Anda di halaman 1dari 20

STROKE

Kelompok IX

KMB II
PENGERTIAN

Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan


fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak

Stroke diklasifikasikan menjadi dua :


 Stroke Non Hemoragik : Suatu gangguan peredaran darah otak
tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan
kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan
dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi
lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik.
 Stroke Hemoragik : Suatu gangguan peredaran darah otak
yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau
perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah
penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala
fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk.
ETIOLOGI

 Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh


darah otak atau leher.

 Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau


material lain yang di bawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain.

 Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak

 Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah


serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan
otak atau ruang sekitar otak.
PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala penyakit stroke adalah


kelemahan atau kelumpuhan lengan atau
tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya
sebagian penglihatan atau pendengaran,
penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada
satu atau kedua mata, pusing dan pingsan,
nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas,
bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau
mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak
mampu mengenali bagian dari tubuh,
ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya
pengendalian terhadap kandung kemih.
PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer


& Bare (2002) meliputi:

 Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang


mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari
setelah infark serebral.
 Antikoagulan untuk mencegah terjadinya
thrombosis atau embolisasi dari tempat lain
dalam sistem kardiovaskuler.
 Antitrombosit karena trombosit memainkan
peran sangat penting dalam pembentukan
thrombus dan embolisasi.
KOMPLIKASI

 Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi


oksigenasi darah adekuat ke otak.

 Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada


tekanan darah, curah jantung, dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan
intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah
dan memperbaiki aliran darah serebral.

 Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark


miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari
katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah ke otak dan selanjutnya akan
menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab


stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi
arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
 CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma,
iskemia, dan adanya infark.
 Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal
dan biasanya ada thrombosis, emboli serebral, dan TIA
(Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia
otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik
subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar
protein total meningkat pada kasus thrombosis
sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
NEXT…
 MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan
daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan
malformasi arteriovena.
 Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit
arteriovena.
 EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi
penyakit didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
 Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa
yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat
pada thrombosis serebral.
PENGKAJIAN

Aktivitas/ Istirahat
 Gejala: merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia),
merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri /
kejang otot).
 Tanda: gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan
terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan,
gangguan tingkat kesadaran
Sirkulasi
 Gejala: adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat
hipotensi postural.
 Tanda: hipertensi arterial sehubungan dengan adanya
embolisme / malformasi vaskuler, frekuensi nadi
bervariasi, dan disritmia.
Integritas Ego
 Gejala: perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
 Tanda: emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk
marah, sedih, dan gembira, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
Eliminasi
 Gejala: perubahan pola berkemih
 Tanda: distensi abdomen dan kandung kemih, bising
usus negatif.
Makanan/ Cairan
 Gejala: nafsu makan hilang, mual muntah selama
fase akut, kehilangan sensasi pada lidah, dan
tenggorokan, disfagia, adanya riwayat diabetes,
peningkatan lemak dalam darah.
 Tanda: kesulitan menelan, obesitas.
Neurosensori
 Gejala: sakit kepala, kelemahan/ kesemutan,
hilangnya rangsang sensorik kontralateral pada
ekstremitas, penglihatan menurun, gangguan rasa
pengecapan dan penciuman.
 Tanda: status mental/ tingkat kesadaran biasanya
terjadi koma pada tahap awal hemoragis, gangguan
fungsi kognitif, pada wajah terjadi paralisis, afasia,
ukuran/ reaksi pupil tidak sama, kekakuan, kejang.
Kenyamanan / Nyeri
 Gejala: sakit kepala dengan intensitas yang
berbeda-beda
 Tanda: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah,
ketegangan pada otot
Pernapasan
 Gejala: merokok
 Tanda: ketidakmampuan menelan/ batuk/
hambatan jalan nafas, timbulnya pernafasan sulit,
suara nafas terdengar ronchi.
Keamanan
 Tanda: masalah dengan penglihatan, perubahan
sensori persepsi terhadap orientasi tempat tubuh,
tidak mampu mengenal objek, gangguan berespons
terhadap panas dan dingin, kesulitan dalam
menelan, gangguan dalam memutuskan.
Penyuluhan/ Pembelajaran
 Gejala: adanya riwayat hipertensi pada keluarga,
stroke, pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan
alkohol.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada klien dengan Stroke


(Doenges dkk, 1999) meliputi :
Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan:
 Interupsi aliran darah
 Gangguan oklusif, hemoragi
 Vasospasme serebral
 Edema serebral
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan:
 Kerusakan neuromuskuler
 Kelemahan, parestesia
 Paralisis spastis
 Kerusakan perseptual/ kognitif
Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan:
 Kerusakan sirkulasi serebral
 Kerusakan neuromuskuler
 Kehilangan tonus otot/ kontrol otot fasial
 Kelemahan/ kelelahan
Perubahan sensori persepsi
berhubungan dengan:
 Perubahan resepsi sensori, transmisi,
integrasi (trauma neurologis atau defisit)
 Stress psikologis (penyempitan lapang
perseptual yang disebabkan oleh ansietas)
INTERVENSI
1. perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
oedema serebral.
a. Pantau / catat status neurologis secara teratur dengan
skala koma glascow
R/ Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat
kesadaran.
b. Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
R/ autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang
konstan.
c. Pertahankan keadaan tirah baring.
R/ aktivitas atau stimulasi yang kontinu dapat
meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK).
d. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan
dalam posisi anatomis (netral).
R/ menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan
drainase dan meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral.
e. Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.
a. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
R/ mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan dan dapat
memberikan informasi bagi pemulihan
b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)
R/ menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia
jaringan.
c. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif
pada semua ekstremitas
R/ meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah kontraktur.
d. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan
dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.
R/ dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit
tidak menjadi lebih terganggu.
e. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan
resistif, dan ambulasi pasien.
R/ program khusus dapat dikembangkan untuk
menemukan kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler.
a. Kaji tingkat kemampuan klien dalam
berkomunikasi
R/ Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
merupakan indikator dari derajat gangguan
serebral
b. Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana
R/ melakukan penilaian terhadap adanya
kerusakan sensorik
c. Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan
nama benda tersebut
R/ Melakukan penilaian terhadap adanya
kerusakan motorik
d. Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal
(bahasa isyarat)
R/ bahasa isyarat dapat membantu untuk
4. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan stress psikologis.
a. Kaji kesadaran sensorik seperti membedakan panas/ dingin, tajam/
tumpul, rasa persendian.
R/ penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan
kinetic berpengaruh buruk terhadap keseimbangan.
b. Catat terhadap tidak adanya perhatian pada bagian tubuh
R/ adanya agnosia (kehilangan pemahaman terhadap pendengaran,
penglihatan, atau sensasi yang lain)
c. Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan seperti berikan pasien
suatu benda untuk menyentuh dan meraba.
R/ membantu melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan
persepsi dan interprestasi stimulasi.
d. Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan
menyadari posisi bagian tubuh tertentu.
R/ penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalam
mengintergrasikan kembali sisi yang sakit.
e. Bicara dengan tenang dan perlahan dengan menggunakan kalimat
yang pendek.
R/ pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian
atau masalah pemahaman.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai