KELOMPOK 2
Cyndra Dinata O.
Abdullah
Djihan Fahira Abdull
Malik
Elsya N. Yahya
Juwita Djailani
Moh. Ilham A. D. Malanua
Mutia Agriani Due
Nurseptiani Yusuf
Pratiwi Dunggio
Regita Cahyani Sauring
Ultri Salehandri Lanio
Kromatografi (KLT) pertama kali dikembangkan oleh
izmailloff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan
bentuk kromatografi plannar, yang fase diamnya berupa
lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang
didukung oleh lenteng kaca, plat aluminium, atau plat plastik.
KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi
berdasarkan perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi
serta kelarutan komponen-komponen kimia yang akan
bergerak mengikuti kepolaran eluen. Oleh karena daya serap
adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka
komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga
hal ini yang menyebabkan pemisahan.
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa
secara cepat, dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk
halus yang ipaliskan serta rata pada lempeng kaca. Lempeng
yang dilapisi, dpat dianggap sebagai “Kolom Kromatografi
Terbuka” dan pemisahan dapat didasarkan pada penyerapan,
pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat
penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis
pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion
dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar.
Prinsip kerja KLT yaitu memisahkan sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari
bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis
sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan
yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran
antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin
terbawa oleh fase gerak tersebut
1. Kelebihan
KLT lebih banyak banyak di gunakan untuk tujuan analis.