Anda di halaman 1dari 60

QBL 2: METODE

IDENTIFIKASI PRIMER &


SEKUNDER
Claudia
1506731662
METODE
IDENTIFIKASI
Lukman D. Ilmu Kedokteran Gigi Forensik. Jakarta : Sagung Seto. 2006

Interpol. Interpol Disaster Victim Identification Guide. 2014. Available from: https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiRwpXI0vvSAhXGx7wKHQuIAAwQFggZMAA&url=https%3A%2F%2Fwww.interpol.int
%2FMedia%2FFiles%2FINTERPOL-Expertise%2FDVI%2FDVI-Guide-new-version-2013&usg=AFQjCNEK_g4C65rRT7b4i3Jt_ySI-
4vQzw&sig2=MOfIq84qxX9sd0GOCAnHlQ
Identifikasi Identifikasi
Umum Gigi
IDENTIFIKASI UMUM

Tubuh Korban

Pakaian atau busana

Dokumen

Perhiasan
Tubuh Korban
Urutan
Pemeriksaan
Tubuh Korban

Urutan pemeriksan dimulai dari kepala,


dada, lalu menuju ekstremitas.

Pemeriksaan ekstremitas pada pengguna


tangan kanan dimulai dari sebelah kanan
dulu.

Untuk pemeriksaan pada pengguna tangan


kiri(kidal), maka dilakukan dengan urutan
sebaliknya
Pakaian atau Busana
• Celana panjang atau
Bentuk
pendek, gaun, sarung
pakaian kebaya, dll

• Kembang-kembang, garis-
Corak Pakaian
garis, modif,dll

Nomor Binatu
Merek Pakaian (Laundry Mark)
Dokumen

Perhiasan » KTP
» SIM
» Bentuk perhiasan » kartu kredit
» Bahan material » kartu sekolah
» kartu mahasiswa
perhiasan
» kartu karyawan
» Inkripsi : bukti » name tag instansi
penulisan
» Merek perhiasan
IDENTIFIKASI GIGI
Identifikasi ras korban atau pelaku dari gigi dan
antropologi ragawi Identifikasi korban dari gigi palsu

Identifikasi jenis kelamin korban melalui gigi, Identifikasi wajah korban dari rekonstruksi tulang
tulang rahang, serta antropologi ragawi rahang dan tulang fasial

Identifikasi umur korban melalui benih gigi, gigi


susu, gigi campuran, atau gigi tetap Identifikasi korban melalui pola gigitan pelaku

Identifikasi korban melalui kebiasaan Identifikasi korban dari proses eksklusi pada korban
menggunakan gigi massal

Identifikasi korban dari pekerjaan yang Radiologi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik
menggunakan gigi

Identifikasi golongan darah korban dari air liur atau Fotografi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik
pulpa gigi

Identifikasi DNA korban dari analisa air liur dan Victim Identification Form
jaringan sel rongga mulut
Berdasarkan tingkat kepentingan dan keakuratannya :

Identifikasi Primer

Identifikasi Sekunder
METODE
IDENTIFIKASI
PRIMER DAN
SEKUNDER
Interpol. Interpol Disaster Victim Identification Guide. 2014. Available from: https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiRwpXI0vvSAhXGx7wKHQuIAAwQFggZMAA&url=https%3A%2F%2Fwww.interpol.int
%2FMedia%2FFiles%2FINTERPOL-Expertise%2FDVI%2FDVI-Guide-new-version-2013&usg=AFQjCNEK_g4C65rRT7b4i3Jt_ySI-
4vQzw&sig2=MOfIq84qxX9sd0GOCAnHlQ

Prawestiningtyas E, Algozi AM. Identifikasi Forensik berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Sekunder Sebagai Penentu Identitas Korban pada Dua Kasus Bencana
Massal. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2009: 25(2):87-94.
Metode Identifikasi
Primer
Merupakan metode paling reliable agar identifikasi bisa dikonfirmasi
Friction Ridge

» Friction ridge pada telapak dan jari tangan dan kaki UNIK

» Friction ridge selalu PERSISTEN kecuali ada luka permanen dan


dekomposisi berat

» SIDIK JARI bisa diklasifikasikan dan bisa dicari


Karena sidik jari bisa diklasifikasikan, sidik jari bisa dikategorikan
dan didaftarkan secara sistematis dalam database.
Forensic Odontology

» Struktur gigi dan rahang manusia UNIK


» Perawatan pada gigi seperti restorasi, crown, PSA, implan,atau prostetik juga UNIK

» Gigi adalah komponen yang keras dan elastis


» Gigi tahan terhadap pengaruh luar saat manusia hidup atau setelah meninggal

» Kondisi gigi geligi dapat memberikan informasi mengenai ras, pola hidup, umur, pola makan, dan kesehatan
gigi dan mulut

» Dilakukan dengan mencocokan pemeriksaan post-mortem dengan ante-mortem


TES DNA

» DNA merupakan sumber identifikasi yang terbukti karena informasi genetik pada sel unik untuk
tiap orangnya

» Tes DNA bisa diterapkan pada kasus dimana korban telah mengalami dekomposisi ringan
ataupun berat

» DNA matching adalah solusi terbaik untuk identifikasi bagian tubuh.


» DNA matching dilakukan berdasarkan profil dari saudara, sampel diri atau barang korban
Metode Identifikasi
Sekunder
» Metode ini digunakan apabila metode identifikasi primer gagal untuk mengidentifikasi korban.

» Kombinasi dari identifikasi sekunder mampu menyediakan informasi yang cukup untuk
mengidentifikasi korban pada kasus khusus dimana akses identifikasi primer terbatas atau
tidak ada.
Informasi Medis

Deskripsi • umur, jenis kelamin, etnis, fitur spesifik


personal
Penemuan • Bekas luka, bukti penyakit, bukti
operasi, alat pacu jantung, prostetik, dan
Medis lainnya

Ciri
eksternal • Tato, tahi lalat,dll

tambahan
Informasi Medis
» Fitur eksternal sejak lahir : bentuk kepala, warna mata, bentuk pupil, ukuran dan bentuk
hidung, malformasi thorax kongenital, lutut yang menonjol, kecacatan jumlah jari, dan ciri
lainnya

» Fitur eksternal semasa hidup : scar dan kecacatan tulang karena trauma, tumor kulit, tindik,
tatoo, operasi plastik, implan dada, dan lainnya

» Fitur internal dari autopsi penuh atau dengan radiograf (x-ray/CT scan)
Bukti peninggalan /
pakaian

» Mencakup semua benda pada korban (perhiasan, pakaian, dan dokumen)

» Bukti-bukti ini bisa menjadi pertimbangan, walaupun beberapa diantaranya belum tentu
dimiliki oleh korbannya

» Perhiasan yang melekat pada korban lebih bisa membuktikan bahwa benda tersebut milik
korban
CONTOH KASUS
Prawestiningtyas E, Algozi AM. Identifikasi Forensik berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Sekunder Sebagai
Penentu Identitas Korban pada Dua Kasus Bencana Massal. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2009: 25(2):87-94.

Identifikasi jenazah pada tenggelamnya KM Senopati Nusantara pada akhir tahun 2006. Tenggelamnya kapal KM
Senopati Nusantara menewaskan ratusan korban jiwa. Tidak semua korban dapat dievakuasi, 36 jenazah
dikirimkan ke instalasi Ilmu Kedokteran Forensik-Medikolegal RSU Dr. Soetomo Surabaya.

Identifikasi Primer
• Pemeriksaan gigi, gigi palsu

Identifikasi Sekunder
• informasi medis, properti, fotografi
Identifikasi bisa sukses
dari hasil metode
identifikasi primer atau
kombinasi antara
identifikasi primer dengan
identifikasi sekunder

Prawestiningtyas E, Algozi AM. Identifikasi Forensik berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Sekunder Sebagai
Penentu Identitas Korban pada Dua Kasus Bencana Massal. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2009: 25(2):87-94.
Pemeriksaan sekunder
medis (sex, tinggi
badan, tatoo), property
(KTP)

A. Jenazah dapat diidentifikasi sederhana


secara visual
B. Pemeriksaan sekunder medis:sikatrik
C. Pemeriksaan sekunder medis: kumis, tahi
lalat

Prawestiningtyas E, Algozi AM. Identifikasi Forensik berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Sekunder Sebagai
Penentu Identitas Korban pada Dua Kasus Bencana Massal. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2009: 25(2):87-94.
Identifikasi primer gigi tidak akurat Pemeriksaan Primer DNA sebagai
karena avulsi gigi postmortem dan alternative penentu terakhir
hilangnya jaringan lunak
SIDIK BIBIR
Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry. London : Springer. 2013
DEFINISI

» Sidik Bibir adalah metode identifikasi yang menarik karena keunikannya dan tidak akan
berubah semasa manusia hidup.

» Permukaan eksternal dari bibir mempunyai elevasi dan depresi yang membentuk pola
tertentu.

» Sidik bibir bisa ditemukan pada pakaian, gelas, kacamata, rokok, jendela, dan pintu.

» Pada forensik odontologi, sidik bibir bisa digunakan untuk identifikasi dan penentuan jenis
kelamin.
Klasifikasi

Renaud Classification Martin Santos


Classification

• Simple: terbentuk dari 1 elemen


• Garis lurus (R-1)
• Curve (C-2)
• Angular (A-3)
• Sinusoidal (S-4)
• Compound : terbentuk dari beberapa
elemen
• Bifurkasi (B-5)
• Trifurkasi (T-6)
• Anomalous (An-7)
Klasifikasi

Suzuki Suzuki and Tsuchihashi

classification
classification

• Type 1: vertikal
• Type II : pola bentuk Y bercabang
• Type III : pola criss-cross (X)
• Type IV: retikular, pola checkered (+)
Suzuki Classification

• Type 1: vertikal
• Type II : pola bentuk Y bercabang
• Type III : pola criss-cross (X)
• Type IV: retikular, pola checkered (+)
Metode Pengambilan dan
Analisis Sidik Bibir
» Survey sidik bibir adalah langkah pertama dapat dilakukan dengan cahaya putih dan ultraviolet
» Foto harus dilakukan langsung untuk melindungi bukti

» Vermillion border dari bibir mempunyai kelenjar saliva minor dan sebaceous, serta
pelembaban dari lidah, sehingga terbentuk sidik bibir yang tersembunyi
» Sidik bibir yang laten ini bisa terlihat dengan fluorescent dyes

» Untuk sidik bibir dengan adanya lipstik yang memiliki komponen minyak yang minimal,
penggunaan conventional powder mungkin kurang efektif, lysochromes bisa digunakan.

» Sidik bibir yang tidak terliaht bisa diambil dengan aluminium dan magnetic powder
Metode Pengambilan dan Analisis
Sidik Bibir
Lipstik/ transfering
Foto Roller Finger Printer
medium lain
• Pencahayaan harus • Mengoleskan medium • Krim bibir dioleskan
fokus pada bibir pada bibir tipis ke bibir
• Angle harus pas • Lalu menekan bibir • Roller ini diaplikasikan
dengan kontras besar pada medium langsung ke bibir
antara bagian terang pencatatan seperti untuk mendapatkan
dan gelap kertas, kartu glossy, sidik bibir
• Hasil foto harus gelas, dan lainnya • Lalu diletakkan pada
sesuai ukuran aslinya • Sebaiknya direkam kertas cellophane dan
beberapa kali diperiksan dengan
kaca pembesar
SIDIK PALATAL
Chairani S, Auerkari EI. Pemanfaatan Ruga Palatal untuk Identifikasi Forensik. Indonesian Journal of
Dentistry 2008; 15 (3):261-269
Sidik Palatal
» Ruga palatal merupakan ridge dari membrane mukosa yang
irregular dan asimmetris meluas kelateral dari papila insisivus
dan bagian anterior dari median palatal raphe.
» Ruga memiliki morfologi yang individualistic.
» Ilmu yang mempelajari mengenai ruga disebut
rugoskopi/palatoskopi.
» Pola yang dipelajari mencakup panjang, lokasi dan bentuk.
Klasifikasi

