DR Ibnu Strokehemoragik-140526072816-Phpapp02
DR Ibnu Strokehemoragik-140526072816-Phpapp02
Pembimbing :
dr. Ibnu Benhadi, Sp.BS
IDENTITAS
Nama : Tn. YK
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 71 tahun
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 24 februari 1947
Alamat : Perumahan DPR RI blok B2
Agama : Kristen
Suku : Manado
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan : SMA
Status pernikahan : Menikah
Tanggal MRS : 3 Agustus 2018 pukul 23.00 wib
No. RM : 01142290
Ruang : IGD
KELUHAN UTAMA
KELUHAN TAMBAHAN
TANDA VITAL
Kepala
Normocephali, Thoraks :
CA -/- , SI -/- , Simetris,
Suara Napas : Vesikuler.
Wh -/-. Rh -/-
Mulut sianosis(-),
deviasi lidah(-), T1
Ekstermitas
Abdomen Akral hangat (+),
Datar, BU normal, Oedem (-),
tidak ada nyeri sianosis (-)
tekan
Status neurologis
Parese N.VII sinistra
cetral
Parese N.XII sinistra
Refleks babinsky +
Diagnosis
Diagnosis Banding
Jika riwayat trauma kurang jelas dan pasien tidak sadar, kita harus
membedakan cedera kepala tertutup dengan penyebab lainnya,
seperti:
Trauma capitis
CVD atau epilepsy (jika pasien kejang).
Diagnosis Kerja
Diagnosis klinik : Penurunan Kesadaran, hemiparesis sinistra,
parese N.VII sinistra central
Diagnosis topik : Intraserebral
Diagnosis etiologic : Stroke Hemoragik e.c hipertensi grade II
Diagnosis patologis : perdarahan
TATALAKSANA
Injeksi Citicolin 2×500 mg
Injeksi Cefotaxim 2×1 gram
Injeksi Piracetam 2×3 gram
Injeksi Ranitidin 1×1 ampul
Metilcobalamin 1×1 ampul
Metylprednisolon 4 x125
Asam Traknesid
Manitol 4 x 125 (Tapp off)
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Analisis kasus
Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang laki-laki berusia 71 tahun dengan
diagnosa klinis penurunan kesadaran, hemiparesis sinistra, parese N.VII
sinistra central, parese N.XII sinistra pada stroke hemoragik e.c hipertensi
grade II. Pada pasien ini, diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pada pasien terjadi penurunan
kesadaran secara mendadak ketika pasien berada di rumah sakit setelah
terjatuh dari tangga yang sebelumnya pasien setelah beraktivitas. Sebelum
tidak sadar pasien mengeluh nyeri kepala. Pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak 3 tahun yang lalu
Pada pemeriksaan fisik, TD: 165/100 mmHg.
Kesadaran somnolen dengan GCS E2V2M5 = 9.
Status motorik pada pasien ini sulit dinilai
namun memberikan kesan adanya hemiparese
sinistra karena ketika dirangsang dengan nyeri
tungkai dan lengan kanan dapat bergerak aktif
namun lengan dan tungkai kiri tidak
memberikan reaksi. Refleks cahaya (+/+), pupil
bulat isokor dengan diameter 3mm/3mm.
Pada pasien ini ditemukan adanya gejala klinis
fungsional otak yang bersifat fokal yang timbul secara
mendadak yaitu lengan dan tungkai kiri tidak dapat
digerakkan, nyeri kepala yang telah berlangsung
selama 3 tahun yang dirasakan hilang timbul. Menurut
WHO stroke didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (atau global), dengan gejala- gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain
selain vaskuler
Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas
faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifable)
dan yang tidak dapat di modifikasi
(nonmodifable). Faktor risiko stroke yang dapat
dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi,
penyakit jantung (fibrilasi atrium), diabetes
mellitus, merokok, mengkonsumsi alkohol,
hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis
arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis
kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.
Pada pasien ini terdapat faktor risiko hipertensi, dimana pasien
sudah menderita hipertensi selama 3 tahun namun pasien jarang
kontrol dan tidak rutin mengkonsumsi obat hipertensi. Hipertensi
pada pasien dapat dikategorikan sebagai hipertensi grade II. Hal
ini sesuai dengan klasifikasi hipertensi menurut The Seventh
Report of The Joint National Comittee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), yaitu
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi
kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan
derajat 2. Kemungkinan penyebab stroke pada pasien ini adalah
karena pecahnya pembuluh darah di otak (stroke hemoragik).
Pecahnya pembuluh darah otak pada umumnya terjadi saat pasien
sedang beraktivitas, adanya nyeri kepala yang hebat, timbulnya
defisit neurologis dalam waktu beberapa menit hingga beberapa
jam yang diikuti dengan adanya penurunan kesadaran, disertai
keluhan mual hingga muntah karena tekanan ntrakranial yang
meningkat. Pada kasus ini serangan terjadi saat pasien sedang
beraktivitas, yaitu setelah pasien melakukan naik turun tangga
dan dirasakan sangat mendadak tanpa disertai adanya nyeri
kepala hebat, terdapat penurunan kesadaran, adanya kelemahan
pada lengan dan tungkai kiri, namun tidak adanya tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial berupa mual dan muntah.
Pada pasien ditemukan adanya kelemahan
lengan dan tungkai kiri sehingga diagnosis
klinisnya adalah hemiparesis sinistra. Pada
pasien juga terdapat refleks Babinsky yang
positif menunjukkan adanya lesi upper motor
neuron (UMN) yang berarti kerusakan berada
pada saraf pusat. Kerusakan pada seluruh
korteks piramidalis sesisi menimbulkan
kelumpuhan UMN pada belahan tubuh sisi
kontralateral.
Keadaan tersebut dikenal sebagai hemiparalisis atau
hemiplegia. Kerusakan yang menyeluruh, tetapi
belum membutuhkan semua neuron korteks
piramidalis sesisi, menimbulkan kelumpuhan pada
belahan tubuh kontralateral yang ringan sampai
sedang. Dalam hal ini digunakan istilah hemiparesis.
Pada pasien didapatkan kelemahan lengan dan
tungkai kiri yang disertai adanya penurunan
kesadaran, dan nyeri kepala yang terjadi secara
mendadak mengarahkan diagnosis etiologi pada
stroke hemoragik
. Kecurigaan diarahkan pada stroke
hemoragik berdasarkan manifestasi klinis
yang terjadi, yaitu ditemukan dua dari tiga
gejala berdasarkan Algoritma Gajah Mada.
Sesuai dengan algoritma tersebut, pada
pasien ini ditemukan penurunan kesadaran,
nyeri kepala dan refleks Babinsky yang
positif.
Dalam mendiagnosis stroke, CT-scan dan MRI
merupakan pemeriksaan yang penting untuk
membedakan stroke non hemoragik, perdarahan
intraserebral, perdarahan subarakhnoid, malformasi
arteriovenosus dan trombosis sinus/vena. Untuk
mendeteksi perdarahan CT-scan lebih banyak dipilih,
sedangkan MRI dapat mendeteksi lesi iskemik.10
Pada awal dari pasien ini perlu dilakukannya
pemeriksaan CT-scan untuk memastikan penyebab
dari kelumpuhan lengan dan tungkai kanan, apakah
disebabkan karena stroke hemoragik atau stroke non
hemoragik agar penatalaksanaannya pun tidak keliru.
Tujuan penatalaksanaan stroke secara umum
adalah menurunkan morbiditas dan menurunkan
angka kematian serta menurunnya angka
kecacatan. Dengan penanganan yang benar
pada jam-jam pertama, angka kecacatan stroke
akan berkurang setidaknya 30%.
ANATOMI KRANIUM
Kulit Kepala
(SCALP)
Tulang
Tengkorak
Otak & Selaput
Otak
Sistem Ventrikel
Cairan Serebrospinal
(CSF)
Tentorium
Kulit Kepala (SCALP)
Tulang Tengkorak
Calvaria
Basis
Cranii
Selaput Otak & Otak
Selaput Otak : - Duramater
- Arachnoid
- Piameter
Otak : - Serebrum
- Serebelum
- Batang Otak
Sistem Ventrikel & Cairan Cerebrospinal (LCS)
Tentorium
VASKULARISASI OTAK (ARTERI)
A. Carotis Interna
(80%)
ARTERI
A. Vertebralis (20%)
Vaskularisasi Otak - Arteri
VASKULARISASI OTAK
(VENA)
SARAF KRANIAL
Definisi
Perdarahan Intraserebral
Kira-kira 10% stroke disebabkan oleh
perdarahan intraserebral. Hipertensi,
khususnya yang tidak terkontrol,
merupakan penyebab utama. Penyebab
lain adalah pecahnya aneurisma,
malformasi arterivena, angioma
kavernosa, alkoholisme, diskrasia darah,
terapi antikoagulan, dan angiopati
amiloid.
Manifestasi
klinis
1. Pendarahan intraserebral
- Serangan secara mendadak
- Nyeri kepala
- Mual
- Muntah
- Penurunan kesadaran secara cepat
- Lemah/mati rasa pada salah satu bagian
tubuh
2. Pendarahan
subarachnoid
- Sakit kepala hebat
- Kesadaran
terganggu
- Demam
- Muntah
- Takikardi
- Kejang
- Kaku kuduk
- Fotopobia
Pemeriksaan
• Anamnesa
• Pemeriksaan fisik :
- tingkat kesadaran
- keadaan umum
- tanda vital : suhu, RR,
HR,HT
- kepala dan leher
• Pemeriksaan
neurologis
- rangsang meningeal
- Fungsi motorik
- Fungsi sensorik
- Refleks fisiologis
• Pemeriksaan
penunjang
- Darah
- CT scan
- MRI
Pengelolaan
• Tujuannya adalah memperbaiki aliran darah
ke otak.
- pengelolaan (umum) 5B
- stroke hemoragik(khusus) : a. konservatif
b. koperatif
1. Pengeloaan 5B
a. Breathing
Jalan nafas harus bebas, ventilasi dan
oksigenasi harus tetap baik.
intubasi jika GCS < 8
b.
Blood
Tekanan darah tidak boleh segera diturunkan,
kecuali :
- stroke iskemik : >220/120
- stroke hemoragik : > 180/ 100
Obat : diltiazem, nitroprusit, nitrogliserin,
labetolol dan kaptopril
Turunkan KGD jika >200 mg/dL
(mengontrol tekanan darah)
c.
-Brain
Jaga supaya tidak muncul kejang
- Jika TIK ----- manitol
- Mencegah hipertermia
Kegagalan kardio-respiratorius
Koma dalam
Tanda penekanan batang otak hebat
Kesadaran umum jelek
Usia lanjut
Gula darah tinggi
Tekanan darah tinggi
Letak hematom : dalam dan sukar
KESIMPULAN
Perdarahan otak bisa menyebabkan kematian
tetapi juga penderita bisa mengalami
penyembuhan secara bertahap. Jenis dan
beratnya kelainan tergantung kepada lokasi
dan beratnya kerusakan otak yang terjadi.
Terjadinya perdarahan, dapat terjadi oleh
faktor risiko yang dapat dikendalikan salah
satu nya yaitu hipertensi.
KESIMPULAN
Kerusakan otak seringkali menyebabkan kelainan fungsi yang
menetap, yang bervariasi tergantung kepada kerusakan yang terjadi,
apakah terbatas (terlokalisir) atau lebih menyebar (difus). Kelainan
fungsi juga tergantung kepada bagian otak mana yang terkena.
Gejala yang terlokalisir bisa merupakan perubahan dalam gerakan,
sensasi, berbicara, penglihatan, dan pendengaran. Berbagai fungsi
otal dapat dijalankan ole beberapa area, sehingga area yang tidak
mengalami kerusakan bisa menggantikan fungsi dari area lainnya
yang mengalami kerusakan.