Anda di halaman 1dari 126

Pemeriksaan Fisik

Neurologis

MAC, dr 1
Chief komplain

Anamnessa Differensial Diagnosa

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang Differensial Diagnosa

Diagnosa Terapi

MAC, dr 2
Diagnosa di bidang neurologis:
1. Diagnosa klinis
Kelainan klinis neurologis yang
ditemukan pada pasien
2. Diagnosa topis
letak kelainan di bidang neurologis
3. Diagnosa etiologis
penyebab kelainan tersebut diatas

MAC, dr 3
Gejala-gejala pasien neuro
1. Gangguan motorik
2. Vertigo
3. Gangguan visual
4. Gangguan auditorik
5. Gangguan N cranialis lain
6. Gangguan komunikasi, berbahasa, dan
ekspresi
7. Gangguan kesadaran
8. Gangguan otonomik
9. Gangguan mental

MAC, dr 4
anamnesa
- Penjabaran dari keluhan utama
- Harus memenuhi 4 W
- Perlu juga ditanyakan:
 Riwayat penyakit terdahulu:
gangguan mata, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, cardiorespirasi, GIT, tr.
Urogenetal, mental, kulit, alergi
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat pengobatan sebelumnya
MAC, dr 5
Pemeriksaan status umum
 Di mulai saat wawancara
 Gait pasien
 Ekspresi wajah pasien
 Pengukuran fungsi vital ( Tensi, Nadi,
Respirasi, Temperatur)
 Respirasi  pola  lokasi lesi

MAC, dr 6
Status Neurologis

MAC, dr 7
Macam pemeriksaan Neurologis
1. pemeriksaan status mental
2. pemeriksaan saraf cranial
3. pemeriksaan system motorik
4. pemeriksaan system sensorik
5. pemeriksaan reflek-reflek
6. pemeriksaan system cerebellar dan koordinasi
7. pemeriksaan gait atau cara jalan
8. lain-lain

MAC, dr 8
Status Mental
Pemeriksaan status mental meliputi:
1. atensi dan konsentrasi
2. bahasa
3. memory
4. konstruksi
5. kemampuan kalkulasi
6. abstraksi
7. insight dan judgment
8. Praxis
Secara umum dapat diperiksa dengan MMSE
MAC, dr 9
MAC, dr 10
Fungsi Bahasa
1. bicara spontan
2. komprehensi
3. penamaan
4. pengulangan
5. membaca
6. menulis

MAC, dr 11
MAC, dr 12
Pemeriksaan kesadaran

MAC, dr 13
Pemeriksaan Saraf Kranial

MAC, dr 14
N I (Olfaktorius)
 Syarat:
- menggunakan bahan-bahan yang telah dikenal oleh
pasien
- tidak menyengat (mis: ammonia)  merangsang N V

Cara:
- Diperiksa satu persatu dan lubang hidung yang lain
haruslah ditutup
- Pasien mencium bau dengan mata tertutup 
menyebutkan bau apa yang diciumnya.
NB:
- Diutamakan kemampuan membau daripada kemampuan
identifikasi bau
MAC, dr 15
Kelainan Saraf olfaktorius
Istilah Definisi

Anosmia Hilangnya rasa pembauan

Hiposmia Menurunnya rasa pembauan

Hyperosmia Meningkatnya rasa pembauan

Dysosmia Ketidakseimbangan atau defec rasa pembauan

Parosmia Distorsi pembauan

Phantosmia Persepsi pembauan yang tidak nyata

Presbyosmia Berkurangnya pembauan yang berhubungan


dengan usia
Cacosmia Membau bau buruk

Coprosmia Rasa membau feses

Olfactory agnoia Ketidak mampuan untuk menginterpretasi bau

MAC, dr 16
Penyebab hilangnya pembauan menetap
Olfactory grove meningioma Smoking
Frontal lobe tumor ( glioma) Chronik rhinitis
Parasellar tumor
Neuro-olfactory tumor (esthesioneuroblastoma) Deviated nasal septum
Korsakoff Syndrome Nasal polyps
Vitamin defisiensi (B6,B12,A) Intra nasal tumor
Zinc or copper deficiency Pos viral
Cranio cerebral tumor (inclding surgery) Gen anastesia
Alzeimer disease Dental trauma
Parkinson disease Chemikal burn
Multiple sclerosis Normal aging
Congenital anosmia Pregnancy
Arhinencephali Meningitis
Olfactory dysgeneis Chemoterapi
Kallman`s syndrome Cadmium toxicity
Familial dys autonomia Anti histamin
Refsum`s syndrome Antibiotik
Psychiatric L-dopa
Chronic sinus disease Propyl thio uracyl, cocain, radio terapy

MAC, dr 17
NII (Optikus)
Pemeriksaan saraf ini terdiri:
1. Visual aquity
2. Lapangan pandang
3. Warna
4. funduskopi

MAC, dr 18
Visual aquity
 menggunakan snellen chart untuk
penglihatan jauh dan Jagger reading card
untuk penglihatan jarak dekat.
 Secara kasar dapat diperiksa:
- Melihat jari pada jarak 1 m  visus >1/60.
- Melihat lambaian tangan  visus >1/300
- melihat persepsi cahaya  visus 1/~
- Tidak bisa melihat sama sekali  0.
MAC, dr 19
Lapangan pandang
 ideal menggunakan perimeter atau tangent screen, kita

dapat melakukan tes konfrontasi dengan cara:


 pemeriksa dan penderita berada pada jarak 2-3 kaki
dengan kedua mata pemeriksa dan penderita pada jarak
yang sejajar
 mata yang tidak diperiksa ditutup
 mata kanan untuk memeriksa mata kiri
 dengan pin dengan kepala yang berwarna pemeriksa
menggerakkan sampai pesien dapat melihat pin tersebut
 syarat pemeriksaan ini adalah pemeriksa harus normal

MAC, dr 20
Warna
- menggunakan kartu ishihara, hardi ritter
rand, atau kartu sejenis
- kelainan melihat warna ini terjadi pada 3-
4% laki-laki.

MAC, dr 21
Funduskopi
- mengevaluasi papil,
pembuluh darah dan
retina.

MAC, dr 22
N III, IV, VI
- pertama-tama kita periksa gerakan bola
mata
- posisi bola mata saat diam  dapat
menentukan lokasi lesi.
- Selanjutnya adalah pemeriksaan pupil.
- Pehatikan adalah bentuk pupil, lebar pupil,
perbedaan lebar pupil.

MAC, dr 23
Refleks Cahaya
 Reflek cahaya langsung:
- diperiksa dengan memberikan cahaya secara
mendadak pada bola mata yang diperiksa 
pupil mengecil atau miosis.
- Reflek cahaya konsensuil diperiksa dengan
menyinari ,mata yang diperiksa pada sisi lateral,
sedang pada mata kontra lateral diberi cahaya
secara mendadak, reflek yang terjadi adalah
miosis pada sisi mata yang diperiksa.

MAC, dr 24
Refleks akomodasi dan konvergensi

- Reflek akomodasi dan konvergensi


diperiksa dengan meminta pasien untuk
memandang obyek yang jauh an
mendadak diminta untuk melihat obyek
yang dekat bola mata akan
berkonvergensi, menipisnya lensa dan
miosis pada pupil.

MAC, dr 25
Ptosis
- Normal kelopak mata menyilang antara iris
dan limbus dan pupil, 1-2mm dibawah
limbus
- mengangkatnya kelopak mata < 4 mm
menunjukkan adanya gangguan gerak
kelopak mata.

MAC, dr 26
N V ( trigeminus )
 komponen nervus V terdiri dari komponen
motorik dan sensorik, pemeriksaan
komponen sensorik dan motorik dibahas
pada pemeriksaan motorik dan sensorik
secara umum.

MAC, dr 27
NV
 Reflek kornea adalah pemeriksaan yan paling sensitive
untuk mengetahui adanya kelainan NV
- Refleks kornea dapat dibangkitkan dengan cara
menyentuh daerah limbus pada sisi lateral setelah
pasien diminta untuk melirik ke arah kontra lateral 
menutupnya kedua kelopak mata.

 Reflex jaw jerk dapat dibangkitkan dengan cara


pemeriksa meletakkan jari pada pertengahan dagu,
dengan pasien sedikit membuka mulut dan rileks, lalu
pemeriksa memukul jari tadi dengan hammer refleks
yang akan menyebabkan pasien akan menutup
mulutnya.

MAC, dr 28
N VII (Fasialis)
Komponen saraf VII adalah:
 komponen lakrimasi
 komponen pendengaran
 komponen perasa khusus lidah
 komponen motorik otot-otot mimic

MAC, dr 29
Pemeriksaan Lakrimasi
- di nilai dengan pemeriksaan Zimmer
- lakmus merah  canthus medialis dekat
saccus lakrimalis selama 5 menit mejadi
biru
- normalnya 15-20mm tiap menit.

MAC, dr 30
Komponen pendengaran
- stetoskop loudness balance tes;
meletakkan stetoskop pada kedua telinga
pasien membran stetoskop tersebut di
gesek  hiperakusis pada telinga yang
terganggu ok kelumpuhan n stapedius.

MAC, dr 31
Komponen perasa lidah
- menggunakan larutan bonstein, yaitu NaCl
2,5%, glukosa 4%, asam sitrat 1%, dan kinin
0,075%.
- Cara pemeriksaannya adalah dengan cara
pasien diminta menutup mata , lidah dikeluarkan
dan dibersihkan lalu diolesi cairan bonstein
tersebut, dan pasien diminta menyebutkan yang
dia rasakan dengan cara menulis atau menunjuk
tulisan.

MAC, dr 32
Komponen motorik
- NVII meliputi otot-otot mimik, yang harus
kita perhatikan saat diam dan saat
bergerak, hendaknya kita dapat menilai
masing masing otot.

MAC, dr 33
N VIII
Sistem keseimbangan:
- Vertigo
- Nystagmus
- Tes Dix-Halpike

MAC, dr 34
Sistem pendengaran
- Pemeriksaan rinne untuk membandingkan
konduksi tulang dan konduksi udara
- garpu tala digetarkan dan diletakkan di planum
mastoid dan kemudian diletakkan dengan cepat
di depan telinga yang diperiksa dan ditanya
mana yang lebih keras.
- Cara tradisional dengan meletakkan garpu tala
pada daerah mastoid dan ketika sudah tidak
terdengar garpu tala diletakkan didepan telinga ,
normalnya pasien masih dapat mendengar dua
kali lebih lama dari pada konduksi tulang.
MAC, dr 35
Sistem pendengaran
Weber:
- Cara meletakkan garpu tala yang
digetarkan pada vertex, diperiksa apa ada
yang terdengar lebih keras pada satu sisi
(lateralisasi)

MAC, dr 36
Interpretasi Pemeriksaan

MAC, dr 37
N IX-X
 reflek muntah yang dapat dirangsang melalui cara
menyentuh pharing, palatum, dasar lidah, atau dinding
posterior pharing dengan spatel tongue, atau alat lain
yang mirip.
 Suara parau juga merupakan tanda kelemahan sistem
saraf ini terutama NX
 terjadi kelemahan menelan
 uvula akan condong ke arah yang sehat, pada
kelumpuhan sistem saraf ini juga terjadi kelemahan
batuk.
 Fenomena Vernet Rideau dapat di lakukan dengan cara
merangsang reflek muntah, yang akan mengakibatkan
kelemahan elevasi m. Levator veli palatini pada sisi
lemah.
MAC, dr 38
N XI
Pemeriksaan sama dengan sistem motorik

MAC, dr 39
N XII
- Melihat lidah pada posisi diam dan
bergerak
- Pada saat diam lidah condong keposisi
yang sehat
- Pada saat bergerak lidah condong
keposisi yang sakit

MAC, dr 40
Sistem Motorik

MAC, dr 41
Kekuatan motorik
Ada 2 cara:
1. Pemeriksa aktif pasien pasif
2. Pemeriksa pasif pasien aktif

Pemeriksaan sesuai dengan gerakan otot


yang diperiksa

MAC, dr 42
Nilai Kekuatan motorik menurut
MRC
0 tidak ada kontraksi
1 hanya ada sedikit kontraksi otot
2 ada gerakan sendi tanpa dapat melawan
gerakan gravitasi
3 dapat melawan gerakan gravitasi
4- dapat melawan grafitasi dan sedikit tahanan
4 dapat melawan grafitasi dan tahanan sedang
4+ dapat melawan grafitasi dan kuat tahanan
5 normal

MAC, dr 43
Untuk mengetahui kelemahan
ringan
1. Tes pronasi
cara mengangkat kedua tangan dan
kedua mata tertutup, pada sisi yang
lemah akan terjadi pronasi
2. Hover Manuver
cara mengangkat kaki dan menahan kaki
kontra lateralnya, pada sisi yang lemah
bila diangkat akan terasa berat pada sisi
kontralateralnya.
MAC, dr 44
Mengetahui lateralisasi
1. Posisi pada saat diam
2. Rangsang nyeri
3. Tes jatuh
4. Tes posisi sulit
5. refleks

MAC, dr 45
MAC, dr 46
OBSERVASI, PALPASI, PERKUSI DAN
MANIPULASI PASIF
Observasi
 Kelainan dari postur dan posisi dari ekstremitas 
perubahan tonus

Palpasi
 Perhatikan konsistensi, elastisitas pasif, kekokohan
(firmness) atau turgor dari otot

Perkusi
 Perkusi atau meregangkan otot dengan menepuk
digunakan untuk penilaian terangsangnya otot, atau
kontraksi

Resistance dari otot terhadap manipulasi pasif


 Pada hemiparesis dimana lengan lebih terkena dari pada
tungkai, periksa tonus waktu ektensi lengan atas dan fleksi
MAC, dr 47

pada tungkai bawah.


Test-test pada tonus
 Babinsky tonus test: lengan bawah difleksi pasif pada siku sedangkan lengan
atas dipertahankan abduksi pada bahu. Pada hypotonus: terdapat fleksibilitas
dan mobilitas berlebihan, dan siku dapat dibelokkan lebih dari normal. Pada
hipertonus: terdapat berkurangnya fleksibilitas dari lengan bawah terhadap
lengan atas, dan fleksi pasif tak dapat dilakukan.

 Head drop test: Penderita terlentang dan kepala dijatuhkan keatas bantal

 Arm dropping test: lengan penderita diangkat lalu dijatuhkan.

 Pendulousness dari tungkai : Gerakan seperti bandul lonceng

 Shoulder shaking test : Menggerakkan bahu cepat ke belakang dan kedepan


dan gerakan rotasi.

 Pronasi dari tangan : Bila terdapat hipotonus terutama hubungan dengan lesi
serebellum, terdapat kecenderungan tangan dalam posisi pronasi. Ini jelas
sekali bila lengan diluruskan kedepan, dan bertambah hebat bila diangkat
diatas kepala MAC, dr 48
Macam tonus
1. Hipotonus  tonus yang turun
2. Hipertonus  tonus yang meningkat
a. Spastik  fenomena pisau lipat
b. Rigid
- Cog wheel  seperti gerigi
- Led pipe  kaku saat digerakkan

MAC, dr 49
Gerakan spontan
- hipertonik hypokinetik  Parkinson.

Hiperkinetik:
- chorea yang berupa gerakan ireguler, tanpa tujuan,
acak, tidak ritmis. Gerakan ini terjadi secara spontan,
cepat.
- Athetosis adalah gerakan yang lebih lambat dari chorea
dan lebih kasar, gerakan ini merupakan kombinasi fleksi,
ekstensi, abduksi, pronasi dan supinasi, yang bervariasi
pada beberapa derajat.
- Dystonia adalah gerakan spontan, tidak sadar, yang
melibatkan gerakan abnormal pada postur dan sebagian
tubuh.
- Hemibalismus adalah gerakan dramatis, keras, yang
mengenai satu sisi tubuh.MAC, dr 50
MAC, dr 51
Syarat pemeriksaan
1. Pasien kooperatif
2. Prosedur sederhana
3. Pada px tidak sadar  rangsang nyeri 
lihat respon gerakan tubuh

MAC, dr 52
MAC, dr 53
PEMBAGIAN:
1. Rasa sensoris eksteroseptif

2. Rasa sensoris proprioseptif

3. Rasa sensoris interoseptif atau viseral

4. Rasa sensoris gabungan; fungsi


sensoris serebral
MAC, dr 54
RASA SENSORIS EKSTEROSEPTIF
DAN PROPRIOSEPTIF
RASA SENSORIS EKSTEROSEPTIF
- Rasa nyeri superfisial
- Rasa suhu
- Rasa raba (tactile)

RASA SENSORIS PROPRIOSEPTIF


- Rasa gerak dan posisi
- Rasa getar
- Rasa tekan
- Rasa nyeri dalam atau nyeri tekan
MAC, dr 55
RASA GABUNGAN
- Stereognosis
- Barognosis
- Topesthesia atau topognosia
- Graphesthesia
- Recognition of texture
- Two-point tactile (spatial) discrimination
- Sensory extinction atau inattention
- Recognition of electrical stimulation
- Autotopagnosia atau somatotopagnosia

MAC, dr 56
RASA NYERI SUPERFISIAL
 Cara yang paling sederhana adalah menggunakan jarum pentol.
Sebaiknya penderita menutup matanya. Harus ditanyakan apakah rasa
tajam atau tumpul. Stimulasi dilakukan bergantian antara kepala
(tumpul) dan ujung tajam dari jarum pentol.

 Mengetahui batas kelainan paling tepat bila pemeriksaan dilakukan


mulai dari daerah kurang sensitif ke sensitivitas lebih besar, bukan
sebaliknya.

 Bila terdapat hiperalgesia harus diperiksa daerah normal ke daerah


hiperalgesia.

 Bila stimuli diberikan terlalu dekat satu sama yang lain dan bila stimuli
satu sama yang lain terlalu cepat, maka terdapat summasi dari impuls
atau, sebaliknya bila konduksi lambat, respon dari penderita menunjuk
pada stimulasi sebelumnya.

MAC, dr 57
RASA SUHU
 Rasa suhu dites dengan menggunakan tabung
reaksi mengandung es yang retak (cracked ice)
(5-100 C) dan air panas (40-450 C) atau lebih baik
menggunakan tabung metal air dingin atau air
panas.
 Distribusi kulit dari tak adanya rasa panas lebih
besar dari pada tak adanya rasa dingin.
 Orang normal harus dapat membedakan
perbedaan stimuli dari 2 sampai 5 derajad celsius.

MAC, dr 58
RASA RABA ATAU SENTUHAN
RINGAN

Rasa raba umum dites dengan menggunakan


stimulus ringan seperti sikat rambut onta,
seutas kapas, bulu sayap binatang, sehelai
lap kertas. Stimulus harus begitu lemah
sehingga tak ada tekanan pada jaringan
subkutan.