Mantins dos
Kenson Carrea Cormoy
Santos

Thomas CF
Trobo Basauri dan Kotze
TFW
Kenson
Carrea
» Dibagi berdasarkan arah ruga palatal
⋄ Tipe I: postero-anterior
⋄ Tipe II: perpendikuler ke raphe mediana
⋄ Tipe III: anterior – posterior
⋄ Tipe IV: berbagai arah
Cormoy
» Dibagi berdasarkan ukuran
⋄ Ruga utama (principle rugae): >5mm
⋄ Ruga tambahan (accessory rugae): 3-4mm
⋄ Ruga fragmentasi (fragmental rugae): <3mm
Mantis dos Santos
Trobo
Basauri
Thomas CF dan Kotze
TFW
» Berdasarkan jumlah, panjang, ukuran dan unifikasi
dari ruga
⋄ Panjang:
⋄ >10mm
⋄ 5-10 mm
⋄ <5mm (fragmented rugae)
⋄ Bentuk:
⋄ Kurva (curved)
⋄ Bergelombang (wavy)
⋄ Lurus (straight)
⋄ Sirkular (circular)
1. Chairani S, Auerkari E. Pemanfaatan ruga palatal untuk identifikasi forensik. Indones J Dent. 2008;15(3):261-269.
Metode Pengambilan dan
Analisis
» Pemeriksaan intraoral  mudah dan murah, sulit untuk dibandingkan
» Fotografi oral dengan kamera intraoral  bisa dibandingkan antar individu
» Pembuatan cetakan  cepat dan murah. Cetak dengan irreversible
hydrocolloid dan diisi dengan dental stone. Dengan bantuan kaca pembesar,
warnai ruga palatal pada model gigi dengan pensil/ bolpoin hitam untuk
memperjelas gambaran pola dari ruga palatal. Bila perlu, dapat dibuat foto
dan dianalisa dengan program Photoshop. Pengukuran ruga dapat
menggunakan kaliper atau penggaris (contohnya penggaris Kenson). Untuk
analisa perbandingan dapat dibuat calcorrugoscopy atau overlay print dari
ruga palatal pada model maksila.
SIDIK DNA
Senn DR, Stimson PG, editors. Forensic Dentistry. 2nd ed. US: CRC Press; 2010.
Adams C, Carabott R, Evans S, editors. Forensic Odontology: An Essential Guide. UK: Wiley Blackwell; 2014.
http://riset.fk.unsoed.ac.id/2017/03/26/dna-sampling-dengan-buccal-swab/
Sweet, er al. An Improved Method to Recover Saliva from Human Skin: The Double Swab Technique. Journal
of Forensic Sciences: 1997; 320-322.
SIDIK DNA/DNA Profiling

» William Thomas Astbury pada tahun 1944 menyatakan DNA adalah material
kehidupan.
» Pasangan nukleotida adalah essence yang berfungsi dari molekul DNA, dan
pasangan itu konsisten selama proses biologis. Nucleotide base adenine (A)
berpasangan dengan thymine (T), dan guanine (G) selalu berpasangan dengan
cytosine (C); hasilnya adalah molekul yang terdiri dari benang antiparallel dengan
bentuk tangga yang disebut helix.
» Beberapa teknik memanipulasi DNA splicing, cloning, sequencing dan replicating
molecule. Tahap ini membawa ke satu tahap yang lebih baru yaitu teknologi DNA
rekombinan.
DNA

»Ketika sepasang suami istri mempunyai keturunan, mereka mewariskan


satu perangkat yang lengkap, tetapi itu merupakan hasil saling tukar
antara sebagian kromosom ayah dan ibu dalam proses yang disebut
rekombinasi

Ilmu kedokteran gigi forensik jilid 2


DNA terdapat pada Jaringan
Darah Gigi Rambut
Lunak

Saliva & Sel


Mukosa Otot Tulang Sperma
Mulut

Kulit
Metode Pengambilan
» Cara pengambilan sampel DNA dari gigi:
⋄ Diseksi jaringan pulpa DNA dari gigi
⋄Penghancuran daru seluruh gigi dari penggerusan cryogenic
Metode Pengambilan
» Cara pengambilan sampel DNA dari saliva:
⋄Swab pertama dengan cotton tip dicelupkan di air suling untuk membasahi
⋄Tip lalu diputarkan pada area saliva stain dengan tekanan sedang dan
gerakan sirkular kontinu
⋄Swab lalu dibiarkan untuk mongering lebih dari 30 menit
⋄Swab kedua gunakan tip kering dirotasikan pada sisa saliva pada kulit
dengan tekanan yang sama dengan swab pertama.
⋄Lalu dibiarkan selama lebih dari 30 menit
⋄Setelah dikumpulkan, kedua swab disimpan, ditutup dan ditandari
⋄Sampel siap dikirim ke laboratorium untuk ekstraksi DNA
Metode Pengambilan

» Cara pengambilan DNA pada mukosa oral dengan buccal swab:


⋄Pilih swab stick yang sesuai
⋄Dengan hati-hati usapkan pada bagian pipi dalam dekat gigi bawah dan
atas selama 5-10 detik.
⋄Hindari tip menyentuh sarung tangan atau permukaan lain.
⋄Tempatkan swab pada tabung transportasi kering
⋄Labeli tabung dengan identitas
⋄Bubuhkan tanggal pengambilan sampel untuk verifikasi
⋄Simpan swab pada amplop unutk dikirimkan ke laboratorium
Proses Laboratorium
» Setelah tiba di laboratorium analisis, DNA bukti dimasukan ke dalam
Sistem Informasi Manajemen Laboratorium. (LIMS)
» Buktinya disimpan dalam biosafety hood, dan diberikan nomor identifikasi
dalam laboratorium.
» Setelah itu didokumentasikan dengan foto dan dikemas dengan
informasi identifikasi submitter dan nomor identifikasi dalam
laboratorium.
» Bukti yang tidak langsung dianalisis harus disegel dengan tanggal dan
inisial penganalisis dan diletakkan di cold storage yang aman pada -20° C
Proses Laboratorium

Extraction Amplification
(Isolation of (quantitation and
DNA) PCR)

Analysis
DNA laboratory
(Electrophoresis,
quality
Detection, and
assurance
Interpretation)
Ekstraksi DNA (Isolasi
DNA)
» Proses kimia dimana molekul DNA dipisahkan dari sumber biologisnya, seperti darah,
jaringan, gigi, rambut dan lainnya, serta diisolasi dari sel dan debu protein.
» Persiapan tulang dan gigi biasanya dihancurkan dan digerus untuk memberikan molekul
DNA yang lebih dekat ke permukaan dan bisa diekstraksi. Rambut mungkin digerus dan
jaringan bisa dipotong-potong.
» Secara tradisional, ekstraksi dan isolasi DNA dicapai dengan mencampur sample yang
telah disiapkan dengan garam stabil bersama dengan deterjen yang akan
menghancurkan membrane sel dan enzim yang mendegradasi protein.
Ekstraksi DNA

» Setelah itu, molekul DNA terlepas dari lokasi naturalnya dalam sel dan
mengambang pada larutan.
» Tambahkan fenol dan chloroform agar lapisan aqueous mengandung DNA
terpisah dan berada di atas lapisan organic
» Solusi lalu disentrifugasi melalui filter untuk mengumpulkan DNA.
» Teknik ekstraksi yang lebih baru disebut Chelex
⋄Langkahnya adalah dididihkan dimana sel akan rusak dan DNA keluar,
⋄Chelating resin akan mengikat pada debris non-DNA, kemudian
dihilnagkan dengan sentrifugasi dan meninggalkan single0stranded DNA
untuk dianalisis
» Teknik lainnya adalah menggunakan lysis buffer untuk mengekspos DNA
Amplification (Quantitation and
PCR)
» Sebelum masuk ke tahap amplifikasi, terlebih dahulu menentukan target
berapa banyak DNA manusia menggunakan volume dan pengenceran
yang benar.
» Kuantitas DNA yang berlebih dapat memperbanyak reaksi amplifikasi dan
mengganggu interpretasi pada data final. Sebaliknya, bila DNA tidak
mencukupo mungkin akan menyediakan profil sebagian atau tidak sama
sekali.
» Metode yang digunakna untuk menentukan konsentrasi DNA yang
diekstraksi disebut quantitation.
» Metode ini termasuk uji slot bot dan uji polymerase chain reaction (PCR).
Amplification (Quantitation
and PCR)
» Uji slot bot menggunakan probe 40 nukleotida yang mengikat pada
bagian kromosom manusia 17
» Real time PCR quantitation mengukur peningkatan produk secara
bertahap setelah setiap siklus amplifikasi
» Setelah penganalisis mengukur kuantitas DNA pada sampel dapat
dilanjutkan ke PCR amplification
» Proses ini tidak hanya mereplikasi untaian DNA target tetapi juga
akhirnya menyediakan jutaan salinan template asli untuk memudahkan
pendeteksian oleh instrumen laboratorium, namun reaksi rantai
polimerase juga dapat digunakan untuk menargetkan area spesifik yang
diminati untuk analisis
Analysis (Electrophoresis,
Detection, and Interpretation)
» Prinsip elektroforesis diterapkan ketika sampel melewati analisis fragmen short
tandem repeat (STR) autosoma atau kromosom sex atau urutan langsung genom
mitrokondria

» Matriks elektroforesis yang sering digunakan adalah viscous polymer

» Setelah NucDNA atau mtDNA diurutkan dengan elektroforesis menggunakan matriks


gel polyacrylamide, hasilnya harus digambarkan secara visual dengan cara yang
dapat dianalisis dan dibandingkan dengan sampel lainnya.
DNA Laboratory Quality
Assurance

» Komunitas DNA forensik telah mencapai tingkat standarisasi yang


patut ditiru sepanjang proses casework-nya.

» Komunitas mematuhi penerapan yang konsisten atas langkah-


langkah penjaminan mutu yang mencakup penggambaran peran dan
tanggung jawab manajemen laboratorium, persyaratan pendidikan
minimum untuk staf laboratorium, standar pelatihan, uji profisiensi
tahunan, pedoman untuk pengesahan peralatan dan teknologi baru,
dan komponen wajib untuk dimasukkan dalam laporan akhir.

Anda mungkin juga menyukai