Anda di halaman 1dari 25

INTERAKSI OBAT PADA PASIEN LANSIA

RAWAT JALAN DENGAN PENYAKIT


HIPERTENSI DI POLMAKODAM I/BB

RIDHA FIANTY
124301067

Pembimbimg I : Eva Sartika Dasopang, S.Si., M.Si., Apt.


Pembimbing II : dr. Burham, Sp.PD.
Penguji : Fenny Hasanah, S. Farm., M. Farm., Apt
Latar Belakang
Di Indonesia keberhasilan pembangunan menyebabkan peningkatan
usia, harapan hidup sehingga terjadi pertumbuhan jumlah penduduk
usia lanjut. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah usia
lanjut di Indonesia sebanyak 18,04 juta orang atau 7,59% dari
keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia dengan jumlah perempuan
lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki. Batasan lansia menurut
WHO meliputi usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, dan usia lanjut
tua (old) antara 75-90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.

Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar


tahun 2013 adalah hipertensi. dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64
tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun.
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥140mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi juga sering disebut
“Silent Killer”, hal ini perlu di waspadai karena setiap saat penyakit ini
dapat menjadi pemubunuh yang tak terduga.

Interaksi obat adalah efek dari suatu obat yang berubah akibat adanya
obat lain, makanan, atau minuman. Interaksi dapat menghasilkan efek
yang memang di kehendaki atau efek yang tidak dikehendaki, yang
lazimnya menyebabkan efek samping obat atau toksisitas karena
meningkatnya kadar obat di dalam plasma atau sebaliknya menurunkan
kadar obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak
optimal
1. Apakah jumlah interaksi obat pada pasien
rawat jalan dengan penyakit Hipertensi di
Polmakodam I/BB Tahun 2017 tinggi ?
Rumusan 2. Apakah mekanisme interaksi dan tingkat
Masalah keparahan interaksi obat tinggi pada penderita
Hipertensi Lansia di Polmakodam I/BB Tahun
2017 ?
3. Apakah ada hubungan antara jumlah obat dan
jumlah interaksi pada penderita Hipertensi
Lansia di Polmakodam I/BB Tahun 2017 ?
4. Apakah ada hubungan antara jumlah diagnosis
dan jumlah interaksi tinggi pada penderita
Hipertensi Lansia di Polmakodam I/BB Tahun
2017 ?
1. Terdapat interaksi obat yang tinggi pada penderita
Hipertensi Lansia Rawat Jalan di Polmakodam I/BB.
2. Terdapat mekanisme interaksi dan tingkat keparahan
Hipotesa interaksi yang tinggi pada penderita Hipertensi Lansia
di Polmakodam I/BB.
3. Terdapat hubungan antara jumlah obat dan jumlah
interaksi pada penderita Hipertensi Lansia di
Polmakodam I/BB.
4. Terdapat hubungan antara jumlah diagnosis dan
jumlah interaksi yang tinggi pada penderita Hipertensi
Lansia di Polmakodam I/BB Tahun 2017.
1. Untuk mengetahui interaksi Obat pada penderita
Hipertensi Lansia di Polmakodam I/BB.
2. Untuk mengetahui mekanisme interaksi dan tingkat
Tujuan keparahan interaksi pada penderita Hipertensi Lansia di
Penelitian POLMAKODAM I/BB.
3. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah obat dan
jumlah interaksi pada penderita Hipertensi Lansia di
Polmakodam I/BB.
4. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah diagnosis dan
jumlah interaksi pada penderita Hipertensi Lansia di
Polmakodam I/BB.
1. Agar dapat memberikan informasi terkait Interaksi Obat
Hipertensi, dan faktor yang mempengaruh usia dan
jumlah obat terkait potensi interaksi di
Manfaat POLMAKODAM I/BB.
Penelitian 2. Dapat di gunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian
lainnya yang berkaitan dengan interaksi obat.
3. Sebagai landasan untuk dokter, apoteker, perawat dan
tenaga kesehatan lain untuk penggunaan obat rasional.
Penelitian ini merupakan studi non eksperimental
Jenis dengan metode purposive sampling dan
Penelitian pendekatan retrospektif yang menggunakan
rekam medis pasien usia lanjut dengan penyakit
hipertensi di Polmakodam I/BB.

Tempat
dan
waktu
Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Polmakodam I/BB


dan waktu penelitian 26 april s/d 30mei 2018
dengan pengamatan yaitu data rekam medis
pasien hipertensi rawat jalan di Polmakodam
I/BB tahun 2017.
Populasi pada penelitian ini
adalah semua pasien Hipertensi
Populasi Penelitian yang mendapatkan terapi obat
antihipertensi di Polmakodam
I/BB selama Januari-Desember
2017.

Sampel pada penelitian ini


diambil dengan menggunakan
Sampel Penelitian metode purposive sampling
dimana metode ini
menggunakan kriteria inklusi
dan eksklusi.
Kriteria Inklusi

1. Pasien dengan diagnosa Hipertensi dengan atau tanpa penyakit


penyerta lain.
2. Pasien Hipertensi lanjut usia ≥ 60 tahun.
3. Pasien yang mendapatkan terapi lebih dari 2 jenis obat.
4. Pasien dengan rawat jalan.
5. Pasien yang mempunyai rekam medis yang lengkap.
Kriteria Ekslusi

1. Pasien yang bukan terdiagnosa Hipertensi.


2. Pasien Hipertensi yang berusia ≤ 60 tahun.
3. Pasien yang menerima 1 jenis obat.
4. Pasien dengan rawat inap.
5. Pasien yang tidak mempunyai rekam medis yang lengkap.
METODE PENELITIAN

Permohonan izin penelitian dari Dekan


Fakultas Farmasi

Menghubungi kepala Poliklinik untuk


mendapatkan izin penelitian

Langkah –
langkah Mengambil data periode januari 2017-
Penelitian desember 2017

Pengolahan data

Analisis data menggunakan aplikasi IBM


SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel.
Pengumpulan data melalui pencatatan rekam
Cara Pengumpulan medik di Poliklinik Pratama KODAM I BB meliputi
Data resep dan kelengkapan data pasien (seperti umur,
jenis kelamin, diagnosa).

Data diperoleh dibuat rekapitulasi


dalam sebuah tabel yang memuat identitas
pasien, diagnosis penyakit, obat yang
diperoleh beserta aturan pakai dan dosis, Pengolahan Data
dan lama hari perawatan, kemudian
dilakukan analisis lebih lanjut untuk
mengidentifikasi Interaksi-Obat yang
terjadi disajikan dalam bentuk tabel.
1. Interaksi obat di analisis
berdasarkan Drug Interaction.
2. Pasien adalah semua pasien
Defenisi hipertensi yang mendapatkan
Operasional terapi obat antihipertensi.
Penelitianan 3. Rekam medis yang diidentifikasi
Data adalah rekam medis pasien yang
mendapatkan terapi antihipertensi
rawat jalan di Polmakodam I/BB.
4. Tempat penelitian adalah Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama di
Poliklinik Pratama Kodam I/Bukit
Barisan (Polmakodam I/BB).
5. Interaksi Mayor adalah interaksi
yang berpotensi mengancam jiwa
atau dapat menyebabkan kematian.
Definisi
operasional

6. Interaksi Moderate adalah interaksi yang terjadi dengan efek sedang dapat
menyebabkan penurunan status klinis pasien.
7. Interaksi Minor adalah interaksi yang terjadi dengan efek yang ringan tetapi
dapat mengganggu atau mempengaruhi hasil terapi.
8. Polmakodam I/BB (Polikinik Pratama Makodam I/Bukit Barisan) merupakan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan / atau Masyarakat.
9. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan / atau pelayanan
kesehatan lainnya.
Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Pasien
No Karakteristik Jumlah Persentase (%) (n=51)

1 Usia
60-69 45 88,2
70-80 6 11,8
2 Jenis Kelamin
Perempuan 24 47,1
Laki – laki 27 52,9
3 Jumlah Obat
2 obat 1 2,0
3 obat 8 15,7
4 obat 14 27,5
5 obat 18 35,3
6 obat 7 13,7
7 obat 2 3,9
8 obat 1 2,0
4 Jumlah Diagnosa
Satu diagnosa 2 3,9
Dua diagnosa 38 74,5
Tiga diagnosa 8 15,7
Empat diagnosa 3 5,9
Tabel 4.2 Gambaran kejadian interaksi obat pada pasien hipertensi
No Kriteria Subjek Rawat Jalan (n=51)
Berinteraksi Persen (%) Tidak Persen (%)
Berinteraksi