MAC, dr 59
RASA GERAK DAN POSISI
- jari-jari yang relax komplit harus dipegang pada
kedua sisi lateral, dengan tekanan sesedikit
mungkin, dan geraklah pasif.
- Jari pemeriksa harus diletakkan paralel dengan
bidang gerak untuk menghapus variasi dalam
tekanan.
- Jari yang diperiksa harus dipisahkan dengan jari-jari
lainnya sehingga tak ada kontak dengan jari lainnya.
- Penderita tak boleh mencoba gerakan aktif dari jari
yang diperiksa, agar tak membantu menentukan
posisinya.
- Bila rasa gerak dan posisi dari jari-jari hilang, maka
harus memeriksa bagian yang lebih besar dari tubuh
seperti tungkai dan lengan bawah.
MAC, dr 60
RASA GETAR ATAU
PALLESTHESIA
 Digunakan garpu tala dengan 128 Hz,
walaupun beberapa penulis mengatakan
bahwa 256 Hz memberi perubahan lebih
halus dari ambang getar.
 Rasa getar dites pada penonjolan tulang
 Garpu tala dibiarkan sampai penderita tak
merasakan getaran setelah itu dibandingkan
dengan pemeriksa.
 Ambang dari persepsi getar normal agak
lebih tinggi pada ekstremitas bawah dari
MAC, dr 61

pada ekstremitas atas.


RASA TEKAN
 Rasa tekan hubungan erat dengan rasa
raba, akan tetapi mengenai persepsi
tekanan dari struktur subkutan
 Rasa tekan dites dengan menggunakan jari
atau benda tumpul, dengan tekanan pada
struktur subkutan, seperti massa otot,
tendon, dan sarafnya, atau menjepit antara
jari-jari.

MAC, dr 62
RASA DALAM ATAU RASA NYERI
TEKAN
 Nyeri tekan dites dengan menjepit otot atau
tendon, dengan penekanan pada saraf yang
terletak dekat pada permukaan, atau dengan
penekanan pada testikel atau bola mata.
 Rasa nyeri tekan hilang dini pada tabes.
 Abadie’s sign tak ada rasa nyeri pada penekanan
pada tendon achilles pada penekanan.
 Biernacki’s sign tak ada rasa nyeri pada
penekanan dari nervus ulnaris.
 Pitres’sign tak rasa nyeri pada penekanan testis,
MAC, dr 63
terdapat pada tabes dorsalis.
STEREOGNOSIS ATAU TACTILE
AGNOSIA
 Astereognosis hanya dapat didiagnosis kalau rasa
kulit dan proprioseptif normal.
 Terdapat macam langkah untuk mengenal benda:
- ukurannya (size) benda
- bentuknya dalam 2 demensi
- bentuk dalam 3 demensi,
- identifikasi dari benda.

 Identifikasi dites dengan menempatkan benda


seperti kunci, kancing, pisau, pensil dengan
menutup kedua mata dari penderita.
MAC, dr 64
BAROGNOSIS
Adalah mengenal berat benda.
- Gunakan bahan dengan ukuran (size) dan
bentuk (shape) yang sama, akan tetapi beda
beratnya.
- Pada pemeriksaan ini rasa gerak dan
posisi harus normal.

MAC, dr 65
TOPESTHESIA, GRAPHESTHESIA DAN
RECOGNITION OF TEXTURE
 TOPESTHESIA ATAU TOPOGNOSIS
Kemampuan untuk menglokalisasi rasa raba. Bila
terganggu dinamakan topoanesthesia atau topagnosia.
Pada pemeriksaan ini rasa raba harus normal. Hilangnya
rasa lokalisasi dengan rasa eksteroseptif normal
menunjukkan lesi kortikal.
 GRAPHESTHESIA
Kemampuan untuk mengenal huruf atau angka ditulis
diatas kulit. Digunakan pensil atau jarum tumpul untuk
menulis huruf dan penderita ditanya untuk mengenalnya.
 RECOGNITION OF TEXTURE
Penderita ditanya untuk mengenal yang sama dan
perbedaan. Misalnya ditanya untuk membedakan antara
MAC, dr 66
katun, sutera dan wol, gelas dan metal.
TWO-POINT TACTILE (SPATIAL)
DISCRIMINATION
 Kemampuan untuk membedakan antara
rangsangan oleh satu atau dua benda
tumpul yang diberikan bersamaan.

Normal 2 titik yang dapat dibedakan adalah:


 Ujung lidah: 1 mm
 Ujung jari : 2- 4 mm
 Dorsum dari jari-jari : 4-6 mm
 Telapak tangan 8-12 mm
MAC, dr 67
 Dorsum dari tangan 20-30 mm
SENSORY EXTINCTION ATAU
INATTENTION

 Hilangnya kemampuan untuk merasa


sensasi pada satu sisi dari tubuh bila
daerah yang sama dirangsang bersamaan.
Titik jarum, kapas, atau raba dengan ujung
jari dapat digunakan sebagai stimuli.

MAC, dr 68
AUTOTOTOPAGNOSIA ATAU
SOMATOTOPAGNOSIA
 Hilangnya kekuatan untuk identifikasi atau orientasi dari
tubuh atau hubungnnya dengan bagian-bagian individual –
satu defek dari skema tubuh (loss of body image).
 Biasanya terkenanya daerah parietal dan hubungannya.

GERSTMANN’S SYNDROME
 Left and right disorientation
 Finger agnosia
 Agraphia
 Acalculia

MAC, dr 69
MAC, dr 70
PEMBAGIAN
- Deep (muscle stretch) reflexes
- Superficial reflex
- Pyramidal tract responses
- Reflexes of spinal automatism
- Postural and Righting reflexes
- Associated movements

MAC, dr 71
SYARAT PEMERIKSAAN:
 Stimulus harus cepat, langsung, tak nyeri
 Penderita dalam posisi menyenangkan dan
santai
 Keadaan tonus otot: sedikit kontraksi. Ini
berhubung reaksi dan refleks tergantung pada
keadaan tonus otot.
 Letak ekstremitas dalam keadaan simetris
 Reaksi refleks dapat dilihat atau dirasakan
dengan meletakkan tangan diatas otot ybs.
 Respon refleks selalu dibandingkan dengan sisi
yang lain.
MAC, dr 72
DERAJAD REFLEKS TENDON
----------------------------------------------------------------
Derajad Refleks
----------------------------------------------------------------
0 Tak ada
1+ atau + Hipoaktif
2+ atau ++ Normal
3+ atau +++ Hiperaktif tanpa klonus
4+ atau ++++ Hiperaktif dengan klonus
----------------------------------------------------------------

MAC, dr 73
BICEPS REFLEKS (C5-C6:
N.musculocutaneous)
 Lengan dalam posisi santai dengan
lengan bawah antara fleksi dan ekstensi
dan sedikit pronasi.
 Ketuklah pada tendon dari biceps, dengan
meletakkan jari telunjuk diatasnya lalu
dipukul dengan palu refleks.

