Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 5 :

1. Evi Rosa M (1116004091)


2. Rikza Ika D (1116004481)
3. Adelia Saputri(1116004281)
PENGERTIAN
Penyakit usus buntu adalah peradangan atau pembengkakan
apendiks atau usus buntu. Sedangkan usus buntu adalah
organ berbentuk kantong kecil dan tipis berukuran 5 hingga
10 cm yang terhubung pada usus besar. Apendisitis
merupakan penyakit umum yang bisa menyerang siapa saja.
Tetapi, kalangan muda yang berusia 10 sampai 30 tahun
adalah kelompok orang yang paling sering mengalami
kondisi ini.
Gejala-gejala Penyakit Usus Buntu

Gejala utama pada penyakit usus buntu adalah sakit perut. Meski
demikian, tidak semua jenis sakit perut akan berujung pada apendisitis.
Sakit perut yang mengindikasikan penyakit ini biasanya berawal di perut
bagian tengah. Pada awalnya, rasa sakit itu akan datang dan pergi.
Beberapa jam kemudian, rasa sakit akan berpindah ke perut kanan bawah
(tempat usus buntu berada) sebelum akhirnya bertambah parah dan
terus menerus terasa sakit. Beberapa gejala lain yang dapat menyertai
sakit perut itu antara lain:
 Kehilangan nafsu makan.
 Perut kembung.
 Tidak bisa buang gas.
 Mual dan muntah.
 Diare
 Demam
Penyebab Penyakit Usus Buntu

Penyebab penyakit ini terjadi akibat tersumbatnya ‘pintu


masuk’ menuju usus buntu oleh:
 Tinja.
 Kelenjar getah bening yang membengkak dalam dinding
usus. Pembengkakan ini biasanya berkembang setelah
terjadi infeksi saluran pernafasan atas.
 Penyumbatan tersebut akan menyebabkan terjadinya
inflamasi dan pembengkakan. Tekanan akibat
pembengkakan akan memicu pecahnya usus buntu.
Proses Diagnosis Penyakit Usus Buntu
 Pemeriksaan fisik untuk mengonfirmasi rasa sakit pada perut.
Bagian di sekitar usus buntu (perut kanan bawah) akan ditekan secara
perlahan-lahan.
 Tes darah untuk memeriksa jumlah sel darah putih yang menandakan
adanya infeksi.
 Tes urine untuk menghapus kemungkinan adanya penyakit lain,
misalnya infeksi saluran kemih atau batu ginjal.
 CT scan atau USG untuk memeriksa kondisi usus buntu bisa
diperiksa. Misalnya, membengkak atau tidak.
 Pemeriksaan organ intim dan tes kehamilan bagi wanita yang
belum menopouse. Prosedur ini berfungsi menghapus kemungkinan
adanya penyakit yang berhubungan dengan organ kewanitaan.
Terapi farmakologi
1. Penggunaan antibiotik
Jenis antibiotik yang digunakan pasien usus buntu akut yaitu :
 Sefalosporin generasi III (sefatoksin dan seftriakson)
 Sefalosporin generasi IV ( sefpirom, gentamicin, ampisilin, meropenem)
 Mekanisme kerja obat : bekerja untuk membunuh bakteri dengan cara
menghambat pembentukan dinding sel bakteri.
2. Analgetika
Jenis analgetika yang digunakan yaitu :
 ketorolak trometamin : bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin
dan dianggap sebagai analgesik perifer yang tidak mempunyai efek terhadap
reseptor opiat
 metamizole Na : bekerja dengan menekan rasa sakit langsung pada susunan saraf
pusat, yaitu dengan menghambat produksi prostaglandin pada otak dan sumsum
tulang belakang.
 tramadol HCl : bekerja dengan menempel pada reseptor opioid dan menghambat
proses reuptake serotonin dan norepinefrin pada sistem saraf pusat sehingga
menghasilkan efek antinyeri.
3. Terapi Cairan
Penggantian cairan dan elektrolit, Cairan atau berupa ringer laktat harus
di infus secara cepat untuk mengkoreksi hipovolemia dan
mengembalikan tekanan darah serta pengeluaran urin pada level yang
baik.

4. Antiemetika
Efektivitas obat pada kasus apendsitis akut ditunjukkan dengan
penurunan leukosit, LED, dan intensitas nyeri serta tidak didapatkan
infeksi luka operasi (ILO). masalah obat pada kasus apendisitis akut
hanya ditemukan pada satu pasien yaitu reaksi alergi (hipersensitifitas)
terhadap sefotaksim
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai