Anda di halaman 1dari 42

Tinjauan Pustaka

Malaria
Zaini Fajrin , S.Ked
NIM. I4A013214
Pembimbing:
dr. Nani Zaitun, Sp.PD

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
2017
PENDAHULUAN
Malaria : Penyakit akut maupun kronik
Disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium
 Ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles
4 Spesies :
 Plasmodium vivax
 Plasmodium falciparum
 Plasmodium malariae
 Plasmodium ovale

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Harijanto PN. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; 1754-60.
Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; 249-60.
Malaria merupakan salah satu indikator target Pembangunan Milenium (MDGs) :
 Penghentian penyebaran
 Mengurangi insidensi
Indikator menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat malaria
Malaria menyebabkan meningkatnya angka mortalitas
dan morbiditas
Kematian terkaitan pada kelompok risiko tinggi:
1. bayi
2. anak
3. balita
4. Ibu hamil.
Kementrian kesehatan RI. Epidemiologi Malaria di Indonesia. ISSN 2088-270X. Jakarta. 2011.
Ramdja M. Mekanisme Resistensi Plasmodium Falsiparum Terhadap Klorokuin. Medika 11. Jakarta. 1997; 873.
Kartono M. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. Medika 20. Jakarta. 2003; 615.
 GEBRAK dibentuk tahun 2000 yang merupakan suatu bentuk operasional Roll Back Malaria
Initiative (RBMI) yang didirikan oleh WHO tahun 1998 dengan tujuan utama melakukan
eliminasi malaria pada 2030
 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam upaya penanggulangan malaria :
1. Diagnosis malaria harus dikonfirmasi secara mikroskopis atau Rapid Diagnostic Test (RDT)
2. Pengobatan menggunakan Artemisinin Combination Therapy (ACT)
3. Pelatihan petugas kesehatan dalam manajemen program malaria, tatalaksana kasus terkini,
dan pemeriksaan parasit malaria
4. Penemuan aktif penderita
5. Penatalaksanaan kasus dan pengobatan
6. Pengendalian vektor
7. Pos Malaria Desa (Posmaldes);
8. Penyediaan sarana seperti mikroskop, RDT, bahan laboratorium, dan obat-obatan (ACT)
Kementrian Kesehatan RI. Pusat data dan informasi. Jakarta, 2016; ISSN 2442-7659
2011 - 2015 API di Indonesia terus
mengalami penurunan, hal ini menunjukkan
keberhasilan pengobatan kasus malaria di
Indonesia.

Kementrian Kesehatan RI. Pusat data dan informasi. Jakarta, 2016; ISSN 2442-7659
3 provinsi dg malaria tertinggi :
Papua, Papua Barat, NTT.

Sedangkan Kalimantan Selatan


merupakan provinsi ke sembilan
tertinggi setelah Sulawesi Utara dengan presenta
0.68 %.

Kementrian Kesehatan RI. Pusat data dan informasi. Jakarta, 2016; ISSN 2442-7659
Etiologi
Plasmodium merupakan protozoa obligat intraseluler
Memiliki 4 Spesies :
 Plasmodium vivax
 Plasmodium falciparum
 Plasmodium malariae
 Plasmodium ovale
 Plasmodium Knowlesi

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Ditjen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Statistik Indonesia-Kegiatan Pelayanan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2009.
Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; 249-60.
Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC, 2000; 38-52.
Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC, 2000; 38-52.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta, 2006; 1-12, 15-23, 67-68.
Patofisiologi

Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; 249-60.
Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
1.Masa inkubasi
2.Gejala prodromal
3.Gejala Klasik :
Periode Dingin
Periode Panas
Periode Berkeringat

Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC, 2000; 118-26
Harijanto PN. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; 1754-60.
Plasmodium Masa Inkubasi (hari)
P. Falciparum 9-14 hari
P. Vivax 12-17 hari
P. Ovale 16-18 hari
P. Malariae 18-40 hari

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta, 2006; 1-12, 15-23, 67-68.
Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam: Harijanto PN
(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; 118-26
Perubahan Kesadaran GCS <11, Blantyre <3
Kelemahan Otot (tidak bisa duduk atau berjalan)
Kejang berulang lebih dari 2 episode dalam 24 jam
Distress pernafasan
Gagal sirkulasi atau syok, pengisian kapiler >3 detik , tekanan sistolik <80 mmHg
(pada anak <70 mmHg
Jaundice (bilirubin>3mg/dl dan kepadatan parasit >100.000)
Hemoglobinuria
Perdarahan spontan abnormal
Edema paru(radiologi, saturasi O2 <92%)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Hipoglikemia (gula darah>40 mg%)
Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L)
Anemia Berat (Hb<5gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk
endemis sedang-rendah)
Hiperparasitemia (parasit >2% eritrosit atau 100.000 parasit/uL di
daerah endemis rendah atau >5% eritrosit atau 100.000 parasit/uL
didaerah endemis tinggi)
Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
Hemoglobinuria
Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Temukan Parasit di dalam darah.
1. Ada/tidaknya parasit malaria.
2. Spesies dan stadium Plasmodium
3. Kepadatan parasit :
A. Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++) : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB.18

Russel, P.F. Practical Malariology.London: Oxford Univercity Press. 1983.


Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta, 2006; 1-12, 15-23, 67-68.
B. Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal
atau sediaan darah tipis.

Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal


berikut :
1.Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang
setiap enam jam selama 3 hari berturut-turut
2.Bila hasil pemeriksaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak
ditemukan parasit maka diagnosa malaria disingkirkan.18

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta, 2006; 1-12, 15-23, 67-68.
 Mekanisme kerja : deteksi antigen parasit malaria menggunakan
metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.

 Saat ini RDT memiliki tingkat spesifitas dan sensitifitas hingga


95%.

Kyabayinze, D.J., Asiimwe, C., Nakanjako, D., Nabakooza, J., Counihan, H., Tibenderana, J.K. Use of RDTs to improve malaria diagnosis and fever case management at
primary health care facilities in Uganda. Malaria Journal. 2010; 9 : 200.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta, 2006; 1-12, 15-23, 67-68.
 Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat
minimal.
 Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan tes >1:20
dinyatakan positif.

Johnston, S.P., Pieniazek, N.J., Xayavong, M.V., Slemenda, S.B., Wilkins,P.P., Silva, A.J.d. PCR as a Confirmatory Technique for Laboratory Diagnosis of Malaria. Journal of
Clinical Microbiology. 2006 ; 44(3): 1087.
Laoboonchai, A., Kawamoto, F., Tha noosingha, N., Kojima, S., Miller, S., Kain, K.C. PCR based ELISA technique for malaria diagnosis of specimens from Thailand. Tropical
Medicine and International Health. 2001; 6(6): 458-62.
World Health Organization. Guidelines for the treatment of malaria. Geneva. 2006.
 Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu
ke daerah endemik malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.1,5,16,18

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Demam (≥37,5oC)
Kunjunctiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limpa
Pembesaran hati

Laboratorium
pemeriksaan Mikroskopik -> Penegakkan diagnosis

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan
pemberian ACT. Pemberian kombinasi ini untuk
meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi.
A. Pengobatan malaria falciparum dan Vivax
Tatalaksana : Dehidroartemisin-Piperaquin(DHP) +Primaquin
Dosis ACT untuk malaria falsiparum = malaria vivaks
Primaquin ; malaria falsiparum diberikan hanya pada H1 dosis 0.25 mg/kgbb
untuk malaria vivaks diberikan selama 14 hari dengan dosis 0.25 mg/kgbb

Apabila pemberian dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita,


pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Hari Jenis Jumlah Tablet perhari menurut Berat Badan
Obat
<4 4-6 >6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥60
kg
0-1 2-5 <6-11 1-4th 5-9th 10-14th ≥15t ≥15th
bln h