1 Usia
60-69 33 73,3% 12 26,7%
70-80 6 100,0% 0 0,0%
Total 39 76,5% 12 23,5%
2 Jenis Kelamin
Perempuan 19 79,2% 5 20,8%
Laki – laki 20 74,1% 7 25,9%
Total 39 76,5% 12 23,5%
3 Jumlah Obat
2 obat 1 100,0% 0 0,0%
3 obat 7 87,5% 1 12,5%
4 obat 7 50,0% 7 50,0%
5 obat 15 83,3% 3 16,7%
6 obat 6 85,7% 1 14,3%
7 obat 2 100,0% 0 0,0%
8 obat 1 100,0% 0 0,0%
Total 39 76,5% 12 23,5%
4 Jumlah Diagnosa
Satu diagnosa 1 50,0% 1 50,0%
Dua diagnosa 28 73,7% 10 26,3%
Tiga diagnosa 7 87,5% 1 12,5%
Empat diagnosa 3 100,0% 0 0,0%
Total 39 76,5% 12 23,5%
HASIL PENELITIAN

Tabel 4.3 Gambaran jumlah interaksi obat berdasarkan jumlah obat

Kejadian Jumlah Obat


Interaksi 2 3 4 5 6 7 8 Total Persentase
0 0 1 7 3 1 0 0 12 23,5%
1 1 6 4 7 4 0 0 22 43,1%
2 0 0 1 4 0 1 1 7 13,7%
3 0 1 0 2 1 1 0 5 9,8%
4 0 0 2 1 1 0 0 4 7,8%
5 0 0 0 1 0 0 0 1 2,0%
Total 1 8 14 18 7 2 1 51 100,0%
HASIL PENELITIAN

Tabel 4.4 Gambaran jumlah interaksi obat berdasarkan jumlah diagnosa

Jumlah Jumlah Diagnosa


Interaksi 1 2 3 4 Total Persentase
0 1 10 1 0 12 23,5%
1 0 19 3 0 22 43,1%
2 1 4 1 1 7 13,7%
3 0 2 2 1 5 9,8%
4 0 2 1 1 4 7,8%
5 0 1 0 0 1 2,0%
Total 2 38 8 3 51 100,0%
HASIL PENELITIAN

Tabel 4.5 Korelasi antara jumlah interaksi dengan jumlah obat dan jumlah
diagnosa

Jumlah Interaksi r p

Jumlah Obat 0,279* 0,047

Jumlah Diagnosis 0,330* 0,018


HASIL PENELITIAN

Tabel 4.6 Mekanisme interaksi obat pada pasien usia lanjut rawat jalan di
Polmakodam I/BB

No Jenis Interaksi Jumlah (n=135) Persentase (%)


1 Unknown 4 2,96%

2 Farmakokinetik 98 72,59%

3 Farmakodinamik 33 24,45%
Total 135 100%
HASIL PENELITIAN

Tabel 4.7 Tingkat keparahan interaksi obat

No Jenis Interaksi Jumlah Persentase (%)


(n=135)
1 Mayor 21 15,55%

2 Moderate 22 16,30%

3 Minor 92 68,15%

Total 135 100%


Kesimpulan
1. Jumlah interaksi obat pada pasien lansia rawat jalan dengan penyakit hipertensi
di POLMAKODAM I/BB tahun 2017 cukup tinggi.
2. Mekanisme interaksi yang tertinggi adalah interaksi farmakokinetik sebesar 98
kasus sekitar (72,59%) dan tingkat keparahan yang tertinggi adalah minor 92
kasus sekitar (68,15%).
3. Hasil analisis dengan korelasi spearman’s menunjukkan adanya hubungan antara
jumlah obat dan jumlah interaksi memiliki nilai korelasi positif, yaitu interaksi
meningkat dengan meningkatnya jumlah obat yang di terima oleh pasien.
Korelasi yang diperoleh antara jumlah interaksi dengan jumlah obat (r=0,279)
dengan signifikansi (p=0,047).
4. Hasil analisis dengan korelasi spearman’s menunjukkan adanya hubungan antara
jumlah diagnosis dan jumlah interaksi memiliki nilai korelasi positif, yaitu
interaksi meningkat dengan meningkatnya jumlah diagnosis. Korelasi yang
diperoleh antara jumlah diagnosis dengan jumlah interaksi (r=0,330) dengan
signifikansi (p=0,018).
Saran
1. Perlunya monitoring penggunaan obat oleh dokter dan
apoteker.
2. Perlu ditingkatkan komunikasi antara farmasis dan dokter
dalam menentukan terapi untuk mencegah terjadinya
interaksi.
3. Sebaiknya dalam penulisan data direkam medik dilakukan
selengkap mungkin.
4. Hendaknya dilakukan penelitiandengan metode prospektif
sehingga dapat diketahui efek yang ditimbulkan akibat
interaksi obat.

Anda mungkin juga menyukai