Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK III

 Chusnul Khotimah  Nindyastuti P.


 Desy Farlina P. L  Tri Nurjannah
 Eko Ahmad M.  Vitha Maulidiyah
 Hazna Raihana  Yayang Putri R.
 Ihda Alhusnayain  Yuvie Monica R.
SOAL
Dalam perspektif agama kemukakan
pendapat anda tentang pudarnya nilai-
nilai religius terhadap tindakan seseorang
untuk korupsi. Hubungkan hal ini dengan
sifat serakah, suka dengan jalan pintas
tanpa kerja keras dan menganggap remeh
perbuatan dosa.
KORUPSI
• Kasus korupsi di tanah air benar-benar
mewabah. Selain telah merasuki
infrastruktur kenegaraan baik di tingkat
pusat sampai daerah, korupsi pun telah
menjangkiti institusi-institusi sosial dan
seluruh sendi-sendi kehidupan
masyarakat.

• Hubungan tinggi-rendahnya tingkat


korupsi di sebuah negara dengan tingkat
keberagamaan (religiusitas) negara
terkadang sulit ditentukan.
Agama harus di fungsikan dan dijadikan way of life bagi
pemeluknya. Diperlukan juga ilmu yang cukup yang dapat berperan
sebagai guideline sekaligus perisai bagi umatnya tatkala dihadapkan
pada pilihan-pilihan, termasuk godaan untuk melakukan korupsi.
Namun, jika ilmu yang dimiliki tidak mampu membentengi
seseorang dari tindakan tercela, maka dapat diasumsikan bahwa ilmu
yang dimiliki belum mengakar dalam diri dan belum membentuk
karakter baik pada diri sipemilik ilmu. Hal ini diperkirakan terjadi
karena gagalnya atau tidak terjadinya internalisasi nilai-nilai yang
seharusnya mampu menjembatani hubungan antara ilmu dan amal.
Lalu bagaimana dengan iman
Lalu bagamanakah dengan iman?

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa iman pada diri


seseorang akan mengalami pasang surut. Terkadang bisa naik dan
terkadang turun. Banyak faktor yang menentukan kuat lemahnya
iman seseorang, dan salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat.
Dengan memiliki ilmu yabng baik idealnya iman seseorang juga akan
semakin baik.
Jika tindakan korupsi tersebut adalah yang pertama
dilakukan. Sebagai manusia pelaku bisa jadi khilaf, lalu bertaubat
dan mengembalikan uang haram tersebut. Sangat manusiawi.
Perlunya sebuah integritas

You mean what you said and you said what you mean, adalah
slogan yang seharusnya tertanam dihati dan dibenak para
politikus kita, termasuk para pengemplang uang rakyat itu, dan
terwujud dalam ‘gesture’ keseharian mereka. Kerinduan rakyat
akan figure semacam itu seharusnya dapat di tampilkan oleh
tokoh-tokoh agama semacam mereka karena mereka dianggap
‘lebih sempurna’
Pendapat kelompok kami tentang pudarnya nilai-nilai religius
terhadap tindakan seseorang untuk korupsi dapat melalui
banyak faktor :

Faktor internal
1. Sifat rakus atau tamak yang dimiliki oleh manusia.
2. Pada sifat rakus tersebut artinya manusia tidak mudah puas
dengan apa yang dimilikinya saat ini. Mereka cenderung merasa
kurang dengan apa yang mereka miliki dan hal tersebut akan
mendorong manusia tersebut untuk melakukan korupsi.
Lanjutan...

3. Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan


mereka sehari-hari berlebihan, atau dapat disebut juga
dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup yang semacam
ini akan mendorong mereka untuk melakukan korupsi
karena apabila dari penghasilan mereka tidak mencukupi
untuk memenuhi gaya hidup mereka yang boros.
4. Moral yang kurang kuat.
Faktor eksternal

1. Politik
Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada
dasarnya politik sendiri berhubungan dengan kekuasaan. Artinya
siapapun orang tersebut pasti akan menggunakan berbagai cara,
bahkan melakukan korupsi demi mendapatkan kekuasaan tersebut.
Faktor politik terbagi menjadi dua yaitu kekuasaan dan stabilitas
politik.
Lanjutan…
2. Hukum 3. Ekonomi

Pada faktor hukum dapat dilihat Faktor ekonomi juga salah satu
dari sistem penegakan hukum faktor yang meyebabkan terjadinya
yang hanya pro pada pihak-pihak korupsi. Hal tersebut dapat dilihat
tertentu saja yang memiliki dari apabila gaji atau pendapatan
seseorang tersebut tidak mencukupi
kepentingan untuk dirinya sendiri. untuk memenuhi kebutuhan hidup
Faktor hukum juga dibagi menjadi mereka sehari-hari. Faktor ekonomi
dua yaitu konsistensi penegakan juga terbagi menjdai dua yaitu gaji
hukum dan kepastian hukum. atau pendapatan dan sistem
ekonomi.
PENCEGAHAN TINDAK KORUPSI

1. Pendekatan rasionalistik, yakni menanamkan moral dengan


konsep-konsep yang bersifat rasional, misalnya dengan
menanamkan pola fikir bahwa korupsi merupakan
perbuatan yang merusak dan menghancurkan diri,
lingkungan dan negara. Dengan pendekatan ini akan
tertanam pada individu bahwa korupsi merupakan
perbuatan yang harus dihindarkan dalam dirinya.
2. pendekatan spiritualistik, yakni menanamkan moral dengan
konsep-konsep yang bersifat spiritual yaitu dengan
menanamkan rasa takut kepada tuhan dan azab-Nya.
Dengan pendekatan ini akan diperoleh individu yang takut
kepada Tuhan dan azab-Nya, sehingga dirinya dapat
menghindari untuk melakukan praktek korupsi.
3. Mengadakan kajian tindak korupsi.
4. menghindar dari perbuatan rendah seperti berbohong, tidak jujur,
tidak amanah(korupsi);.
5. Selalu mendekat pada Tuhan melalui kegiatan spiritual seperti
banyak berdzikir dan sholat berjama’ah.
6. Kita harus merujuk ajaran-ajaran agama untuk menghindari
kegiatan korupsi.
7. Pemberantasan korupsi bukan hanya menangkap dan memidanakan
pelaku korupsi, tapi juga dengan pendidikan anti korupsi dan
kurikulum tentang anti korupsiagar korupsi tidak terulang lagi.
Kesimpulan
Korupsi adalah sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan
terhadap rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban tugas
tertentu.
Peran agama dalam memberantas tindak korupsi tergantung kepada
persepsi dan sikap manusia penganut agama tersebut. Agama yang
berperan dalam menekan tindak korupsi adalah yang pemahaman dan
pengamalannya disesuaikan dengan ajaran yang diturunkan Tuhan, agama
secara teologis, yaitu syariah dan iman dan tasauf. Agama sebagai ajaran
mengandung aspek keyakinan, kepatuhan kepada hukum, kecintaan dalam
mematuhinya, diijtihadkan bagaimana cara merealisasinya, dan disertai
kontrol sosial dalam membina masyarakat sesuai dengan ajarannya
secara integral, utuh atau tauhidit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai