Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

PPOK EKSASERBASI AKUT


Oleh:
NUR SULMI
1607101030050
Pembimbing:
dr. Novita Andayani, Sp.P (K)

PULMONOLOGY DEPARTEMENT OF SYIAH KUALA UNIVERSITY


dr. ZAINOEL ABIDIN GENERAL HOSPITAL
BANDA ACEH - 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)  karakteristik gejala pernafasan yang
menetap dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan abnormalitas saluran
nafas dan/atau alveolus akibat pajanan gas atau partikel berbahaya.

Indonesia
• WHO dalam • RISKESDAS 2013:
Global Status of 4,3% terjadi di
Non-communicable Aceh 
Diseases 2010: • DEPKES RI 2004: 5 RS perbandingan
urutan ke-4 provinsi  urutan pertama, antara laki-laki dan
memiliki angka diikuti asma bronkial perempuan 4:1
kematian tertinggi (33%), kanker paru (30%)
setelah penyakit dan lainnya (2%)
KV, keganasan dan
• RISKESDAS 2013:
diabetes
Peringkat ke-6 dari 10
penyebab kematian.
Prevalensi 5,6% (4,8 juta
pasien)
Dunia Aceh
• Kebiasaan merokok
Faktor Resiko • Polusi Udara

Gejala • Ringan - Berat

• Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang


Diagnosis • Uji Spirometri : indikator kunci diagnosis

Eksaserbasi akut → bila kondisi ini mengalami perburukan yang bersifat akut
dari keadaan sebelumnya yang stabil. Gejala: sesak napas bertambah, produksi
sputum meningkat, serta perubahan warna sputum.

TATALAKSANA : disesuaikan dengan klasifikasi dan derajat berat penyakit


yang dialami oleh pasien PPOK.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. MN
Umur : 80 tahun
Alamat : Lampriet
Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Islam
Status : Menikah
CM : 0-02-35-65
Masuk : 09 September 2017
Pemeriksaan : 10 September 2017
ANAMNESIS
Keluhan Utama
• Sesak napas

Keluhan Tambahan
• Batuk berdahak, nyeri dada dan demamdada

Riwayat Penyakit sekarang


• Pasien datang dibawa keluarganya dengan keluhan sesak
napas. Sesak napas disertai suara wheezing atau suara mengi.
Sesak napas tidak dipengaruhi oleh cuaca. Os banyak
menghabiskan waktu di tempat tidur. Sesak bertambah berat
saat aktivitas ringan. Batuk berdahak (+), dahak berwarna
kuning dan mudah dikeluarkan. Batuk darah (-). Nyeri dada
sebelah kiri (+) dapat dilokalisasi tidak terdapat nyeri yang
menyebar. Demam 2 hari SMRS, demam naik turun dan turun
dengan obat penurun panas. Penurunan berat badan (-),
keringat malam (-), dan penurunan nafsu makan (-).
Riwayat Penyakit Dahulu

• Hipertensi (+), TB (-), PPOK (+) 30 tahun yang lalu, DM (-).

Riwayat Penggunaan Obat

• Obat inhaler (+), dan obat darah tinggi (+)

Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada

Riwayat Sosial

• Pasien adalah pensiunan dan merokok dengan IB berat.


VITAL SIGN

Compos 140/80 89 kali 24 kali /


Afebris
Mentis mmHg /menit menit
PEMERIKSAAN FISIK

Kulit : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), edema (-),


Kepala : rambut hitam, distribusi merata, sukar dicabut
Wajah : simetris, edema (-), deformitas (-)
Mata : anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya
tidak langsung (+/+), pupil isokor
Telinga : kesan normotia
Hidung : sekret (-/-), cavum nasi hiperemis (-), napas cuping
hidung (-)
Mulut : sianosis (-), tremor (-), hiperemis (-), tonsil hiperemis
(-/-), T1 – T1.
Leher : retraksi suprasternal (-), pembesaran KGB axila(-)
retroauricula (-) suprasternal (-), kaku
kuduk (-).
Pemeriksaan Fisi
k Thorax Dekstra Thorax Sinistra
Paru
Inspeksi
Statis : Simetris, barrel chest
Dinamis : Simetris saat statis dinamis, jejas (-)
THORAX ANTERIOR

Palpasi
Atas Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: normal
Tengah
Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: normal
Bawah
Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: normal
Perkusi
Atas Sonor Sonor
Tengah Sonor Sonor
Bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Atas
vesikuler (+), rhonki (+), wheezing (+) vesikuler (+), rhonki (+), wheezing (+)
Tengah
vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (+) vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (+)
Bawah
vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (+) vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (+)
Pemeriksaan F
isik Thorax Dekstra Thorax Sinistra
Paru
Inspeksi
Statis : Simetris, barrelchest
Dinamis : Simetris saat statis dinamis, jejas (-)
THORAX POSTERIOR

Palpasi
Atas Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: normal
Tengah
Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: normal
Bawah
Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: normal
Perkusi
Atas Sonor Sonor
Tengah Sonor Sonor
Bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Atas
vesikuler (+), rhonki (+), wheezing (+) vesikuler (+), rhonki (+), wheezing (+)
Tengah
vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (+) vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (+)
Bawah
vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (+) vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (+)
PEMERIKSAAN FISIK
JANTUNG
BJ I > BJ II, regular (+) bising (-)

ABDOMEN
Inspeksi : simetris, distensi (-)
Palpasi : soepel, organomegali (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal

EKSTREMITAS
-Superior : sianosis(-/-), edema(-/-), pucat(-/-), akral dingin (-/-), CRT
<2”
-Inferior : sianosis(-/-), edema(-/-), pucat(-/-), akral dingin (-/-), CRT
<2”
Pemeriksaan 09
Laboratorium September 2017
HEMATOLOGI
Darah Rutin
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin 14,6 14-17 gr/dl
Hematokrit 42 45-55 %
Eritrosit 4,6 4,7-6,1. 103/mm3
Leukosit 18,9 4,5-10,5. 103/mm3
Trombosit 252 150-450. 103/mm3
MCV 91 80-100 fL
MCH 32 27-31 pg
MCHC 35 32-36 %
RDW 12,2 11,5-14,5%
MPV 8,5 7,2-11,1fL

Eosinofil 1 0-6 %
Basofil 1 0-2%
N. Batang 0 2-6%
N. Segmen 84 50-70%
Limfosit 4 20-40%
Monosit 10 2-8%

KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 193 <200 mg/dL
Natrium (Na) 127 135-145 mmol/L
Kalium (K) 3,8 3,5-4,5 mmol/L
Clorida (Cl) 98 90-110 mmol/L

Ureum 24 13-43 mg/dl


Kreatinin 0,76 0,51-0,95 mg/dl
Foto Thorax (09 September 2017)
• Foto simetris
• Kekerasan cukup
• Tulang dan jaringan lunak baik
• Sudut costophrenicus kanan dan
kiri tajam
• Trakea di tengah
• Cor CTR < 50%, bentuk normal
• Aorta dan hilus normal
• infiltrate di perihiler kanan dan kiri.

Kesan: Pneumonia
DIAGNOSIS BANDING

1) PPOK eksaserbasi Akut


2) Pneumonia geriatri dd TB paru
3) Asma

DIAGNOSIS KERJA

PPOK eksaserbasi Akut + pneumonia geriatri


TATALAKSANA

 O2 2L/i (k/p)
 Inj. Ceftriaxone 1 g /12 jam (IV)
 Inj. Metilprednisolon 12 mg (ekstra)
 Nebule Combiven 1 resp/ 20 menit selama 1 jam (3x) selanjutnya 1
resp/ 8 jam
 Nebule pulmicort 1 resp/ 12 jam
 Vectrin 3x1
 Curcuma 3x1
 Neurodex 3x1
 Paracetamol 500 mg 3x1
 Diet MBRKTP
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
• PPOK penyakit yang umum, dapat dicegah dan ditangani,
memiliki karakteristik gejala pernafasan yang menetap dan
keterbatasan aliran udara yang disebabkan abnormalitas
saluran nafas dan/atau alveolus akibat pajanan gas atau
Definisi partikel berbahaya

• Asap rokok
• Polusi udara
• Stres oksidatif
• Infeksi saluran napas bawah berulang
Faktor • Sosial ekonomi
Risiko • Tumbuh Kembang Paru
• Gen
KLASIFIKASI
Faal paru
Derajat VEP1/KVP < 70%

Derajat I: PPOK ringan VEP1 80% prediksi

Derajat II: PPOK sedang 50% < VEP1< 80% prediksi

Derajat III: PPOK berat 30% < VEP1 < 50% prediksi

Derajat IV: PPOK sangat berat VEP1< 30% prediksi

Sumber: Gold 2017


PATOGENESIS
GEJALA KLINIS

Sesak

Pajanan
Batuk
faktor
kronik
resiko
DIAGNOSIS
• Riwayat merokok/bekas perokok dengan/ tanpa gejala pernapasan
• Riw. infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi
udara.
Anamnesis • Batuk berulang dengan/ tanpa dahak
• Sesak dengan/ tanpa bunyi mengi

• Inspeksi: Barrel chest, penggunaaan otot bantu napas, pelebaran sela iga
• Palpasi: fremitus melemah
• Perkursi: hipersonor, batas jantung mengecil
PF • Auskultasi: ves normal /melemah, ronki /wheezing, ekspirasi memanjang

• Spirometri: Nilai VEP1 pasca bronkodilator <80% prediksi serta nilai VEP1/KVP
<0,70
• Uji bronkodilator: Perubahan nilai VEP1 atau APE, dimana perubahan nilai <
P. Rutin 20% dan < 200 ml dari nilai awal setelah pemberian bronkodilator inhalasi
TATALAKSANA
Obat- Terapi Ventilasi
Edukasi Rehabilitasi
obatan oksigen mekanis
BAB IV
ANALISA KASUS
Teori
Anamnesis: • Indikator kunci mendiagnosis
• Sesak napas . PPOK:
• Batuk berdahak 1. Sesak: progresif, persistent,
•Riwayat merokok (+) bertambah berat dengan
aktivitas, berat/sukar
bernapas/terengah-engah
2. Batuk kronik dengan atau tanpa
dahak
3. Riwayat terpajan faktor risiko
terutama asap rokok, debu dan
Kasus baha kimia di tempat kerja, asap
dapur
Teori
Pemeriksaan fisik:
Auskultasi: . • Pada auskultasi akan ditemukan:
• Vesikular 1. Vesikuler normal atau melemah
• Rhonkhi pada kedua 2. Ronkhi atau wheezing pada
lapangan paru atas pernapasan biasa atau ekspirasi
• Wheezing pada seluruh paksa
lapangan paru 3. Ekspirasi memanjang

Kasus
Teori
• Penderita PPOK di Indonesia didominasi
oleh laki-laki  perokok pria lebih banyak
Laki-laki, 80 tahun, 2 kali. dibandingkan dengan perokok wanita.
riwayat merokok (+)
• Umumnya: usia >40 tahun  paru-paru s
udah mengalami penurunan fungsi.

• Riwayat merokok selama  faktor risiko


Kasus utama yang berperan dalam proses terjadi
nya PPOK
Teori
.
-Pada pemeriksaan radiologis akan
-Pemeriksaan foto thorax  ditemukan:
tampak hiperlusen, sela iga • Hiperlusen
melebar, jantung normal, • Sela iga melebar
diafragma mendatar. • Diafragma mendatar

Kasus
Teori
Terapi yang diberikan: .
Prinsip penatalaksanaan PPOK
• O2 2L/i (k/p)
eksaserbasi  mengatasi segera
• Nebule Combiven 1 resp/ 20 eksaserbasi dan mencegah
menit selama 1 jam (3x) terjadinya gagal napas. Terapi
selanjutnya 1 resp/ 8 jam oksigen adekuat, pemberian obat-
• Nebule pulmicort 1 resp/ 12 obatan bronkodilator,
jam kortikosteroid, dan antibiotik.

Kasus
BAB V
KESIMPULAN
PPOK : umum, dapat dicegah dan ditangani; karakteristik gejala
pernafasan yang menetap dan keterbatasan aliran udara yang
disebabkan abnormalitas saluran nafas dan/atau alveolus akibat
pajanan gas atau partikel berbahaya.

Penegakan diagnosis : anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang

Tujuan penatalaksaan PPOK antara lain mengurangi gejala,


mencegah progesivitas penyakit, mempertahankan fungsi paru,
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah eksaserbasi
JOURNAL READING

Prevalence and risk factors of COPD among never-


smokers in two areas of Sweden-Occupational
exposure to gas, dust or fumes is an important risk
factor
Stig Hagstad a, b, *, Helena Backman b, c, Anders Bjerg a, b, Linda Ekerljung a, Xiong Ye a, d, e,
Linnea Hedman b, c, Anne Lindberg f, Kjell Toren g, Jan Lotvall€ a, Eva Ronmark€ b, c,
Bo Lundback€ a, b
Latar Belakang Tujuan

Faktor risiko utama


Menganalisa faktor
untuk PPOK adalah resiko lain untuk PPOK
perokok namun PPOK
juga dapat terjadi pada
bukan perokok.
Metodologi
Pengumpulan data pasien
PPOK melalui kuesioner

Wawancara dan
pemeriksaan klinis

Fisher’s test
Hasil
Kesimpulan
PPOK tidak hanya terjadi pada perokok namun juga
pada orang yang memiliki faktor risiko seperti, terkena
paparan gas, uap, debu, serta usia .
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai