APPENDISITIS AKUT
DISUSUN OLEH:
Safrilia Gandhi Maharani
1710221079
PEMBIMBING :
Kolonel CKM dr. Achmad Rusli, Sp.B
• Appendicitis terjadi karena obstruksi yang terjadi pada lumen appendix sehingga
menimbulkan infeksi bakteri dan menyebabkan peradangan.
• Insiden appendicitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang.
• Insiden lebih rendah terjadi pada pasien dengan konsumsi serat yang tinggi
• Prevalensi secara keseluruhan apendisitis akut terjadi pada 8.6% laki laki dan 6.7%
Nama : Nn. DA
Usia : 14 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Secang
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP
No. CM : 118274
Tgl Masuk RS : 27 Agustus 2018
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien mengaku memiliki kebiasaan memakan makanan yang terlalu pedas. Pasien
tinggal bersama orangtua. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit Antropometri
sedang Berat Badan : 45 kg
Kesadaran : Compos Tinggi Badan : 150 cm
mentis
IMT : 20 kg/m2
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,8 C
Pernapasan : 20 x/menit
Kepala Telinga
Tampak kepala normocepal, Bentuk normal, discharge (-/-).
rambut berwarna hitam, serta tidak
Mulut
mudah dicabut.
Bibir tidak tampak kering, sianosis (-),
Mata lidah tidak ada kelainan, uvula di
Konjungtiva anemis (-/-), sklera tengah, faring tidak hiperemis, tonsil
ikterik (-/-). T1/T1.
Hidung Leher
Bentuk normal, sekret (-/-), nyeri Benjolan di leher (-).
tekan (-).
Paru Jantung
Inspeksi : bentuk normal, Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
simetris, otot bantu Palpasi : iktus kordis tidak teraba
pernapasan (-)
Perkusi :
Palpasi : vocal fremitus
sama kuat pada seluruh Batas kiri : ICS V, 1-2 cm ke medial linea
lapang paru midclavicula sinistra
Perkusi : sonor pada Batas atas : ICS II, linea parasternal sinistra
seluruh lapang paru Batas kanan : ICS IV, linea sternalis
Auskultasi : suara napas dextra
vesikuler (+/+), rhonki (-/-), Batas pinggang : ICS III linea parasternal
wheezing (-/-) kiri
Auskultasi: BJ I-II normal, suara tambahan
(-)
Abdomen
Inspeksi : datar, pergerakan usus (-), sikatrik (-), massa (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : Mc burney sign (+), rovsing sign (+), rebound,
tenderness (+) defans muskular (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, pekak alih (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, oedem (-)
Kulit : Tidak tampak kelainan
Kelenjar Getah Bening inguinal tidak teraba membesar
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Abdomen
Kesan :
Appendix tak tervisualiasasi, tak
tampak tanda-tanda komplikasi
appendicitis pada regio Mc Burney
Sonography tak tampak kelainan
pada morfologi hepar, VF, ren
bilateral, lien, pancreas, uterus, dan VU
Alvarado Score
V. Diagnosis
Apendisitis Akut
VI. PLANNING
Non medikamentosa
Informed consent
Appendektomi
Medikamentosa :
Infus RL 16 tpm
Injeksi Cefotaxime 2x1 gram IV
Injeksi Ranitidin 3x1 IV
VII. EDUKASI
Apendisitis supurativa
akut Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat
timbul nyeri di daerah kanan bawah
Apendisitis
ganggrenosa Apendisitis perforasi
Imunitas baik
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi Distensi perut
Auskultasi suara bising usus berkurang sampai hilang
Palpasi nyeri tekan, nyeri lepas dan defense muskuler positif
Perkusi nyeri ketok positif, hipertimpani akibat dari perut yang kembung
Demam 37,5 – 38,5 C
Rectal touche nyeri di semua arah, dengan tonus muskulus sfingter ani
menurun dan ampula recti berisi udara.
Rovsing’s sign yaitu nyeri pada
kuadran kanan bawah pada palpasi
kuadran kiri bawah
ANTIBIOTIK
antibiotik profilaksis sebelum pembedahan dengan menggunakan antibiotik spektrum luas kurang dari
24 jam untuk appendicitis non perforasi dan kurang dari 5 jam untuk apendisitis perforasi.
Cephalosporin generasi ke-3, ampicillin-sulbaktam, dll dan metronidazol atau klindamisin untuk bakteri
anaerob.
Pemberian antibiotik post operasi harus diubah berdasarkan kultur dan sensitivitas. Antibiotik tetap
diberikan sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit
Penggantian cairan dan elektrolit.
APENDEKTOMI
Appendektomi dapat dilakukan secara terbuka ataupun dengan laparoskopi. Bila appendektomi
terbuka, insisi Mc. Burney paling banyak dipilih oleh ahli bedah.
PROGNOSIS
Perforasi
Selain itu komplikasi yang dapat timbul yaitu peritonitis umum, abses
apendiks, tromboflebitis supuratif system portal, abses subfrenikus, sepsis,
dan obstruksi usus
KESIMPULAN
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling
Appendicitis terjadi karena obstruksi yang terjadi pada lumen appendix sehingga
menimbulkan infeksi bakteri dan menyebabkan peradangan
Diagnosis apendisitis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan
teliti, diagnosis klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus.
Kesalahan diagnosis lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan
lelaki. Keluhan berasal dari genitalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di
pelvis, atau penyakit ginekologik lain
Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis akut, bila diagnosis
meragukan, sebaiknya penderita diobservasi di rumah sakit dengan frekuensi
setiap 1-2 jam.
Foro barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonografi dapat meningkatkan akurasi
diagnosis, demikian pula laparoskopi pada kasus yang meragukan
DAFTAR PUSTAKA
Hardin DM. Acute Appendicitis: Review and Update. American Academy of Family Physician News and Publication.
1999;60: 2027-34. Retrieved at October 20th 2011. From: http://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.html
Schwartz’s, 2011. Principles of Surgery 9th Edition. United States. Mc-Graw Hill. P. 1241-1257
Sjamsuhidajat, R. & De Jong., 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal 756-762
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta, E., 2014. Kapita Selekta Kedokteran. “Bedah Digestif”. Media Aesculapius.
Jakarta. Edisi 4, Jilid 2, hlm. 213 – 214