Anda di halaman 1dari 30

A S U H A N K E P E R A W AT A N

DENGAN KASUS PERTUSIS

S H AV I R A 1 3 1 6 1 1 1 3 3 1 4 0
A3 2016
DEFINISI
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkanoleh bakteri
Bordetella pertusis. Nama lain penyakit iniadalah tussis quinta, whooping
cough, batuk rejan, batuk 100 hari (Arif Mansjoer, 2000).
Pertusis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan radang saluran
nafas yang menimbulkan serangan batuk Panjang yang bertubi-tubi,
berakhir dengan inspirasi berbising (Ramali, 2003).
Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluranpernafasan yang
sangat menular dengan ditandai oleh suatusindrom yang terdiri dari batuk
yang bersifat spasmodik danparoksismal disertai nada yang meninggi
(Rampengan, 1993).
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yangmengenai setiap
pejamu yang rentan, tetapi paling sering danserius pada anak-anak
(Behrman, 1992).
ETIOLOGI
Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri
gram negatif, yang tidak bergerak, dan dapat
ditemukan dengan melakukan swab pada daerah nasofaring dan ditanamkan
pada media agar Bordet-Gengou. (Arif Mansjoer, 2000).
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain: berbentuk batang
(coccobacilus), tidak dapat bergerak, bersifat gram negatif, tidak berspora,
mempunyai kapsul, mati pada suhu 55ºC selama ½ jam, dan tahan pada suhu
rendah (0º- 10ºC).
B.pertusis menghasilkan toksin dan substansi yang mengiritasi permukaan
sel, menyebabkan batuk dan limfositosis yang nyata. Kemudian, mungkin terjadi
nekrosis bagian epitelium dan infiltrasi polimorfonuklear dengan inflamasi
peribronkhial dan pneumonia interstitial.
PATOFISIOLOGI
Penularan terutama melalui saluran pernafasan, di
mana Bordetella pertusis akan terikat pada silia epitel saluran
pernafasan. Bordetella pertusis tidak memasuki jaringan sehingga tidak
dijumpai dalam darah. Setelah mikroorganisme terikat pada sillia,
maka fungsi sillia akan terganggu sehingga aliran mukus/lendir
terhambat dan terjadi pengumpulan lendir. Adanya organisme ini pada
permukaan saluran pernafasan dapat terlihat dari bertambahnya
sekret mukus. Dan lendir yang terbentuk dapat menyumbat bronkus
kecil hingga dapat menimbulkan empisema dan atelektasis.
MANIFESTASI
KLINIS
Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau
lebih dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal
a. Lamanya 1-2 minggu
b. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan
bagian atas, yaitu timbulnya rinore dengan lender yang jernih.
1) Kemerahan konjungtiva, lakrimasi
2) Batuk dan panas ringan
3) Anoreksia kongesti nasalis
c. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold
d. Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin
hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket.
CONT’
2. Stadium paroksimal / stadium spasmodic
• Lamanya 2-4 minggu
• Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang bunyinya nyaring)
sering terdengar pada saat penderita menarik nafas pada akhir serangan batuk. Batuk
dengan sering 5 – 10 kali, selama batuk anak tak dapat bernafas dan pada akhir serangan
batuk anak mulai menarik nafas denagn cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi
melengking (whoop) dan diakhiri dengan muntah.
• Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpa adanya infeksi
aktif dan dapat menjadi lebih berat.
• Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah terjulur, lakrimasi,
salvias dan pelebaran vena leher.
• Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal menangis dan aktifitas fisik (makan,
minum, bersin dll).
CONT’
3. Stadium konvaresens
• Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
• Gejala yang muncul antara lain: batuk berkurang
• Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
• Anak merasa lebih baik
• Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat
gangguan pada saluran pernafasan.
PEMERIKSA AN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum.
2. Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertussis.
3. ELISA
4. Leukositosis (15.000-100.000/mm3) dengan limfositosis absolut selama
stadium 1 (catarrhal) dan stadium 2 (paroxysmal).
5. Didapatkan antibodi (IgG terhadap toksin pertusis)
6. Diagnosis pasti dengan ditemukannya organisme Bordetella pertussis pada apus
nasofaring posterior (bahan media Bordet-Gengou).
7. Polymerase chain reaction (PCR) assay memiliki keuntungan sensitivitasnya
lebih tinggi daripada kultur pertusis konvensional.
8. Foto thorax
KOMPLIK ASI
1. Sistem pernafasan
Dapat terjadi otitis media, bronkhitis, bronchopneumonia, atelektasis yang
disebabkan sumbatan mukus, emfisema, bronkietaksis, dan tuberculosis yang sudah ada
menjadi bertambah berat.
2. Sistem pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasis (anak menjadi kurus sekali),
prolapsus rectum atau hernia yang mungkin timbul karena tingginya tekanan intra abdominal,
ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu serangan batuk, juga
stomatitis.
3. Susunan saraf
Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-muntah, kadang-
kadang terdapat kongesti dan edema pada otak, mungkin pula terjadi perdarahan otak.
4. Lain-lain
Dapat pula terjadi perdarahan lain seperti epistaksis, hemoptisis dan perdarahan
subkonjungtiva.
P E N ATA L A K S A N A A N
Menurut Garna, et.al. (2005), terapi pertusis adalah :
a. Suportif
1. Isolasi (1-2 minggu).
2. Mencegah faktor yang merangsang batuk (debu, asap rokok).
3. Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi.
4. Oksigen bila sesak nafas.
5. Pengisapan lendir.
6. Obat untuk mengurangi batuk paroksismal dengan
kortikosteroid (betametason) dan salbutamol (albuterol).
CONT’
b. Eradikasi bakteri
Pilihan obat yang dapat diberikan adalah :
1) Eritromisin
Dosis: 40-50 mg/Kg berat badan/hari, maksimal 2 gram/hari, p.o., dibagi dalam 4 dosis
selama 14 hari.
2) Klaritromisin
Dosis: 15-20 mg/Kg berat badan/hari, maksimal 1 gram/hari, p.o., dibagi dalam 2 dosis
selama 7 hari.
3) Azitromisin
Dosis: 10 mg/Kg berat badan/hari, sehari 1x, p.o., dibagi selama 5 hari.
4) Kotrimoksasol
Dosis: 50 mg/Kg berat badan/hari, p.o., dibagi dalam 2 dosis, selama 14 hari.
5) Ampisilin
Dosis: 100 mg/Kg berat badan/hari, p.o., dibagi dalam 4 dosis selama 14 hari.
CONT’
Vaksin
Imunisasi aktif meningkatkan kekuatan melawan (resistance) infeksi. Vaksin
terdiri dari mikroorganisme atau komponen seluler yang bertindak sebagai
antigen. Pemberian vaksin menstimulasi produksi antibodi denganspecific protective
properties.
Semua anak berusia kurang dari 7 tahun haruslah menerima vaksin
pertusis. Di Amerika Serikat, vaksin pertusis acellular direkomendasikan dan
biasanya dikombinasikan dengan diphtheria and tetanus toxoids (DTaP).
Vaksin tidak dapat mencegah pertusis seluruhnya, namun terbukti dapat
memperingan durasi dan tingkat keparahan pertusis.
WOC
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Data Dasar Pengkajian Pasien
• Aktivitas/istirahat
– Gejala: kelelahan, demam ringan
– Tanda: sesak, kelelahan otot dan nyeri
• Makanan/cairan
– Gejala: nafsu makan hilang, mual/muntah, penurunan BB.
– Tanda: turgor kulit buruk, penurunan massa otot.
• Nyeri/kenyamanan
– Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
• Pernafasan
– Gejala : batuk, tarikan nafas panjang.
– Tanda : muka merah, sianotik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi-
ventilasi.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret ditandai dengan :
– Frekuensi nafas tidak normal.
– Batuk dan adanya secret.
– Bunyi nafas tidak efektif.
Hasil yang diharapkan :
– Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
– Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
– Menunjukkan perilaku untuk memperbiki/ mempertahankan bersihan jalan nafas.
– Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan/situasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi nafas (misal : mengi)
R/ untuk mengidentifikasi adanya obstruksi jalan nafas yang membahayakan oksigenasi.
2. Kaji /pantau frekuensi pernafasan.
R/ untuk mengetahui adanya penurunan dan peningkatan frekuensi pernafasan.
3. Berikan pasien posisi semi fowler.
R/ untuk membantu memaksimalkan ekspansi paru.
4. Ajarkan pasien melakukan batuk efektif.
R/ untuk membersihkan jalan nafas dan membantu komplikasi pernafasan.
5. Anjurkan untuk minum air hangat.
R/ untuk membantu mengencerkan sekret.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat antibiotik.
R/ untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan meringankan batuk.
INTERVENSI KEPERAWATAN
b. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
Hasil Yang Diharapkan : suhu tubuh kembali dalam keadaan normal
Intervensi
1. Monitoring perubahan suhu tubuh.
R/ Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan
kemajuan dari pasien.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan pemasangan sekret
R/ Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga homeostasis (keseimbangan) tubuh.
Apabila suhu tubuh meningkat maka tubuh akan kehilangan cairan lebih banyak.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna mengurangi proses
peradangan (inflamasi)
R/ Antibiotik berperan penting dalam mengatasi proses peradangan (inflamasi)
INTERVENSI KEPERAWATAN
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah, ditandai dengan :
– Penurunan BB
– Kelemahan
– Anoreksia
Hasil yang diharapkan :
Menunjukan peningkatan BB.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi :
1. Timbang berat badan pasien secara rutin
R/ untuk mengetahui adanya peningkatan berat badan pasien.
2. Catat status nutrisi.
R/ untuk mengetahui pemasukan makanan.
3. Awasi pemasukan/pengeluaran makanan secara periodik.
R/ berguna dalam mengukur jumlah nutrisi.
4. Anjurkan untuk banyak istirahat.
R/ membantu menghemat energi khususnya bila metabolik meningkat saat demam.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan komposisi diit.
R/ memberi bantuan dalam perencanaan diit.
TERIMA K ASIH

Anda mungkin juga menyukai