METODOLOGI PENELITIAN
Kelompok 1 (Eksplorasi Sumberdaya Bumi)
1. Lidia Paskalia (22117312)
2. Raymond Sianturi (22118010)
3. Khairul Azmi (22117313)
4. Andrew Federico Karubaba (22117604)
5. Yogi La Ode Prianata (22118021)
2
Oleh:
Oleh:
MUHAMAD HARDIN WAKILA
Eksplorasi dan produksi panas bumi saat ini sedang intens dilakukan di daerah-daerah tertentu di Indonesia seperti di Lapangan Panas
Bumi Wayang Windu, Jawa Barat. Lapangan Panas Bumi Wayang Windu ini terletak di wilayah yang luas yang mencakup sekitar 40
km2. Penentuan metode yang akurat untuk memetakan distribusi mineral diperlukan untuk daerah yang luas seperti di Lapangan
Panas Bumi Wayang Windu. Pemetaan mineral merupakan metode yang sangat penting dalam eksplorasi panas bumi untuk
menentukan distribusi mineral (alterasi) yang mengindikasikan adanya manifestasi permukaan pada sistem panas bumi di Lapangan
Panas Bumi Wayang Windu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode mana yang paling tepat dan akurat untuk pemetaan
mineral (alterasi) di Lapangan Panas Bumi. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yakni data citra Hyperion dan data
pengukuran lapangan (rock sampling) yang akan digunakan sebagai data untuk validasi dengan hasil pemetaan dari beberapa metode
yang dipilih. Metode yang akan dibandingkan dalam penelitian ini yakni : 1). Minimum Noise Fraction (MNF), yaitu metode
transformasi linear yang berfungsi untuk menghilangkan korelasi antar band dan untuk mengurangi noise dalam data sampai batas
tertentu. 2). Pixel Purity Index (PPI), yakni metode yang didesain untuk menemukan spektrum piksel yang paling ekstrim, dan piksel
yang khas yang cenderung sesuai dengan campuran endmembers. 3). Spectral Angle Mapper (SAM), yakni merupakan teknik
pengklasifikasian objek pada suatu area (citra) dengan cara mengukur kesamaan antara spektral objek yang tidak diketahui dengan
spektral referensi (diketahui) di dalam dimensi-n. Dari hasil MNF diketahui bahwa metode ini hanya menunjukkan kenampakan dari
citra komposit RGB untuk band-band yang mempunyai nilai eigen yang tinggi yakni band-band awal (band 1, 2, 3). Hasil dari metode
PPI menunjukkan bahwa keseluruhan titik observasi berada pada pixel yang gelap (mixed pixel) sehingga menyulitkan untuk analisis
lebih lanjut. Hasil SAM menunjukkan sebaran dari mineral-mineral alterasi, dimana input endmember yang digunakan dalam tahap ini
adalah data lapangan (ground truth). Dengan demikian dapat diketahui bahwa metode SAM merupakan metode yang tepat untuk
pemetaan mineral alterasi di Lapangan Panas Bumi Wayang Windu.
Kata Kunci : panas bumi, pemetaan mineral, hyperion, MNF, PPI, SAM.
Klasifikasi Penelitian
Penelitian Cross-Sectional
Penggunaan data yang diperoleh dilakukan dengan mengambil
waktu tertentu yang relatif pendek/dalam suatu waktu yang sama.
Penelitian Lapangan
• Data yang diperoleh di lapangan yaitu sampel batuan yang akan digunakan
sebagai data untuk validasi dengan hasil pemetaan dari metode yang dipilih.
Oleh:
Indonesia memiliki banyak tipe endapan mineral potensial khususnya porfiri dan skarn. Prospek Wanagon
dikenal dengan hadirnya mineral ekonomis tembaga dan emas. Kadar emas yang hadir pada endapan ini secara
umum sangat dikontrol oleh fluida magmatik-hidrotermal, struktur sebagai media aliran fluida hidrotermal dan
litologi sebagai reservoir terbentuknya mineralisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alterasi dan mineralisasi yang terdapat di daerah Wanagon
berdasarkan Pemboran WAN-10-02 dan WAN-12-01. Metode penelitian melalui pengamatan sampel inti batuan
dengan cara petrografi, mineragrafi, XRD dan XRF. Berdasarkan hasil penelitian, daerah penelitian dapat
dikelompokkan menjadi empat tipe alterasi, yaitu: (1) Diopsid-Garnet-Epidot (Skarn), (2) Kalsit-Biotit-Epidot
(Potasik), (3)Kuarsa-Serisit-Epidot (Filik), (4) Kalsedon-Kalsit-Dikit (Argilik).
Mineralisasi emas di daerah penelitian berkembang cukup baik padabatugamping dan batupasir serta sangat
dominan pada batuan sulfida terubahkan, dengan kadar rata-rata Au=0,4 ppm, namun tidak teridentifikasi
(invisible) dengan metode penelitian yang dilakukan. Emas berada dalam struktur fluida kompleks (H2S dan
HS-) dan dikontrololeh kontak litologi dan struktur. Mineral bijih yang teridentifikasi adalah mineral pirit,
kalkopirit, spalerit, galena, kovelit dan hematit.
Klasifikasi Penelitian
Penelitian Eksperimental
Penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian
eksperimental karena data pemboran pada penelitian ini
yang berupa sampel inti batuan diuji dengan menggunakan
peralatan di laboratorium yang meliputi minegrafi,
petrografi, XRD dan XRF.
Oleh:
Ishaq
22114016
(Program Studi Magister Rekayasa Pertambangan)
KLASIFIKASI PENELITIAN
Oleh:
Oleh:
GEORGE MIKHAIL PESIK
(Program Studi Magister Rekayasa Pertambangan)
Pengklasifikasian sumberdaya batubara yang digunakan oleh sebagian besar perusahaan batubara Indonesia selama ini
berdasarkan pedoman SNI 5015:2011. Namun klasifikasi tersebut hanya mempertimbangkan kondisi geologi dan tingkat
keyakinan yang berkaitan dengan kompleksitas endapan batubara. Sedangkan setiap endapan batubara memiliki parameter
kualitas yang berbeda-beda sehingga dalam pengklasifikasian sumberdaya batubara seharusnya mempertimbangkan
parameter kualitas batubara, abu,kadar air, sulfur dan nilai kalori.
Sehingga pada akhirnya dalam penentuan klasifikasi sumberdaya dakan didapat hasil yang berbeda antar lapisan batubara
karena perbedaan parameter kualitas batubara tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi model blok
daerah penelitian dengan menggunakan metode Global Estimation Variance dari setiap parameter kualitas batubara,
mengetahui spasi pemboran optimum berdasarkan nilai relatif error, mengklasifikasikan sumberdaya batubara dan mengetahui
variabilitas local daerah penelitian untuk setiap skenario spasi bor dengan menggunakan metode Sequential Gaussian
Simulation. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jarak daerah pengaruh berdasarkan metode Global Estimation Variance
dengan klasifikasi sumberdaya batubara terukur, terunjuk dan tereka adalah 300 m; 500 m dan > 500 m.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa spasi bor optimum pada daerah penelitian yaitu 300 m. Perhitungan ini berdasarkan
perhitungan nilai error relatif <10% yang memberikan hasil terbaik dengan klasifikasi sumberdaya terukur dengan tingkat
kepercayaan 95%. Sedangkan berdasarkan hasil simulasi kondisional dengan perhitungan Global Standardised Estimation
Precision, klasifikasi sumberdaya terukur, terunjuk dan tereka memiliki jarak daerah pengaruh 400 m; 500 m dan > 500 m.
Kata Kunci: Klasifikasi sumberdaya batubara, Global Estimation Varience, Sequential Gaussian Simulation
Oleh:
ANNISA
22112008
(Program Studi Magister Pertambangan)
ABSTRAK 23
STUDI LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATABARA
BERDASARKAN ANALISIS ORGANIK DAN ANORGANIK
PADA FORMASI BATUPASIR HALOQ DAN FORMASI BATUAYAU CEKUNGAN UPPER KUTAI
Oleh
ANNISA
22112008
(Program Studi Magister Pertambangan)
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan fasies dan lingkungan pengendapan batubara pada Formasi Batupasir Haloq dan serpih
karbonan pada Formasi Batuayau. Pendekatan ilmiah yang digunakan meliputi: analisis petrografi organik, X-ray Difraction, Scanning
Electron Microscopy (SEM), Energy Dispersive Spectrometry (EDS), proksimat dan ultimat.
Plot antara nilai Tisue Perservation Index (TPI) dan Gelification Index (GI), pada diagram fasies Lamberson menunjukan bahwa
batubara diendapkan pada kondisi limmnic (low moor), sementara hasil plot antara Graund water Index (GWI) dan Vegetation Index
(VI) menunjukan bahwa batubara diendapkan lingkungan ombrotrophic yang berbentuk bog (high moor).
Perubahan kondisi fasies tersebut dari low moor ke high moor mempengaruhi karateristik mineral dan maseral baik pada batubara
maupun serpih karbon. Perubahan karateristik mineral dibuktikan dari hadirnya mineral sekunder lempung yaitu beidelite yang
merupakan tranformasi dari smectite dan nacrite yang merupakan transformasi dari kaolinite, sementara pirit mengalami oksidasi
menjadi mineral sulfat seperti melanterite dan magnesiocopiate. Perubahan fasies tersebut juga menyebapkan melimpahnya maseral
scleronite. Hadirnya melantorite pada formasi batupasir Haloq dan magnesiocopite pada formasi Batuayau diduga sebagai penyebap
tingginya nilai total sulfur pada kedua formasi.
Berdasarkan nilai GI dan TS yang tinggi pada contoh batubara dari Formasi Batupasir Haloq, maka diinterpretasikan terendapkan pada
lingkungan lower delta plain, Adapun contoh serpih karbon dari formasi Batuayau yang memiliki nilai TS tinggi dan terjadinya
perubahan karateristik mineral, maka diinterpretasikan terbentuk pada lingkungan lower delta plain.
Kata kunci: Formasi Batupasir Halaq, Formasi Batuayau, low moor, high moor, lower delta plain, melanterite, magnesiocopiate
ASPEK PENELITIAN
Analisis petrografi
Menentukan
organik, X-ray Kegiatan
fasies dan
Difraction, eksplorasi lanjut
lingkungan
Scanning Electron untuk
pengendapan
Microscopy mengetahui
batubara pada
(SEM), Energy jumlah
Formasi Batupasir
Dispersive sumberdaya dan
Haloq dan serpih
Spectrometry cadangan
karbonan pada
(EDS), proksimat batubara
Formasi Batuayau
dan ultimat