Anda di halaman 1dari 46

PRESENTASI KASUS

APPENDISITIS AKUT
DISUSUN OLEH:
Safrilia Gandhi Maharani
1710221079

PEMBIMBING :
Kolonel CKM dr. Achmad Rusli, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN BEDAH


RST DR. SOEDJONO MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
PERIODE 6 AGUSTUS – 13 OKTOBER 2018
BAB I
PENDAHULUAN
• Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering

• Appendicitis terjadi karena obstruksi yang terjadi pada lumen appendix sehingga
menimbulkan infeksi bakteri dan menyebabkan peradangan.

• Insiden appendicitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang.

• Lebih dari 250.000 apendektomi dilakukan setiap tahun di AS

• Insiden lebih rendah terjadi pada pasien dengan konsumsi serat yang tinggi

• Prevalensi secara keseluruhan apendisitis akut terjadi pada 8.6% laki laki dan 6.7%

• Insiden tertinggi pada kelompok usia 20-30 tahun


BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien

 Nama : Nn. DA
 Usia : 14 tahun
 Status Perkawinan : Belum menikah
 Pekerjaan : Pelajar
 Alamat : Secang
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Suku Bangsa : Jawa
 Pendidikan : SMP
 No. CM : 118274
 Tgl Masuk RS : 27 Agustus 2018
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama

Pasien mengeluhkan nyeri perut sejak 3 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik bedah umum RST Soedjono Magelang


pada tanggal 27 Agustus 2018 dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 3 hari yang lalu. Pasien merasakan nyeri perut seperti
tertusuk-tusuk. Pasien mengaku nyeri yang dirasakan semakin
memberat. Keluhan tersebut disertai adanya mual dan muntah.
Selain itu pasien juga mengeluh demam sejak 1 hari SMRS. Napsu
makan pasien menurun. BAB dan BAK pasien normal.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga

R. Keluhan serupa: disangkal R. Keluhan serupa : disangkal


R.P batuk lama : disangkal R.P batuk lama : disangkal
R.P asma : disangkal R.P asma : disangkal
R.P hipertensi : disangkal R.P hipertensi : disangkal
R.P DM : disangkal R.P DM : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien mengaku memiliki kebiasaan memakan makanan yang terlalu pedas. Pasien
tinggal bersama orangtua. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
 Keadaan Umum : Tampak sakit  Antropometri
sedang Berat Badan : 45 kg
 Kesadaran : Compos Tinggi Badan : 150 cm
mentis
IMT : 20 kg/m2
 Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,8 C
Pernapasan : 20 x/menit
 Kepala  Telinga
Tampak kepala normocepal, Bentuk normal, discharge (-/-).
rambut berwarna hitam, serta tidak
 Mulut
mudah dicabut.
Bibir tidak tampak kering, sianosis (-),
 Mata lidah tidak ada kelainan, uvula di
Konjungtiva anemis (-/-), sklera tengah, faring tidak hiperemis, tonsil
ikterik (-/-). T1/T1.
 Hidung  Leher
Bentuk normal, sekret (-/-), nyeri Benjolan di leher (-).
tekan (-).
Paru  Jantung
 Inspeksi : bentuk normal,  Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
simetris, otot bantu  Palpasi : iktus kordis tidak teraba
pernapasan (-)
 Perkusi :
 Palpasi : vocal fremitus
sama kuat pada seluruh Batas kiri : ICS V, 1-2 cm ke medial linea
lapang paru midclavicula sinistra
 Perkusi : sonor pada Batas atas : ICS II, linea parasternal sinistra
seluruh lapang paru Batas kanan : ICS IV, linea sternalis
 Auskultasi : suara napas dextra
vesikuler (+/+), rhonki (-/-), Batas pinggang : ICS III linea parasternal
wheezing (-/-) kiri
 Auskultasi: BJ I-II normal, suara tambahan
(-)
 Abdomen
 Inspeksi : datar, pergerakan usus (-), sikatrik (-), massa (-)
 Auskultasi : bising usus (+)
 Palpasi : Mc burney sign (+), rovsing sign (+), rebound,
tenderness (+) defans muskular (-), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : timpani, pekak alih (-)
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, oedem (-)
 Kulit : Tidak tampak kelainan
 Kelenjar Getah Bening inguinal tidak teraba membesar
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG Abdomen

Hasil USG Abdomen yang dilakukan


pada tanggal 27 Agustus 2018.

Kesan :
Appendix tak tervisualiasasi, tak
tampak tanda-tanda komplikasi
appendicitis pada regio Mc Burney
Sonography tak tampak kelainan
pada morfologi hepar, VF, ren
bilateral, lien, pancreas, uterus, dan VU
Alvarado Score
V. Diagnosis

 Apendisitis Akut
VI. PLANNING

 Non medikamentosa
Informed consent
Appendektomi

 Medikamentosa :
Infus RL 16 tpm
Injeksi Cefotaxime 2x1 gram IV
Injeksi Ranitidin 3x1 IV
VII. EDUKASI

 Mengedukasi pasien untuk rutin makan makanan berserat


 Mengedukasi pasien untuk banyak mengkonsumsi air putih
 Mengedukasi pasien untuk rutin berolahraga dan rutin aktivitas fisik
LAPORAN OPERASI
 Operasi dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2018 pada pukul 11.30 WIB
 Diagnosis Pre Operasi : Apendisitis Akut
 Diagnosis Post Operasi : Apendisitis Akut
 Jenis Anestesi : Spinal Anestesi
 Tindakan Operasi : Appendektomi
 Laporan Operasi :
 Pasien dalam spinal anestesi, aseptic dan antiseptic daerah operasi
 Insisi Mc Burney
 Buka peritoneum, identifikasi caecum
 Paparkan appendiks, appendiks oedem dan hiperemi
 Dilakukan Apendektomi dan double ligasi
 Control perdarahan
 Jahit luka lapis demi lapis. Operasi selesai
INSTRUKSI PASCA BEDAH

 Observasi kesadaran dan tanda vital


 Diet nasi
 Inf. RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 gr 1x1 IV
 Inj. Ketorolac 30 mg 3x1 IV
FOLLOW UP POST OPERASI
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

 Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks


vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling
sering
 Appendicitis dapat disebabkan karena infeksi atau obstruksi pada
appendix  bengkak, perubahan flora normal dan mudah diinfeksi
oleh bakteri  diagnosis lambat ditegakkan, dapat terjadi perforasi
 peritonitis atau terbentuknya abses disekitar appendix
 Appendix merupakan organ
berbentuk cacing, panjangnya
kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm)
dan berpangkal di sekum.
 Lumennya sempit di bagian
proksimal dan melebar di
bagian distal.
 Persarafan parasimpatis berasal
dari cabang n. Vagus yang
mengikuti a.mesenterika superior
dan a.apendikularis,

 Persarafan simpatis berasal dari


n.torakalis X. oleh karena itu, nyeri
visceral pada apendisitis bermula
di sekitar umbilicus.
 Apendiks menghasilkan lendir sebanyak 1 – 2 ml per hari
 Lendir dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke
sekum
 Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan
pada paatogenesis apendisitis
 Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut asociated
limphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna, termasuk
apendiks, ialah IgA  Pengangkatan apendiks tidak mempenaruhi
sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan diseluruh
tubuh
EPIDEMIOLOGI

 Appendicitis merupakan salah satu kegawatdaruratan bedah


 Insiden appendicitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara
berkembang
 > 250.000 apendektomi dilakukan setiap tahun di AS
 Insiden lebih rendah terjadi pada pasien denngan konsumsi serat yang
tinggi.
 Prevalensi secara keseluruhan apendisitis akut terjadi pada 8.6% laki laki
dan 6.7% perempuan
 Depkes RI 2008  urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen
lainnya
 Appendicitis dapat ditemukan pada semua usia, Insiden tertinggi pada
kelompok usia 20-30 tahun dan menurun pada usia diatas usia tersebut
ETIOLOGI

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apenidks yang


dapat disebabkan oleh :
 Fekalit
 Hiperplasia limfoid
 Benda asing
 Parasit
 Neoplasma
 Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya
Obstruksi lumen

Perkembangan bakteri Sekresi mukus

Distensi lumen dan peningkatan tekanan dinding intralumen

Hambat aliran limfe

edema Diapedesis Ulserasi


bakteri mukosa

Apendisitis akut fokal


Sekresi mukus yang terus berlanjut dan tekanan dinding
yang terus meningkat menyebabkan :
 Obstruksi vena
 Peningkatan edema
 Pertumbuhan bakteri yang menimbulkan peradangan

Apendisitis supurativa
akut Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat 
timbul nyeri di daerah kanan bawah

Aliran arteri terganggu akan timbul Rapuh dan pecah


infark dnding dan ganggren

Apendisitis
ganggrenosa Apendisitis perforasi
Imunitas baik

omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke


arah apendiks

timbul suatu massa local yang disebut infiltrate apendikularis

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh


sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang
lengket dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini
dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan
bawah. Suatu saat, organ ini dapat meradang akut lagi
dan disebut apendisitis eksaserbasi akut
 Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah
dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya
perforasi.
 Pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
pembuluh darah
MANIFESTASI KLINIS
 Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Pada awalnya anak
hanya rewel dan tidak mau makan, muntah-muntah  lemah dan letargik.
Karena gejala yang tidak khas, pada bayi 80-90% kasus apendisitis sering
baru diketahui setelah terjadinya perforasi.
 Pada orang berusia lanjut juga gejalanya samar sehingga lebih dari
separuh penderita bisa didiagnosis setelah perforasi
 Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, dan
muntah, mirip gejala kehamilan pada trimester pertama. Pada kehamilan
lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke arah kraniolateral sehingga
keluhan nyeri berada di lumbal kanan
DIAGNOSIS
 ANAMNESIS
nyeri mula mula di epigastrium atau regio umbilicus, disertai mual dan
muntah  nyeri berpindah ke kuadran kanan bawah pada titik Mc Burney.

 PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi  Distensi perut
Auskultasi  suara bising usus berkurang sampai hilang
Palpasi  nyeri tekan, nyeri lepas dan defense muskuler positif
Perkusi  nyeri ketok positif, hipertimpani akibat dari perut yang kembung
Demam 37,5 – 38,5 C
Rectal touche nyeri di semua arah, dengan tonus muskulus sfingter ani
menurun dan ampula recti berisi udara.
 Rovsing’s sign yaitu nyeri pada
kuadran kanan bawah pada palpasi
kuadran kiri bawah

 Blumberg sign yaitu nyeri saat


penekanan perut kiri bawah
dilepaskan
 Tes psoas dilakukan dengan  Tes obturator digunakan untuk
rangsangan otot psoas lewat melihat apendiks yang meradang
hiperekstensi sendi panggul kanan bersentuhan dengan otor obturator
atau fleksi aktif sendi panggul internus yang merupakan dinding
kanan panggul kecil. Gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada
posisi terlentang akan meregang
sehingga menimbulkan nyeri pada
apendisitis pelvika
 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Leukositosis ringan  10.000 – 18.000 /mm3
 CRP  jumlah serum yang meningkat
 Urinalisis  sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan eritrosit
lebih dari normal bila appendix yang meradang menempel pada ureter
atau vesika
 Pada perempuan perlu diperiksa tes kehamilan bila dicurigai kehamilan
ektopik sebagai diagnosis banding
 PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
 USG abdomen
Bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada
appendiks
Sensitifitas 86% dan spesifisitas 81%
 CT scan
Penebalan dinding apendiks dan inflamasi di jaringan
Sensitivitas 94%dan spesifisitas 95%
 ALVARADO SCORE

Interpretasi Alvarado score

Dinyatakan appendisitis akut bila > 7


point
1 – 4  dipertimbangkan appendisitis
akut
5 – 6  kemungkinan besar
appendisitis tidak perlu operasi
7 – 9  appendisitis akut perlu
pembedahan
DIAGNOSIS BANDING

 Gastroenteritis  Kehamilan di luar kandungan


 Demam dengue  Kista ovarium terpuntir
 Demam Typhoid  Endometriosis eksterna
 Limfadenitis mesenterika  Urolitiasis pielum/ureter kanan
 Kelainan ovulasi
 Infeksi panggul
TATALAKSANA

 ANTIBIOTIK
antibiotik profilaksis sebelum pembedahan dengan menggunakan antibiotik spektrum luas kurang dari
24 jam untuk appendicitis non perforasi dan kurang dari 5 jam untuk apendisitis perforasi.
Cephalosporin generasi ke-3, ampicillin-sulbaktam, dll dan metronidazol atau klindamisin untuk bakteri
anaerob.
Pemberian antibiotik post operasi harus diubah berdasarkan kultur dan sensitivitas. Antibiotik tetap
diberikan sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit
 Penggantian cairan dan elektrolit.
 APENDEKTOMI
Appendektomi dapat dilakukan secara terbuka ataupun dengan laparoskopi. Bila appendektomi
terbuka, insisi Mc. Burney paling banyak dipilih oleh ahli bedah.
PROGNOSIS

 Tingkat mortalitas dan morbiditas sangat kecil dengan diagnosis yang


akurat serta pembedahan.
 Tingkat mortalitas secara keseluruhan berkisar antara 0.2 – 0.8 %dan
disebabkan oleh komplikasi penyakit atau intervensi bedah.
 Pada anak, angka ini berkisar antara 0.1 -1 %.
 Pasien diatas 70 tahun angka ini meningkat diatas 20% karena
keterlambatan diagnosis dan terapi
KOMPLIKASI

 Perforasi
 Selain itu komplikasi yang dapat timbul yaitu peritonitis umum, abses
apendiks, tromboflebitis supuratif system portal, abses subfrenikus, sepsis,
dan obstruksi usus
KESIMPULAN
 Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling
 Appendicitis terjadi karena obstruksi yang terjadi pada lumen appendix sehingga
menimbulkan infeksi bakteri dan menyebabkan peradangan
 Diagnosis apendisitis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan
teliti, diagnosis klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus.
 Kesalahan diagnosis lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan
lelaki. Keluhan berasal dari genitalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di
pelvis, atau penyakit ginekologik lain
 Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis akut, bila diagnosis
meragukan, sebaiknya penderita diobservasi di rumah sakit dengan frekuensi
setiap 1-2 jam.
 Foro barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonografi dapat meningkatkan akurasi
diagnosis, demikian pula laparoskopi pada kasus yang meragukan
DAFTAR PUSTAKA

 Hardin DM. Acute Appendicitis: Review and Update. American Academy of Family Physician News and Publication.
1999;60: 2027-34. Retrieved at October 20th 2011. From: http://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.html

 Lobo, D., 2018. British medical journal : Acute appendicitis


https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/290

 Schwartz’s, 2011. Principles of Surgery 9th Edition. United States. Mc-Graw Hill. P. 1241-1257

 Sjamsuhidajat, R. & De Jong., 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal 756-762

 Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta, E., 2014. Kapita Selekta Kedokteran. “Bedah Digestif”. Media Aesculapius.
Jakarta. Edisi 4, Jilid 2, hlm. 213 – 214

 Zhang, 1999. An Atlas of Histology. P. 234-236

Anda mungkin juga menyukai