MAC, dr 74
TRICEPS REFLEKS (C6-C8:
N.radialis)

 Lengan dalam posisi setengah antara


fleksi dan ektensi.
 Ketuklah pada tendon refleks diatas
insersi pada processus olecranon dari
ulna.

MAC, dr 75
PERIOSTO-RADIAL REFLEKS
(C5-C6: N.radialis)
Bila processus styloid dari radius diketuk dengan lengan
bawah dalam kedudukan semifleksi dan semipronasi,
maka terdapat fleksi dari lengan bawah dengan supinasi.

Respon yang belakangan ini lebih jelas bila diekstensi


dan pronasi, akan tetapi refleksnya lebih lemah. Kadang-
kadang terdapat ikut sertanya fleksi dari pergelangan
tangan dan jari-jari, dengan adduksi dari lengan bawah.

Otot utama yang terlibat adalah brachioradialis, dan


dapat dirangsang tak hanya pada insersi tendon pada
aspek lateral dari basis dari processus styloid dari
radius, akan tetapi juga sepanjang sepertiga bagian
bawah pada permukaan lateral dari radius atau pada
origo dari tendon diatas epicondylus lateralis dari
MAC, dr 76
humerus.
PERIOSTO-ULNAR REFLEKS
(C6-Th1: N.medianus)
 Bila processus styloid ulna dari permukaan
postero-inferior ulna diketuk waktu lengan
bawah dalam semifleksi dan pergelangan
tangan dalam semipronasi, terdapat pronasi dari
lengan bawah, sering dengan adduksi dari
pergelangan tangan. Terdapat juga fleksi
pergelangan tangan dan jari-jari. Otot utama
yang ikut serta dalam respon ini adalah pronator
teres dan quadratus.
 Refleks ini meningkat pada lesi piramidal dini.
MAC, dr 77
PATELLAR ATAU QUADRICEPS
REFLEKS (KPR) (L2-L4 : N.femoralis)
Ada 4 cara:
Duduk:
- Penderita duduk dikursi dengan kakinya istirahat pada lantai
- Penderita duduk pada pinggir dari meja dengan kakinya
menggantung tak menyentuh lantai.
- Penderita duduk dengan satu kaki menyilang terhadap kaki
satunya dan mengketuk tendon patellar.

Tidur ditempat tidur:


- Pemeriksa membengkokkan sebagian lututnya dengan
menempatkan lengan pemeriksa dibawahnya, dianjurkan untuk
mengangkat kedua lututnya, dan tumitnya beristirahat sedikit pada
tempat tidur.

 Bila patellar refleks sangat meningkat, terdapat tak hanya ektensi


dari tungkai, akan tetapi adduksi dari paha, yang kadang-kadang
bilateral. MAC, dr 78
ACHILLES ATAU TRICEPS SURAE
REFLEKS (APR) (L5-S2 : N tibialis)
 Achilles refleks didapat dengan mengketuk pada tendon achilles diatas
insersi pada permukaan posterior dari calcaneus. Ini diikuti oleh
kontraksi dari otot posterior crural, gastrocnemius, soleus, dan
plantaris , dengan fleksi plantar dari kaki pada pergelangan kaki.

 Bila penderita duduk atau tidur ditempat tidur, paha harus agak
abduksi dan rotasi eksternal, lutut harus fleksi, dan kaki harus agak
inversi; pemeriksa harus meletakkan satu tangan dibawah kaki untuk
memberi dorsifleksi sedikit pada pergelangan kaki.

 Bila refleks ini didapat dengan sukar, penderita diminta untuk menekan
kakinya terhadap tangan pemeriksa agar tendon agak tegang.

 Bila masih tak dapat diperoleh dengan cara ini, penderita diminta untuk
berlutut pada lututnya diatas kursi dengan permukaan lembut,
sedangkan kakinya bergantung tegak lurus; tendon achillesnya
diketuk dengan posisi ini.
MAC, dr 79
CARA MENGUATKAN REFLEKS
Cara Jendrassik:
 Penderita diminta untuk mengkaitkan kedua jari-jari
tangannya yang fleksi, menempatkan permukaan palmar
dari jari-jari dari satu tangan terhadap permukaan palmar
dari jari-jari yang lain, dan mencoba menarik satu sama
yang lain pada waktu refleks distimulasi.
 Atau diminta untuk menggenggam satu tangan atau lengan
dari pemeriksa. Pada waktu penguatan refleks, dicoba
untuk mengalihkan perhatian penderita, untuk merelax
ototnya. Atau bicara dengan penderita waktu memeriksa
refleksnya. Penderita disuruh nafas dalam, menghitung,
membaca keras, atau mengulangi kata-kata waktu
pemeriksaan refleks.
 Penguatan refleks dari Jendrassik terjadi melalui aktivitas
gamma motor (fusiform) yang bertambah. Akan tetapi,
mungkin, bahwa aktivasi dari sistem alfa motor memegang
peranan pada penguatan refleksMAC, dr
ini. 80
ANAL REFLEKS
2 bentuk:
1. Anal sphincter refleks
2. Superficial anal refleks

1. Anal sphincter refleks (innervasi: serat postganglionic dari


cabang simpathetik melalui plexus hypogastrik (Nn. presacralis)
Kontraksi dari sphincter interna dari anus pada waktu
memasukkan jari bersarung tangan kedalam anus

2. Superficial anal refleks ( N. Hemorrhoidal inferior : S4-S5)


Menggores atau menusuk kulit atau membran mukosa pada
daerah perianal, terdapat kontraksi dari sphincter eksterna.
MAC, dr 81
CREMASTER REFLEKS (N.Ilioinguinal
dan genitofemoral : L1-L2)

 Menggores kulit pada bagian atas, aspek


dalam dari paha, dari atas kebawah
dengan benda tumpul, atau menusuk atau
mencubit kulit pada daerah ini, terdapat
kontraksi dari otot cremaster dengan
elevasi homolateral dari testikel.

MAC, dr 82
SCROTAL REFLEKS

Refleks scrotal adalah refleks viseral.

Terdapat kontraksi pelan-pelan seperti


cacing dari m.dartos pada waktu
memberi benda dingin pada otot
tersebut atau mengusap perineum.

MAC, dr 83
GLUTEAL REFLEKS
Kontraksi dari m. gluteal pada waktu
menggores kulit diatas pantat.

M. gluteus max. dinervasi oleh n. gluteal


inf. (L4-S2), dan kulit didaerah ini
diinervasi oleh cabang kutaneus dari
post. rami dari saraf lumbal dan sakral.

MAC, dr 84
(Th 5-7)

(Th7-9)

(Th9-11)

MAC, dr (Th11-12-upper
85

Lumbar)
MAC, dr 86
PALMOMENTAL REFEKS
(MARINESCO-RADOVICI)
 Menggores dengan benda tumpul diatas thenar
eminence dari pergelangan tangan ke phalanx
proksimal atau kearah berlawanan, atau
menepuk daerah ini  kontraksi dari otot
mentalis dan orbicularis oris. Terdapat kerutan
dari kulit dari dagu dan retraksi sedikit dan
kadang-kadang elevasi dari sudut mulut.
 Terdapat pada penyakit piramidal, juga pada lesi
lobus frontalis, dan kelainan kortikal difus.

MAC, dr 87
GRASP, ATAU FORCED
GRASPING REFLEKS (1)
Terdapat 4 variasi:
1. Simple grasp refleks
2. Hooking response
3. Tonic perseveration atau forced grasping refleks
4. Groping response

1. Simple grasp refleks


 Jari-jari pemeriksa dimasukkan antara ibu jari dan jari telunjuk, atau
kulit dari telapak tangan dirangsang lemah lembut, terdapat fleksi
pelan-pelan dari jari-jari. Jari penderita dapat menutup sekitar jari-jari
pemeriksa pada genggaman lemah lembut yang dapat relax waktu
disuruh.
 Ini adalah palmar refleks normal yang berlebihan.

2. Hooking response
 Bila jari-jari fleksi penderita pelan-pelan diekstensi oleh tangan
pemeriksa, jari-jari penderita akan mencengkram (hook) jari-jari
pemeriksa. MAC, dr 88
 Variasi patologis dari fleksor jari dan palmar refleks
GRASP, ATAU FORCED
GRASPING REFLEKS (2)
3. Tonic perseveration atau forced grasping refleks
 Bila refleks menggenggam hebat maka terdapat cengkraman
hebat dan tak dapat relax waktu disuruh melemaskan.
 Ini adalah bagian dari refleks “gegenhalten”
4. Groping response
 Sentuhan sangat ringan pada tangan penderita antara ibu jari
dan jari telunjuk waktu mata penderita ditutup, mengakibatkan
ia menggerakkan tangannya untuk menggenggam jari
pemeriksa, kadang-kadang dengan gerakan ritmis untuk
mencapainya.
 Respon ini biasanya kontralateral akan tetapi kadang-kadang
ipsilateral, dan diperkirakan terkenanya daerah premotor,
walaupun daerah piramidal mungkin terkena. Mereka juga
terdapat pada penderita koma, dan dilaporkan hubungan
dengan lesi dari posterior fossa,
MAC, dr
mungkin sekunder karena 89
tekanan intrakranial meningkat.
HOFFMAN SIGN
Pemeriksa menunjang tangan penderita, dorsifleks
pada pergelangan tangan, sehingga relax komplit dan
jari-jari sedikit fleksi.
Jari tengah sedikit ekstensi dan phalanx tengah atau
distal dipegang kuat-kuat antara jari telunjuk dan
tengah dari pemeriksa.
Dengan ceklikan tajam dan keras dari ibu jari,
pemeriksa menekan kuku dari jari tengah penderita,
menyebab-kan fleksi kuat-kuat dari jari diikuti oleh
pelepasan sekonyong-konyong.
Bila Hoffmann sign positif terdapat fleksi dan adduksi
dari ibu jari dan fleksi dari jari telunjuk, dan kadang-
kadang fleksi dari jari-jari lain juga.
MAC, dr 90
TRŐMNER SIGN
Pemeriksa memegang tangan
penderita dengan memegang phalanx
proksimal atau tengah dari jari tengah
yang sedikit fleksi antara ibu jarinya
dan jari telunjuk. Dengan jari tengah
dari tangan lainnya ia menepuk
permukaan volar dari phalanx distal
dari jari tengah. Responnya sama
dengan Hoffmann sign.
MAC, dr 91
LERI SIGN
 Pemeriksa memegang lengan bawah
penderita yang disupinasi dan sedikit fleksi,
dan dengan tangan yang lain memfleksi
kuat-kuat jari-jari penderita dan pergelangan
tangan. Pada orang normal terdapat
kontraksi dari otot biceps dan fleksi dari
lengan bawah, dan terdapat juga adduksi
dari lengan atas.
 Respon ini tak ada (negatif) pada lesi sistem
piramidal. Fleksi yang ikut serta pada siku
bertambah dengan lesi lobus frontalis.
MAC, dr 92
MAYER SIGN
 Tangan yang disupinasi dari penderita dipegang dengan
tangan pemeriksa, telapak tangan menghadap keatas,
dengan jari-jari sedikit fleksi dan ibu jari sedikit fleksi dan
abduksi. Pemeriksa mengadakan tekanan kuat dan pelan
pada phalanx proksimal dari jari-jari, terutama jari ketiga
dan keempat, memfleksi pada sendi metacarpopahalangeal
dan menekan pada telapak tangan. Pada orang normal
terdapat adduksi dan opposisi dari ibu jari dengan fleksi
pada sendi metacarpo-phalangeal dan ekstensi pada sendi
interphalanx.

 Respon ini tak ada (negatif) pada lesi sistem piramidal. Ia


kadang-kadang tak ada pada orang normal, akan tetapi
harus bilateral, Ia juga tak ada pada hipotonia dan lesi
saraf perifer. Ia meningkat pada meningitis dan tumor otak,
terutama bila terletak di lobus frontalis.
MAC, dr 93
FLEXOR PLANTAR REFLEKS
 Pada orang normal, stimulasi pada
permukaaan kaki diikuti oleh fleksi
dari jari-jari kaki. Jari-jari kecil
fleksi lebih dari pada ibu jari.

