . 2 inti kemudian
bermitosis 3 kali menghasilkan 8 inti (spt tipe
normal/polygonum)
Ada 2 tipe :
a. tipe allium, dimana megaspora yg berfungsi yg
berada di bagian khalaza, sedang yg di bagian
mikropil terdegenerasi setelah meiosis I
b. tipe Endymion, dimana megaspora yg berfungsi
yg berada di bagian mikropil, sedang yg di bagian
khalaza terdegenerasi setelah meiosis I
3. Tetrasporik
• Pembelahan meiosis sel induk megaspora selama
megasporogenesis tdk diikuti pembentukan dinding
sekat, sehingga pada akhir meiosis, 4 inti sel
haploid tetap di dalam sitoplasma sel yg sama
(terjadi pembelahan inti bebas)
• Pola organisasi embryo sac tetrasporik sangat
bervariasi. Susunan embryo sac sblm mengalami
mitosis sbb :
a. Terdiri dari 4 inti yg tersusun 1+1+1+1, masing-
masing di bagian mikropil, khalaza dan bagian
lateral lembaga
b. Terdiri dari 4 inti yg tersusun 1+3, 1 di bagian
mikropil, 3 di bagian khalaza
c. Terdiri dari 4 inti yg tersusun 2+2, 2 inti di bagian
mikropil, 2 di bagian khalaza
Selected monosporic (A), bisporic (B) and tetrasporic (C–G) patterns of female gametophyte development
from Maheshwari (1950).
© The Author 2009. Published by Oxford University Press on behalf of the Annals of Botany Company. All
rights reserved. For Permissions, please email: journals.permissions@oxfordjournals.org
Mature Megasporocyte
Megasporangium (2n)
Micropyle
Surviving
megaspore (n)
MITOSIS
Female gametophyte
Ovule
3 antipodal cells (n)
(embryo sac)
2 polar nuclei (n)
1 egg (n)
Integuments (2n)
2 synergids (n)
Embryo
100 µm
sac
Polinasi dan fertilisasi
Polinasi atau
penyerbukan terjadi
ketika butir sel jantan
dari benangsari masuk
ke kepala putik bunga
lalu turun ke tangkai
putik untuk bergabung
dengan bakal biji.
Penyerbukan pada angiospermae
(tumbuhan biji tertutup) adalah peristiwa
menempelnya serbuk sari pada kepala
putik.
Cross polination
- Bertambahnya Perkecambahan Pollen
ukuran pollen
- Suatu buluh
kecil tumbuh
memanjang
- Menembus
jaringan stigma
dan stilus
- Setelah buluh
muncul dari
butir pollen,
buluh mencari
jalan pada
papila stigma
Gymnospermae tidak memiliki stigma sehingga
butir pollen langsung menuju ovulum
Sporofit
(2n)
Fertilisasi ganda
Serbuk sari
8 nukleus haploid berkecambah di
kepala putik. Buluh
Megagametofit (n) serbuk sari tumbuh
sampai mencapai
megagametofit