1-3 DHP 1/2 1/2 1/2 1 1 1/2 2 3 4

1 Primaqui - - 1/4 1/4 1/2 2/4 1 1


n

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Hari Jenis Jumlah Tablet perhari menurut Berat Badan
Obat <4 4-6 >6-10 11-17 18-30 31-40 41- ≥60
kg 59
0-1 2-5 <6-11 1-4th 5-9th 10-14th ≥15t ≥15th
bln h
1-3 DHP 1/2 1/2 1/2 1 1 1/2 2 3 4
1-14 Primaqui - - 1/4 1/4 1/2 2/4 1 1
n

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
 Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP + Regimen
primaquin selama 14hari. Dosis sesuai dengan malaria vivak

 Pengobatan P.Malariae cukup diberikan ACT 1kali perhari selama 3 hari dengan
dosis sesuai dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primaquin

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
 Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan ACT selama 3 hari serta
primaquin dengan dosis 0.25mg/kgbb/hari selama 14hari

 Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT
yang sama tetapi dosis primaquin ditingkatkan menjadi 0.5 mg/kgbb/hari

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
 Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan ACT selama 3 hari serta
primaquin dengan dosis 0.25mg/kgbb/hari selama 14hari

 Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT
yang sama tetapi dosis primaquin ditingkatkan menjadi 0.5 mg/kgbb/hari

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Umur Kehamilan Pengobatan
Trimester I-III (0-9bulan) ACT Tablet selama 3 hari

 Prinsip pengobatan pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada orang dewasa
lainnya
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
A.Pengobatan Malaria Berat di Puskesmas atau Klinik non
Perawatan
Jika tidak ada fasilitas rawat inap, pasien harus dirujuk ke fasilitas
lebih lengkap. Sebelum dirujuk diberikan Artesunat im (dosis 2.4
mg/kgbb)
B. Pengobatan Malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan
atau Rumah sakit
Artesunat iv merupakan pilihan utama, jika tidak tersedia dapat
diberikan Kina Drip.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Artesunat diberikan loading dose secara bolus 2.4mg/kgbb per iv
sebanyak 3 kali pada jam ke-0,12,24. Selanjutnya diberikan 2,4
mg/kgbb setiap 24 jam sampai penderita mampu minum obat.1,18

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
1. Loading dose : 20mg/kgbb dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5% atau
Nacl 0.9% diberikan 4 jam pertama
2.4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau Nacl 0.9%
3.4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10mg/kgbb
dalam larutan 500 cc D5 atau Nacl
4.4 jam selanjutnya hanya diberikan D5 atau Nacl 0.9%
5.Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti diatas, sampai
penderita mampu minum obat peroral.
6.Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina
tablet peroral dengan dosis 10mg/kgbb perkali setiap 8 jam.1

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Pengobatan Malaria Berat pada ibu hamil dilakukan dengan
memberikan artesunat injeksi atau Kina HCL drip intravena
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.
 Tujuan : mengurangi risiko malaria sehingga jika terinfeksi malaria maka gejala
klinis yang muncul tidak terlalu berat.
 Ditujukan kepada kelompok/individu yang berpergian ke daerah endemis dengan
jangka waktu yang tidak terlalu lama
 Pilihan Obat : Doksisiklin
 Doksisiklin diminum satu hari sebelum ke daerah endemis dengan dosis
2ml/kgbb setiap hari selama tidak lebih dari 12 minggu. Doksisiklin tidak boleh
diberikan pada anak-anak atau ibu hamil

Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penatalaksaan Kasus Malaria di Indonesia. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan, 2008.
1.Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan
diagnosis serta pengobatan.
2.Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang
dilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan
meningkat sampai 50%.
3.Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik
daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ.
Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
1. Kepadatan parasit <100.000/µL, maka mortalitas <1%.
2. Kepadatan parasit >100.000/µL, maka mortalitas >1%.
3. Kepadatan parasit >500.000/µL, maka mortalitas >5%.18
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta, 2006; 1-12, 15-23, 67-68.
Malaria merupakan penyakit bersifat akut maupun kronik,
disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, ditularkan oleh
gigitan nyamuk Anopheles
Secara global maupun nasional telah dilakukan banyak
pengendalian terkait malaria akibat tingginya tingkat mortalitas
dan morbiditas yang terjadi di dunia. Prognosis tergantung pada
kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan. Sehingga
diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
malaria di Dunia khususnya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai