Anda di halaman 1dari 18

SELAMAT DATANG

PESERTA SOSIALISASI PENYAKIT MENULAR


HEPATITS
MALARIA
FILARIASIS
KECACINGAN
RABIES
HIV / AIDS
PNEUMONIA
SITUASI RABIES DAN FILARIASIS
KABUPATEN OGAN ILIR
TAHUN 2018
KEJADIAN KASUS FILARIASIS
 Kejadian kasus filariasis tahun 2017 terdapat dua kasus
di PKM Talang Pengeran dan PKM Payaraman.
 Kedua kasus tersebut berhasil ditangani dengan baik
 Perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap kejadian
penyakit filariasis di sekitar tempat penderita
 Perlu koordinasi dengan pihak terkait untuk
penanganan dan pencegahan penyakit filariasis
 Perlu kerjasama lintas sektor untuk menangani
kejadian ikutan penyakit filariasis
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN
2014 TENTANG PENANGGULANGAN
FILARIASIS

Penyakit Kaki Gajah (Lymphatic Filariasis) yang selanjutnya


disebut Filariasis adalah penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan
kelenjar getah bening. Perlu kerjasama lintas sektoral untuk
menanggulangi penyakit ini. Ruang lingkup pengaturan
Penanggulangan Filariasis meliputi penyelenggaraan
Penanggulangan Filariasis, POPM Filariasis, Kejadian Ikutan
Pasca Pengobatan Filariasis, eliminasi Filariasis, tanggung jawab
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sumber daya, peran serta
masyarakat, pembinaan dan pengawasan.
Program Eliminasi Filariasis

Program akselerasi eliminasi filariasis diupayakan sampai dengan tahun 2020,


dilakukan dengan bertahap lima tahunan yang dimulai tahun 2010-2014. Program
eliminasi filariasis direncanakan sampai dengan 2020 atas dasar justifikasi:

1) Di daerah endemis dengan angka lebih besar dari 1%, dapat dicegah
penularannya dengan program Pemberian Obat Massal Pencegahan filariasis
(POMP filariasis) setahun sekali, selama minimal lima tahun berturut-turut.
2) Penyebaran kasus dengan manifestasi kronis filariasis di 401 kabupaten/kota
Dapat dicegah dan dibatasi dampak kecacatannnya dengan penatalaksanaan
kasus klinis;
3) Minimal 85% dari penduduk berisiko tertular filariasis di daerah yang
teridentifikasi endemis filariasis harus mendapat POMP filariasis.
Tujuan Program akselerasi eliminasi filariasis adalah pada tahun 2020 semua
kabupaten/kota endemis wilayah Indonesia Timur telah melakukan POMP
filariasis. Prioritas di Indonesia bagian timur dikarenakan pertimbangan
tingginya prevalensi microfilaria yang tinggi (39%).
Kabupaten/kota endemis daerah Indonesia barat dan tengah juga diharapkan
akan melaksanakan POMP filariasis secara bertahap.

Strategi program eliminasi filariasis terdiri dari lima strategi yaitu:


a. Memantapkan perencanaan dan persiapan pelaksanaan termasuk
sosialisasi pada masyarakat
b. Memastikan ketersediaan obat dan distribusinya serta dana operasional
c. Meningkatkan peran Kepala Daerah dan para pemangku kepentingan
lainnya
d. Memantapkan pelaksanaan POMP filariasis yang didukung oleh sistem
pengawasan dan pelaksanaan pengobatan dan pengamanan kejadian
ikutan pasca pengobatan
e. Meningkatkan monitoring dan evaluasi.
KEJADIAN KASUS RABIES
 Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) terjadi pada
hampir seluruh wilayah di kabupaten Ogan Ilir
 Kasus positif rabies ada 2 (dua) kasus
 Kasus rabies positif berhasil di obati dan sembuh
 Kasus GHPR sebagian besar di Beri VAR dan Observasi
Negatif
 Koordinasi perlu ditingkatkan antara pengelola program
puskesmas sehingga tidak seluruh kasus GHPR diberikan
VAR dan lebih mendahulukan observasi terhadap hewan
 Pemahaman kepada masyarakat perlu ditingkatkan agar
melakukan tatalaksana (observasi) dengan baik
Zoonosis adalah infeksi yang ditularkan di
antara hewan vertebrata danmanusia atau
sebaliknya [1]. Zoonosis mendapat
perhatian secara globaldalam
beberapa tahun terakhir baik
mengenai epidemiologi, mekanisme
transmisi penyakit dari hewan ke manusia,
diagnosa, pencegahan dan kontrol
Ada tiga jenis zoonosis berdasarkan reservoirnya [3][1]

Antropozoonosis: penyakit yang dapat secara bebas berkembang


di alam di antara hewan liar maupun domestik. Manusia hanya kadang
terinfeksi dan akan menjadi titik akhir dari infeksi. Pada jenis ini,
manusia tidak dapat menularkan kepada hewan atau manusia lain.
Berbagai penyakit yang masuk dalam golongan ini
yaitu Rabies,Leptospirosis, tularemia, dan hidatidosis. [1]

Zooantroponosis: zoonosis yang berlangsusng secara bebas pada


manusia atau merupakan penyakit manusia dan hanya kadang-kadang
saja menyerang hewan sebagai titik terakhir. Termasuk dalam golongan
ini yaitu tuberkulosis tipe humanus disebabkan oleh Mycobacterium
tubercullosis, amebiasis dan difteri.[1]

Amphixenosis: zoonosis dimana manusia dan hewan sama-sama


merupakan reservoir yang cocok untuk agen penyebab penyakit dan
infeksi teteap berjalan secara bebas walaupun tanpa keterlibatan grup
lain (manusia atau hewan). Contoh: Staphylococcosis, Streptococcosis.[1]
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 47 TAHUN 2014
TENTANG
PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
HEWAN

Penyakit Hewan adalah gangguan kesehatan pada


Hewan yang antara lain, disebabkan oleh cacat
genetik, proses degeneratif, gangguan
metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit,
dan infeksi mikroorganisme patogen seperti virus,
bakteri, cendawan, dan ricketsia.
• Pengendalian dan penanggulangan
Penyakit Hewan meliputi kegiatan:

a. pengamatan dan
pengidentifikasian Penyakit
Hewan;
b. pencegahan Penyakit Hewan;
c. pengamanan Penyakit Hewan;
d. pemberantasan Penyakit Hewan;
e. pengobatan Hewan.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011
TENTANG
PENGENDALIAN ZOONOSIS

Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada


manusia atau sebaliknya

Pengendalian zoonosis dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik


pusat maupun daerah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing
secara terkoordinasi, dan terintegrasi dalam satu kesatuan dengan
memperhatikan ketentuan Peratuan Perundang-undangan.
• Pengendalian Zoonosis adalah rangkaian
kegiatan yang meliputi manajemen pengamatan,
pengidentifikasian, pencegahan, tata laksana kasus dan
pembatasan penularan serta pemusnahan sumber
zoonosis.

Kelembagaan pengendalian zoonosis sebagai wadah


koordinasi terdiri dari :

• Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis untuk tingkat


pusat;
• Komisi Provinsi Pengendalian Zoonosis untuk tingkat
provinsi;
• Komisi Kabupaten/Kota Pengendalian Zoonosis untuk
tingkat kabupaten/kota.
Terima Kasih..….

Anda mungkin juga menyukai