 Innervasi N.tibialis (L4-S1-S2)

MAC, dr 94
BABINSKI SIGN (EXTENSOR
PLANTAR REFLEX)
 Stimulasi dari permukaan plantar dari kaki
dengan benda ujung tumpul , terdapat
dorsifleksi dari ibu jari kaki bersamaan
dengan fanning (separasi) dari jari-jari kaki.

 Stimulasi dari tumit kedepan, biasanya


berhenti pada sendi metatarso-phalangeal.
Pada orang dengan permukaan kaki kapalan
dites bagian dalam dari kaki yang tak ada
MAC, dr 95
kapalan.
CHADDOCK SIGN

 Merangsang bagian lateral dari kaki,


dibawah dan sekitar malleolus
eksternus dalam arah lingkaran dengan
benda ujung tumpul  respon
dorsifleksi dari jari-jari.

MAC, dr 96
OPPENHEIM SIGN

Menekan hebat dengan ibu jari dan jari


telunjuk (jari telunjuk dan jari tengah) pada
permukaan anterior dari tibia, terutama pada
bagian medial, dan menggores kebawah
dari daerah infrapatellar ke pergelangan kaki
 respon dorsifleksi dari jari-jari.

MAC, dr 97
GORDON DAN SCHAEFER SIGN

 GORDON SIGN
Memencet atau memberi tekanan dalam
pada otot betis  dorsifleksi jari-jari
kaki

 SCHAEFER SIGN
Memencet atau memberi tekanan dalam
pada tendon achilles  dorsfleksi jari-
jari kaki
MAC, dr 98
GONDA DAN STRANSKY SIGN

 GONDA SIGN
Menekan dan merenggangkan kebawah atau
menepuk distal phalanx dari jari kedua atau keempat
 dorsifleksi dari ibu jari kaki.
Bila respon sukar didapatkan, pemeriksa dapat fleksi
jari pelan-pelan, tekan pada kuku, dan plintir (putar)
jari dan pertahankan untuk beberapa detik.

 STRANSKY SIGN
Abduksi hebat dari kelingking jari kaki diikuti oleh
pelepasan mendadak  dorsifleksi dari ibu jari kaki.
MAC, dr 99
ROSSLIMO DAN MENDEL-
BECHTEREW SIGN
 ROSSOLIMO SIGN
Mengetuk bantalan depan dari kaki (ball of the foot),
perkusi permukaan dari ibu jari kaki, mengetuk atau
menggores (stroke) balls dari jari-jari kaki, atau
memberi tepukan cepat dengan menggerakkan
keatas (lifting) ujung jari-jari  fleksi plantar dari
jari-jari.

 MENDEL-BECHTEREW ATAU DORSOCUBOIDAL


SIGN (tarso-phalangeal reflex)
Mengetuk atau menggores bagian luar dari dorsum
kaki pada daerah dari os cuboid, atau diatas
metatarsal keempat dan kelima  fleksi plantar dari
jari-jari terutama bagianMAC,
jari-jari
dr kecil. 100
MAC, dr 101
MAC, dr 102
LASEQUE SIGN
(straight-leg-raising test(SLR)
 Fleksi secara pasif sendi panggul (hip) pada
penderita dalam posisi terlentang
sedangkan tungkai bawah ekstensi pada
lutut.
 Nyeri pada sciatic notch diikuti oleh nyeri
dan hipersensitivitas sepanjang perjalanan
dari distribusi dari nervus ischiadikus.
 Laseque test positif (terganggu) bila sudut
fleksi sendi panggul < 70-800.
MAC, dr 103
CONTRA-PATRICK’S SIGN

Modifikasi dari Laseque sign. Nyerinya lebih hebat bila


test dilakukan dengan paha dan tungkai dalam posisi
adduksi dan rotasi internal (Bonnet’s phenomenon)
(de Jong 1970).

Maneuver ini arahnya sebaliknya dari Patrick’s “fabere”


test (fleksi, adduksi, rotasi internal, dan ekstensi)
(“Fadire” test):
Terutama terdapat pada lesi inflamasi dari sendi sakro-
iliac (Williams 1965)

MAC, dr 104
BRAGARD’S DAN SICARD SIGN
 BRAGARD’S SIGN
Penderita posisi terlentang dan tungkai bawah di-ekstensi
(seperti pada Laseque test) kita lakukan dorsifleksi dari
kaki: nyeri bertambah hebat.

 SICARD’S SIGN
Penderita posisi terlentang dan tungkai bawah di-ekstensi
(seperti pada Laseque test) kita lakukan dorsifleksi dari
ibu jari kaki: nyeri bertambah hebat.

 Test Laseque, Bonnet, Bragard dan Sicard disebabkan


karena regangan (stretching) dari bagian tibial dari nervus
ischiadikus dan menambahMAC,
nyeri.
dr 105
GOWER’S, NERI’S, MINOR’S DAN DOOR
BELL SIGNS
 GOWER’S SIGN
Penderita dalam posisi terlentang dan paha serta
tungkainya ektensi, kita lakukan dorsifleksi pasif dari kaki:
nyeri bertambah keras.
 NERI’S SIGN
Waktu membungkuk kedepan penderita memfleksi lututnya
untuk mencegah peregangngan dari nervus ischiadikus.
 MINOR’S SIGN
Waktu berdiri dari kursi menunjang dirinya pada sisi tak
terkena dan meletakkan satu tangan pada pinggangnya
sedang ia membengkokkan tungkai terkena.
 DOOR BELL’S SIGN
Nyeri tekan setinggi kelainan
MAC, drpada lateral dari processus
106

spinosus waktu penderita membungkuk kedepan.


VIETS AND NAFZIGER TEST
 Peningkatan dari tekanan intrakranial atau
intraspinal dapat menyebabkan bertambahnya
nyeri radikuler pada lesi yang mengambil tempat
(space-consuming lesions) menekan pada akar
saraf.
 VIETS TEST: Penekanan digital pada vena
jugularis menambah nyeri radikuler. Tekanan
harus dipertahankan sampai penderita mengeluh
rasa penuh dalam kepala, selama 2 menit.
 NAFZIGER TEST: penekanan jugular dapat juga
dilakukan manset sphygmomanometer, mem-
pertahankan tekanan 40 mm Hg selama 10 menit.
MAC, dr 107
PATRICK’S SIGN
(Patrick’s “fabere” test)
Tanda ini terdiri atas nyeri di panggul bila tumit
atau malleolus eksternus dari ektremitas yang
nyeri diletakkan diatas lutut yang satunya dan
paha ditekan kebawah.
Nyeri terjadi pada fleksi bersamaan dengan
abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi dari
panggul yang terkena (fleksi, abduksi, rotasi
eksternal, dan ekstensi).
Pada pemeriksaan ini lutut dari sisi terkena tetap
diangkat oleh penderitanya dan tak dapat ditekan
ke tempat tidur.
Patrick’s sign positif pada penyakit sendi panggul,
akan tetapi biasanya negatif bila nervus
ischiadikus terkena. MAC, dr 108
MAC, dr 109
KAKU KUDUK
(NUCHAL RIGIDITY)
Kekakuan dari kuduk (neck) dan resistance
terhadap gerakan pasif dengan nyeri dan
spasme pada percobaan gerak.Terdapat
resistance terhadap fleksi pasif, dan dagu tak
dapat ditekan diatas dada; terdapat resistance
terhadap hiperektensi dan gerakan putar.
Terdapat pada meningitis, cervical arthritis,
myositis, cervical adenopathy, retropharyngeal
abses, trauma, caries dari spine, hubungan
dengan infeksi berat seperti pneumonia dan
typhoid fever
MAC, dr 110
KERNIG’S SIGN

Penderita terlentang : fleksi paha 90° dan


usahakan ektensi tungkai bawah.
Kernig’s sign positif bila tungkai bawah
tak dapat ekstensi tegak lurus atau 45°
dari paha.

MAC, dr 111
BRUDZINSKI’S NECK SIGN
Fleksi pasif dari kepala diikuti oleh fleksi dari
kedua paha dan tungkai, sehingga
kedua ekstremitas bawah fleksi hebat
terhadap pelvis. Kadang-kadang terdapat
fleksi dari kedua lengan dan separasi
(fanning) dari jari-jari kaki.
Dilakukan dengan meletakkan satu tangan
dibawah kepala penderita dan fleksi
sekuatnya kuduk, sedangkan tangan lainnya
pada dada penderita untuk mencegah
terangkatnya tubuh.
MAC, dr 112
BRUDZINSKI CONTRALATERAL
LEG SIGNS

Fleksi pasif dari kepala terutama bila


paha fleksi sedangkan lutut ekstensi,
diikuti oleh fleksi dari paha dan lutut
kontralateral.

MAC, dr 113
BRUDZINSKI’S CHEEK SIGN

Tekanan pada pipi atau dibawah zygoma


diikuti oleh refleks fleksi pada sendi
lengan dan sentakan keatas dari
lengan.

MAC, dr 114
BRUDZINSKI’S SYMPHYSIS
SIGN

Tekanan pada symphysis pubis diikuti


oleh fleksi dari kedua ekstremitas.

MAC, dr 115
GUILLAIN’S SIGN

Mencubit kulit pada otot quadriceps


femoris atau menjepit otot pada satu
sisi diikuti oleh fleksi dari pinggul dan
lutut kontralateral.

MAC, dr 116
EDELMANN’S GREAT TOE
PHENOMENON
Fleksi dari paha pada panggul sedangkan
tungkai ekstensi pada lutut diikuti oleh
dorsifleksi dari ibu jari kaki.

Terdapat pada edema otak dan juga pada


meningitis.

MAC, dr 117
Tanda Cerebellar
1. dysinergia
2. dysmetria
3. gangguan koordinasi (disdiadokokinesia)
4. intention tremor
5. hypotonia
6. scanning speech
7. nystagmus

MAC, dr 118
Pemeriksaan penunjang
1. Lumbal Punksi
2. Ct Scan

MAC, dr 119
Pemeriksaan likuor
Indikasi:
1. Konfirmasi diagnosis
2. Identifikasi
organisme
3. Tes sensitifitas
antibiotik
4. Untuk terapi yang
rasional

MAC, dr 120
MAC, dr 121
Tekanan Intra kranial

MAC, dr 122
Tabel 1. Cairan serebrospinal pada penyakit-penyakit tertentu SSP

Penyakit Gambaran Makros Tekanan pada Kandungan sel / protein Penemuan lain
posisi mm3
recumben
(mmH2O)
Normal Jernih, tidak Anak; 10-120 2; limfosit 20-40 Glukosa 45-70
berwarna Dewasa; 10-180 mg/dl
Gemuk ; <250 Klorida 680-760
mg/dl
Tumor otak Jernih, tidak meningkat N atau meningkat Meningkat ( Sel-sel tumor
berwarna albumin)
Abses otak Jernih=> berkabut Sangat meningkat PMN, N atau naik Meningkat ( Glukosa turun,
600-700 albumin) pemeriksaan
bakteriologi
ensefalitis Jernih, tidak N N/meningkat, N/meningkat Glukosa N,
berwarna Limfosit virologi
Meningitis Kekuningan, Sangat meningkat >3000, PMN Meningkat ( Klorida turun,
purulenta berkabut 250-700 albumin) bacteriologi
akut seperti krim 100-1000
Meningitis TB Sedikit kekuningan Meningkat sedang 10-500; limfosit meningkat Klorida dan
200-450 glukosa
mennurun;
bacteriologi
Meningitis Sifilis Jernih sampai Meningkat sedang 100-1000; limfosit Agak meningkat tu VDRL, Reagin
berkabut 200-300 dan bbrp sel globulin
plasma
Multiple sklerosis Jernih, tidak N Normal, 50-300; N/ agakl Oligoklonal,
berwarna limfosit meningkat, protein basic
gamma myelin
MAC, dr globulin 123
relatif
meningkat
CT Scan
keuntungan pemakaian CT
-tersedia lebih banyak
-biaya relatief lebih murah
-interpretasi lebih mudah
-tehnik lebih sederhana, bisa dilakukan dengan penderita apa saja, juga
peralatan infuse dll dapat menyertai penderita selama diperiksa
-lebih cepat

kerugian
-untuk stroke ischemic , deteksi lebih lambat waktunya dibanding MRI
-sensitivity dan specificity lebih rendah disbanding CT Scan
-kelainan di-daerah2 tertentu , terutama didekat tulang, fossa posterior, baik
infark atau perdarahan sering hasilnya meragukan dan perlu dilakukan
ulangan / lanjutan dengan MRI
- tidak dapat dilakukan pemeriksaan vascular (MRA)

MAC, dr 124
Pemeriksaan MRI

MAC, dr 125
TERIMA KASIH

MAC, dr 126

Anda mungkin juga menyukai