Anda di halaman 1dari 24

ANTIHIPERTENSI

YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT


PENGATURAN TEKANAN
DARAH

Denyut
jantung
Curah Kontraktilitas
jantung miokard
Volume
Isi sekuncup
darah
Alir balik
vena
Kapasitas
TD
vena
Tonus arteri
arteriola
Resistensi
PD
Resistensi Elastisitas
perifer dinding PD
Viskositas
darah
HIPERTENSI
KATEGORI TDD (mmHg) TDS (mmHg)
Normal <120 and <80

Prehipertensi 120–139 or 80–89

Stage 1 140–159 or 90–99


Hipertensi

Stage 2 >160 or >100


Hipertensi

 Diagnosis ditegakkan pada 3 kali pengukuran dalam


waktu 1-beberapa minggu, dalam kondisi duduk untuk
skrining awal.
Angiotensin Converting Enzym
Inhibitor (ACEi)
• Menghambat perubahan Angiotensi I
Angiotensi II
• Angiotensin II merupakan vasokonstriktor
poten, merangsang sekresi aldosteron, sekresi
antidiuretik, konstriksi arteriol efferen dari
glomerulus.
• Efek lain ACEi memblok degradasi bradikinin
 bradikinin meningkat  penurunan tekanan
darah
• ACEi juga merangsang sintesis zat-zat
vasodilator, ex. PGE2, prostasiklin
• Obat golongan ACEi : kaptopril, lisinopril,
enalapril, ramipril, perindopril, quinapril,
benazepril.
• Waktu paruh panjang kecuali kapropril 
Digunakan sekali sehari kecuali kaptopril
yaitu 2-3 kali.
• Diekskresikan melalui urin
• Efek samping yang umum terjadi : batuk
kering, hiperkalemia.
• Terapi dimulai dengan dosis terkecil
Angiotensin II Reseptor Bloker (ARB)

• Angiotensin II  RAAS, jalur alternatif


ex.chymase
• Reseptor Angiotensi II : AT1 dan AT2
• ARB bekerja pada reseptor AT1
• Stimulasi AT2 berefek vasodilatasi, perbaikan
jaringan.
• Obat golongan ARB: Kandesartan, Losartan,
irbesartan, valsartan, telmisartan, eprosartan,
olmesartan.
• Kurva dosis-respon datar  penambahan
dosis rendah tidak memberikan efek
drastis
• Waktu paruh panjang kecuali kandesartan,
losartan, eprosartan.
• Diekskresikan melalui urin
• Efek samping paling rendah dibanding AH
yang lain
• Seperti ACEi, dikontraindikasikan pada
kehamilan, insufisiensi ginjal, angioedema.
β-Bloker
• Reseptor β1 lebih banyak di jantung &
ginjal
• Reseptor β2 lebih banyak di paru-paru,
liver, pankreas, otot halus arteri.
• Stimulasi reseptor β1  denyut jantung
naik, kontraktilitas, pelepasan renin
• Stimulasi reseptor β2  vasodilatasi,
bronkodilatasi, sekresi insulin, memediasi
glikogenolisis
• Penghambatan β2 berisiko hiperglikemi
• Digolongkan menjadi 3 kategori:
- Kardioselektif  afinitas pada reseptor β1
> β2. Contoh obatnya: Atenolol, bisoprolol,
metoprolol
- Nonkardioselektif, contoh obatnya :
Propanolol, nadolol, sotalol, timolol
- ISA (Intrinsic Sympathommetic activity),
contoh obatnya: acebutolol,
pindolol,carteolol,pentobutolol.
• Pada dosis tinggi efek kardioselektif
hilang. Dosis bersifat individual
• Antar obat segolongan memiliki
perbedaan first pass metabolisme , waktu
paruh, kelarutan dalam lemak dan rute
eliminasi.
• Propanolol dan metoprolol mengalami first
pass metabolisme  dosis bervariasi tiap
individu
• Atenolol dan nadolol : t1/2 panjang,
ekskresi lewat ginjal
• Lipofilisitas berpengaruh pada penetrasi
ke SSP  ES sistem saraf pusat (pusing,
mengantuk)
• Propanolol paling lipofilik, Atenolol sedikit
lipofilik
• Penghentian tiba-tiba berisiko rebound
hypertension, infark miokard, angina tidak
stabil, kematian
• Terapi dihentikan dengan tapering dose
selama 1-2 minggu
Calcium Chanel Bloker (CCB)

• Bekerja dengan menghambat influx


kalsium sepanjang membran sel
• Berefek vasodilatasi koroner dan perifer
• CCB terdiri dari 2 sub kelas :
- Dihidropiridin (nifedipin, amlodipin,
isradipin, felodipin, nicardipin)
- Nondihidropiridin (verapamil, diltiazem)
• Nondihidropiridin menurunkan denyut
jantung, memperlambat konduksi nodus
AV.
• Bersifat inotropik dan kronotropik negatif
 memperparah pasien dengan gagal
jantung
• Kombinasi dengan β bloker sebaiknya
memilih dihidropiridin  menurunkan risiko
heart block.
α1 bloker
• Bekerja pada pembuluh darah perifer,
menghambat uptake katekolamin pada sel otot
halus  vasodilatasi  penurunan tekanan
darah
• Merupakan alternatif kombinasi dengan obat
lain
• Memberikan keuntungan pada laki-laki dengan
BPH (benign prostatic hyperplasia)
penghambatan reseptor post sinaptik di kapsul
prostat relaksasi & berkurang hambatan
keluarnya urin.
• Obat golongan ini : prazosin, doxazosin,
terazosin.
• Efek samping yang sering muncul 
fenomena dosis pertama (pusing, pingsan,
palpitasi)
• Tidak disarankan pada pasien lansia
Agonis α2 sentral

• Bekerja dengan menstimulasi reseptor


adrenergik α2 di otak
• Menurunkan aktivitas simpatik 
denyut jantung, cardiac output, tahanan
perifer dan aktivitas plasma renin turun
• Obat golongan ini : klonidin, metildopa
• Penghentian mendadak menyebabkan
rebound hypertension
Vasodilator

• Bekerja langsung dengan merelaksasi


otot polos arteriola
• Mengaktifkan refleks baroreseptor 
meningkatkan aliran simpatetik 
denyut jantung, curah jantung dan
pelepasan renin naik
• Efek samping takifilaksis  pemakaian
bersama βbloker
DIURETIK
Diuretik Thiazid

(+)
ekskresi
Na dan Cl

(-)
tahanan
Tubulus Loss of
ion K
perifer distal

(-) Ca
dalam
urin
Indikasi Terapi

Hipertensi
• Terapi lini pertama yang direkomendasikan JNC7

Congestif Heart failure (gagal jantung)


• Berfungsi menurunkan volume extraseluler

Renal impairement
• Mengurangi kecepatan filtasi glomerulus

Diabetes insipidus
• Thiazid memiliki aksi unik menyebabkan urin hiperosmolar
Farmakokinetik Thiazid

• Efektif diberikan per oral


• Memberikan efek penurunan tekanan
darah yang stabil setelah 1-3 minggu
• Contoh obatnya : Klortalidon, HCT
Diuretik Hemat Kalium
• Bekerja pada collenting duct menghambat
reabsorbsi Na, sekresi K dan H
• Digunakan jika aldosteron tinggi
(hiperaldosteron)
• Pemicu sekresi aldosteron pembedahan,
rasa takut, trauma fisik, perdarahan, asupan K
tinggi, sirosis hati, gagal jantung.
• Contoh obatnya: Spironolakton, Triamteren,
Amilorid
• Efektif jika dikombinasikan dengan Thiazid
Diuretik Kuat (Loop Diuretik)
• Bekerja pada lengkung Henle ascenden
• Meningkatkan ekskresi K dan asam urat
 efek kalsiuria  terapi hiperkalsemia
• Berbeda dengan Thiazid, tidak
meningkatkan reabsorbsi Ca
• Contoh obatnya Furosemid, Asam
etakrinat, bumetanid
• Indikasi Terapi oedem karena gagal
jantung, hati dan ginjal

Anda mungkin juga menyukai